Gripen NG dan Transfer Teknologi: Multirole Fighter Yang Layak Jadi Pengganti F-5E Tiger II TNI AU
|Diterimanya batch kedua JAS-39 Gripen oleh RTAF (AU Thailand) merupakan berita menarik di bulan Oktober ini. Namun yang hendak saya tekankan disini bukan pesawatnya, namun paket yang diikutsertakan dalam pembelian tersebut.
Thailand mengeluarkan dana USD 1,1 miliar dollar untuk membeli 12 unit JAS-39 Gripen beserta system AEW (Airborne Early Warning) Erieye. Namun imbal beli yang diperoleh Thailand sangat menarik. SAAB membuat joint venture dengan Thai Avia Satcom yang akan bergerak di bidang pengembangan alat canggih dan bahkan tidak menutup kemungkinan jika ke depannya Thailand menjadi sub kontraktor SAAB dalam produksi JAS-39 Gripen E/F seperti yang sudah dialami oleh Afrika Selatan yang menjadi sub kontraktor untuk komponen fuselage (badan pesawat) dan system senjata Gripen E/F (Next Generation). Afrika Selatan adalah pembeli pertama Gripen C/D di awal tahun 2000-an dengan jumlah 26 pesawat.
Ini merupakan kemenangan bagi SAAB setelah memenangkan tender pengadaan di Swiss untuk menggantikan armada F-5E Tiger II mereka. Bedanya Swiss memperoleh kompensasi 100% offset yang diberikan kepada industri dirgantara Swiss , yaitu Pilatus dan RUAG (Rüstungs Unternehmen Aktiengesellschaft; Joint Stock Defense Company) . Tujuan Offset 100% ini adalah untuk kemandirian perawatan 22 unit Gripen yang akan dimiliki Swiss secara jangka panjang , plus Swiss juga bisa menjual komponen suku cadang Gripen NG ke berbagai negara yang akan memakainya.
Penawaran Gripen ke Brazil untuk menggantikan armada F-5E mereka juga tak kalah menariknya. SAAB menawarkan varian Sea Gripen untuk Kapal indk Brazil yang saat ini menjadi sarang A-4 Skyhawk. Penawaran Transfer technology yang ditawarkan ke Brazil adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Gripen Next Generation
Gripen Next generation yang ditawarkan Swedia sebenarnya termasuk pesawat generasi 4.5 ++. Diamana pesawat sudah dilengkapi radar AESA SELEX Galielo, salah satu kelebihan radar AESA adalah sulit di-jamming dan memiliki pancaran radar yang lebih luas untuk menangkap obyek baik di permukaan maupun di udara.
Salah satu kelebihan lain Gripen adalah bisa membagi deteksi radar mereka . Jadi 4 pesawat bisa saling membagi data, melalui datalink mereka dalam patroli sehingga menjadi seperti mini AWACS dalam suatu patroli rutin. Tentu saja ini suatu keuntungan besar bagi Negara yang luas seperti Indonesia.
Selain memiliki kemampuan di atas , adalah daya angkut senjata Gripen NG yang mampu menggotong sebesar 6 ton seperti list di foto bawah ini
Keunggulan dalam membawa senjata selain mampu membawa rudal AAM jarak pendek dan jarak jauh pesawat ini mampu berperan sebagai pesawat serang maritim dengan membawa 2 RBS-15 yang berjarak jangkau 250 km. Seperti yang kita ketahui sekalipun kita adalah negara maritim namun selama 45 tahun sejak Orde Baru TNI AU tidak memiliki pesawat berkemampuan serang maritim seperti Tu-16KS dan Il-28T yang pernah dimiliki TNI di tahun 60-an. Saat ini baru Su-30MK saja yang dilengkapi dengan kemampuan secara terbatas.
Dan yang paling menarik dari Gripen NG adalah biaya perawatannya yang diklaim paling murah dibanding pesawat sekelasnya, setelah 4 tahun mengoperasikan Gripen C/D , Thailand mengaku sangat puas akan kinerja pesawat ini, karena biaya operasional yang sangat murah diklaim separuh dari F-16A/B milik Thailand.

Cost per Flying Hour atau biaya terbang per jam adalah patokan untuk urusan perawatan pesawat , komponen yang dihitung biasanya adalah suku cadang, BBM dan gaji operator yang meliputi pilot dan kru darat. Biaya perawatan yang murah ini mendorong India dan Brazil untuk mempertimbangkan Gripen kembali, sekalipun di awalnya keduanya tertartik kepada Rafale dan Super Hornet , apalagi saat ini semakin banyak komponennya yang bisa diproduksi sendiri seperti yang diinginkan Brazil dan India.
