Update Drone KamikazeKlik di Atas

Gunakan Robot, Perawatan F-22 Raptor Jadi Lebih Healthy and Stealthy

Dibalik kecanggihannya, jet tempur dan pembom stealth punya sisi menarik yang jarang diperhatikan, salah satunya adalah maintenance alias perawatannya yang terbilang tak semudah jet tempur dan pembom konvensional. Lantaran penempur stealth hadir dengan lapisan cat khusus, maka dibutuhkan perlakuan khusus untuk menangani penempur stealth, terutama pada area yang sensitif dan sulit dijangkau.

Baca juga: Berkat Jasa Drone, Inspeksi ‘Penyok’ pada Bodi Jet Tempur Rafale Bisa Lebih Cepat dan Efektif

Yang dimaksud area tersebut adalah air inlet, yakni lubang tempat masuknya udara ke mesin. Dikutip dari machinedesign.com (27/9/2022), salah satu tugas Angkatan Udara AS yang paling kritis dan memakan waktu adalah menjaga armada pesawatnya tetap terpelihara dan beroperasi dengan baik. Khususnya pada B-2 Spirit dan F-22 Raptor, adalah menjaga lapisan penyerap radar agar tetap bersih dan halus.

Bicara tentang kasus pada F-22 Raptor yang bermesin ganda, mempertahankan lapisan, yang membantu memaksimalkan kemampuan siluman dan kemampuan bertahannya, diakui para awak daratnya sangat sulit dilakukan pada saluran masuk udara.

Saluran masuk (air intake) memastikan aliran udara yang lancar ke dalam mesin meskipun udara turbulen datang dari saluran dari beberapa arah. Selama penerbangan, sangat mungkin benda-benda kecil atau kotoran yang tersedot ke dalam mesin dengan kecepatan tinggi, yang kemungkinan besar dapat menimbulkan goresan pada permukaan saluran masuk udara tersebut.

Nah, untuk menjaga agar jet tempur stealth berkinerja optimal, maka sudah menjadi standar prosedur bagi Angkatan Udara memperbarui saluran secara berkala. Langkah yang dilakukan seperti mengampelas lapisan yang lapuk dan memasang yang baru.

Namun, tahukah Anda, bahwa sejak 2016, Angkatan Udara AS telah menggunakan robot dari Aerobotix untuk menangani tugas-tugas tersebut. Aerobotix menerima dana dari Air Force Small Business Innovation Research and Small Business Technology Transfer untuk mengembangkan sistem pengecatan robotik pada F-22. Solusi penggunaan robot dapat mengembalikan kinerja lapisan pada saluran masuk udara jauh lebih cepat, hemat biaya, dan akurat, daripada teknik melakukannya dengan tangan (manual).

Sistem pengecatan otomatis untuk F-22 menggunakan dua robot yang bekerja di ujung depan dan belakang saluran untuk mengampelas dan melapisinya. Tiga dari sistem ini telah dipasang di Depo F-22 di markas Ogden Air Logistics Complex di Pangkalan Angkatan Udara Hill, Utah.

“Teknologi robot kami dapat mengecat saluran masuk hanya dengan menggunakan sekitar 300 jam kerja, bukan 1.600 jam yang dibutuhkan untuk melakukannya secara manual,” ujar Bret Benvenuti, insinyur robotika senior di Aerobotix. “Itu adalah penghematan tenaga kerja sekitar 80 persen, jadi ini sangat membantu memecahkan tantangan untuk membuat pesawat ini kembali beroperasi lebih cepat. Dan kami memperkirakan bahwa sejak 2016, telah membantu Angkatan Udara menghemat biaya US$8,8 juta, yakni $220.000 per pesawat, dalam biaya perawatan.”

Hadirnya robot juga dapat meningkatkan akurasi dan kontrol kualitas, memberikan F-22 yang diperbaharui memiliki tlower radar signature.

Melapisi ulang saluran masuk secara manual mengharuskan pekerja pemeliharaan mengenakan pakaian pelindung dan respirator dan menghabiskan ratusan jam merangkak di dalamnya dengan tangan dan lutut mereka. Dalam kondisi seperti itu, hampir tidak mungkin bagi pekerja untuk menerapkan pelapis secara manual dengan kecepatan dan ketebalan yang konsisten.

Dengan robot, maka dapat dicapai hasil yang lebih baik sambil juga membatasi jumlah pengerjaan ulang yang dibutuhkan dan jumlah cidera pada pekerja.

Baca juga: Hari ini 25 Tahun Lalu, F-22 Raptor Terbang Perdana, Inilah Sejarah Jet Tempur Stealth Super Eksklusif

Lain dari itu, robot juga menghemat dana untuk bahan. Misalnya, mereka menyemprotkan lebih banyak lapisan sebelum masa pakai potnya berakhir, secara signifikan mengurangi limbah. “Material pelapis berharga sekitar US$1.000 per galon, dan penggunaan yang lebih efisien dapat menghemat sekitar US$40.000 per pesawat,: menurut Aerobotix. (Gilang Perdana)