Selain keunggulan di atas, Gripen NG juga memiliki jarak tempuh sejauh1.300 km dan bisa didukung dengan KC-130B Hercules TNI-AU karena memiliki system IFR probe seperti yang dimilki Sukhoi Su-30 Flanker dan Hawk 200. Dan paling terakhir adalah kemampuan STOL (short take off landing)-nya, yakni dapat mendarat di landasan pendek, sehingga ia bisa dioperasikan dari seluruh landasan udara di Indonesia.
Keunggulan Gripen NG dan Transfer Teknologinya Bagi Indonesia
Melihat keunggulan yang ditawarkan ke Swiss, Thailand dan Brazil, maka tak ragu mengenai keunggulan offset dan kerjasama yang ditawarkan Gripen NG nantinya akan memiliki dampak signifikan bagi BUMNIS Indonesia, terutama bagi PT DI dan PT LEN yang tentunya akan memperoleh teknologi yang akan dikembangkan tidak sedikit, melainkan akan menjadi suatu loncatan besar ke depan bagi industri kita. Bisa menyediakan perawatan dan memiliki kemampuan ekspor komponen pesawat tempur tentulah banyak dicita-citakan oleh teknokrat kita. Selain itu jika kita membeli system Erieye seperti yang dimiliki Thailand, maka system ini bias dipasang di CN-235 yang diproduksi PT DI.


Dan yang kedua tentunyalah kita tidak rugi mengoperasikan alutsista yang serba bisa ini untuk saling mengisi dengan armada Flanker kita karena kemampuanya yang besar seperti yang disebutkan di atas mampu berperan sebagai mini AWACS, misi serang maritim, serang darat dan patroli udara. Tentunya ini suatu kemajuanbesar bagi pertahana negeri ini. Ibaratnya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui karena kita memiliki alutsista canggih, memiliki kemampuan bekerjasa di bidang AEW yang dipasang di CN-235 dan bisa ditawarkan di pasaran ekspor dengan menggandeng SAAB, kemampuan merawat Gripen dan menjadi partner SAAB, serta menjadi produsesn komponen Gripen NG untuk diekspor bagi negara calon pemakainya.
Pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU
Seiring menuanya usia pakai jet tempur TNI AU, modernisasi menjadi program yang wajib dilakukan. Bila A-4E Skyhawk telah digantikan oleh Hawk 200, kemudian jet latih lanjut Hawk MK53 digantikan oleh T-50i Golden Eagle, lantas bagaimana dengan nasib F-5E/F Tiger II yang ada di skadron 14? Dari segi usia pakai, jet tempur bermesin ganda ini memang masih bisa digunakan hingga tahun 2020. Tapi disisi lain, teknologi dan update sistem senjatanya sudah ketinggalan. Shelter F-5 pun tengah disiapkan di museum Dirgantara – Yogyakarta, menyiratkan bahwa sang Macam tak lama lagi memang akan masuk masa pensiun.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=ivC8YgUGDV8]
Melihat kehandalan yang ditawarkan Gripen, terutama pada contoh kasus di Thailand, maka akan sangat ideal bila jet asal Swedia ini dapat dicanangkan sebagai pengganti F-5E/F Tiger II. Dengan segala keunggulannya yang telah diulas, rasanya Gripen layak menjadi jet tempur garis depan untuk TNI AU. (Robert Tanoni)
Ya gripen memang paling efisien diantara satu klas nya ( Thypoon, Rafale, Mirage, F 16 ), cuma yang paling kita perlukan beli gripen adalah ToT nya karena KFX ora jelas tenan rek?ojo gelem dikibuli terus sampean, saranku ambil 2skdrn jass Gripen 39 NG Type E/F dan untuk fighter jarak jauh nya ambil juga 2 skdrn SU35BM, tapi jangan lupa Pantsir-s1 dan ss300,ss400 sebagai payung nya.
ane satu opini ame bang djaja…masing-masing 2 skuadron trus tetep harus beli ss300/400 – sekalian Altros tambah lagi yaa….ohh trus OERLIKON skyshield …..pesen KILO sekalian….belanja – belaanjaa…( uppss semuanya di sebut )
Tapi masalahnya…. TOT yang ditawarkan SAAB hanya TOT Karoseri rek….. iki yok opo iki…. kalau cuma karoseri Indonesia juga punya…. ADI PUTRO, NEW ARMADA, LAKSANA, DLL…
beli Su-35 BM aja. Pilot TNI-AU lebih bangga mengendarainya. Juga lebih ditakuti musuh.
Saya lihat bahwa jika dibandingkan dg f-18, grippen lebih cepat dan rangenya lebih jauh. Juga lebih efisien krn grippen bisa supercruise. Serta thrust to weight ratio yang lebih besar
Sebetulnya hal ini sangat menarik karena urusan study kelayakan piranti militer adalah hal baru dinegara kita. Jaman orba semua serba didikte, tak peduli nantinya alutsista yg kita beli tidak sesuai dengan peruntukan & alam indonesia. Bravo TNI! Apapun hasilnya, pengadaan alutsista sudah melalui pertimbangan matang & objektif!
Negara jiran makin ketar ketir bukan hanya karena alutsista canggih kita, tapi juga karena para petinggi militer kita terlihat semakin maju & jenius dalam strategi jangka panjang
Kalau saya pribadi sih lebih baik beli Sukhoi SU-35 atau T-50 terlebih dahulu daripada beli Grippen NG karena kemampuan Sukhoi masih diatas Grippen dan dalam jangka panjang akan memberikan banyak keuntungan selain efek detterent bagi tetangga kita, selain itu kita juga harus membeli atau membuat pesawat AWACS kita sendiri seperti India dan Cina belum ditambah lagi penambahan long range radar untuk memonitor wilayah udara kita . Kalau Grippen saya setuju asal mereka benar-benar transfer teknologi 100% ke kita sedangkan F-16 dan F-15 lebih baik tak usah dipilih karena akan kena imbas embargo dari Amrik
su 35 lbh superior dibandingkan grippen dan euro fighter,krn dgn kita sdh memiliki su 27 su 30 dan su 35 kita bisa lbh melanjutkan ke pesawat tempur stealht f 50 pakfax yg lbh canggihgenerasi 5….sekelas raftor.. itu untuk pengganti F 5 tiger…? boleh ambil grippen untuk pendamping hawk 100 hawk 200, .. tp untuk heavy fighter tetap sukhoi…krn ausie sdh membeli F35.. lawan seimbang su 35……
Typhoon sepertinya lebih menjanjikan dari segi kecepatan pada ketinggian tidak berubah powernya kalahkan rafale jangkauan mendekati sukhoi,jenis senjata yg di usung lebih banyak jumlah dan jenisnya drpd grifen,utk tot nya pt di lebih percaya akan lebih lancar karna sudah banyak kerja samanya.
Setuju sekali F5 tiger TNI AU di ganti saab gripen,sekalian coba produk eropa jadi alutsista TNI DI isi semua blok amerika,eropa dan rusia..
harusnya dari awal kerjasama pengembangan IFX itu bukan dengan korea, tapi swedia lebih terbuka & pengalaman..
setuju ga min?
lu harap Pemerintah ngambil Gripen NG + ToT semua yg ditawarkan Saab Gripen untuk tujuan jangka panjang kita membangun sistem pertahanan terintegrasi dan gripen dah ajukan untuk itu ke Kemhan ….Gripen..Gripen..Gripen harga mati gan
ku harap Pemerintah ngambil Gripen NG + ToT semua yg ditawarkan Saab Gripen untuk tujuan jangka panjang kita membangun sistem pertahanan terintegrasi dan gripen dah ajukan untuk itu ke Kemhan ….Gripen..Gripen..Gripen harga mati gan
kalo beli pesawat su 35 sama T 50 pakfa sudah pasti uang TNI AU Akan langsung habis karena harganya mahal dan biaya operasionalnya super tinggi. TNI AU sebaiknya jangan beli su 35 daripada uang habis tak berguna. biaya operasional su 35 TNI AU 12 Biji : 100 biji pesawat Gripen NG. tni au lebih baik beli gripen ng saja.kemampuannya unggul, biaya rendah . dan memberikan banyak manfaat bagi proyek ifx, pemerintah indonesia, dan PTDI. mudah mudahan Pesawat gripen NG akan dibeli TNI sebanyak 30 unit lengkap TOT . Aminnn ya rabbal alaminn