Gripen Bakal Unjuk Kebolehan di Singapore AirShow 2018
|Setelah tahun lalu tampil memukau dalam demo udara di Aero India 2017, kini ada kabar bahwa jet tempur asal Swedia, Saab Jas-39 Gripen C/D akan unjuk kebolehan di Singapore AirShow 2018, ajang pameran dirgantara terbesar di Asia yang akan berlangsung 6-11 Februari mendatang. Berbeda saat Aero India 2017, dimana dua unit Gripen didatangkan langsung dari markasnya di Linköping, Swedia, maka untuk Singapore AirShow 2018, Gripen yang ditampikan bukan milik Swedia.
Baca juga: Tawarkan Network Centric Warfare, Gripen E Sukses Terbang Perdana
Dikutip dari Gripenblogs.com (25/1/2018), Gripen C/D milik AU Kerajaan Thailand telah dijawalkan untuk static and flying display di Singapura. Ini artinya kabar baik bagi penggemar jet ini di Tanah Air yang ingin melihat dari dekat sosok Gripen. Meski belum pernah menunjukan taringnya di udara Indonesia, sejatinya flight Gripen AU Thailand pernah singgah di Lanud Ngurah Rai saat mengikuti ajang Pitch Black 2012 di Australia.
Sementara untuk kampanye di Indonesia, Saab pada Indo Defence 2014 pernah mendatangkan flight simulator Gripen. Dalam catatan kami, selain bekal kecanggihan sistem sensor kendali/navigasi dan skema ToT (Transfer of Technology), ada beberapa poin yang menjadi value added dalam penawaran Gripen untuk Indonesia, seperti:
1. Sistem senjata
Meski bukan bagian dari anggota NATO, jet Gripen dirancang untuk dapat menggotong hampir semua sistem senjata (rudal dan roket) keluaran terbaru, baik buatan AS dan Eropa Barat. Berarti bisa kompatibel dengan bekal senjata yang dipersiapkan untuk jet F-16 A/B C/D TNI AU.
2. Operational Cost per Hour
Dengan basis single engine dan penggunaan mesin modern General Electric yang efisien, maka Jas 39 Gripen punya operational cost per hour yang paling rendah dibanding kompetitornya. Estimasinya adalah US$3.000 – US$4.000 per jam.
Baca juga: Jajal Dogfight, J-11 (Sukhoi Su-27) Kalah Telak dari Gripen, Ini Dia Sebabnya!
3. Combat radius
Dengan kecepatan maksimum Mach 2 (2.204 km/h), Jas 39 Gripen C/D punya combat radius hingga 800 km, khusus untuk misi air battle operation, combat radiusnya mencapai 100 km. Combat radius tentu tak bisa dipukul rata, berbicara tentang ini tersebut akan bergantung pada konfigurasi persenjataan yang dibawa pesawat dalam suatu misi, semisal misi CAP (Combat Air Patrol) dan ground attack pasti membawa konsekuensi berbeda pada performa pesawat.
4. Gelar Tempur ke Pangkalan Aju
Meski telah dilengkapi fasilitas air refueling system, kemampuan untuk mudah di deploy pada pangkalan aju tetap menjadi perhatian penting, khususnya bagi negara dengan wilayah luas, dan minim dukungan pesawat tanker udara.
Satu skadron Gripen dapat di-deploy hanya dengan dukungan satu unit C-130 Hercules. Dukungan satu unit Hercules untuk 10 unit Gripen bisa berlangsung untuk waktu empat minggu. Hal ini menegaskan bahwa Gripen sebagai jet tempur yang ekonomis dari sisi dukungan logistik. (Haryo Adjie)
Pertamax
ngk cocok untuk indonesia yg luas wilayahnya seluas eropa. Daripada JAS gripen mending sekalian F-16 blok 70/72 yg sudah ada conformal fuel tank.
Kalau hanya 1 skuadron kecil nggak cocok mas.
Tapi kalau 1 skuadron sangat gendut (28 unit) dan dengan konsep dispersed base, gripen ini cocok.
Tadi disinggung 10 unit gripen hanya butuh logistik yang dimuat oleh 1 unit hercules dan logistik tersebut bisa untuk 4 minggu.
Kalau hanya 1 flight ( 3 unit) maka logistik yang dimuat 1 unit hercules bisa untuk 3 bulan.
Jika ada 28 unit maka :
3 unit x 3 flight = 9 unit operasional di 3 tempat tertentu
3 unit x 3 flight = 9 unit siaga di 3 tempat tertentu.
9 unit maintenance berkala di air base
1 unit cadangan di air base.
Mengingat saat F16 RI berlatih di Australia tahun kemarin, kita kirim 7 unit F16 + logistik sebanyak 2 unit Hercules, padahal lama latihan hanya 2 minggu. Bayangkan kalau lama latihannya 4 minggu pasti butuh 4 hercules.
Bandingkan dengan 10 unit gripen + logistik yang dimuat di 1 unit hercules cukup untuk 4 minggu.
Bedanya jauh banget antara 1 unit dan 4 unit hercules
Maka F16 harus perlu banyak skuadron (6 – 7 skuadron) supaya tak usah angkut banyak logistik ke pangkalan aju.
Sedangkan gripen hanya perlu 1 skuadron gendut (28 unit) atau maksimal 2 skuadron gendut ( 2 x 28 unit) dengan konsep dispersed base.
tapi faktor politis juga berperan bung 500-6000. Di belgia faktor non teknis juga berperan, entah di bulgaria, mampukah gripen bertarung dengan f 16 ?
Sebenarnya bila indonesia mau, f 16 yang kelak kurang berperan di dekade 2020 an bisa diganti tipe ini. tapi akankah itu? karena sebagian besar komponen Gripen masih bersangkutan dengan produk amerika.
salam bung PHd
setuju mas, saya lebih seneng kalau TNI akuisisi F-16 Viper, lebih gagah daripada grepean, yang mohon maaf, dari jauh agak kelihatan seperti “mainan”. Banyakin aja F-16 Viper sama SU-35, sambil nunggu IFX mengudara. InsyaAllah, Indonesia yang disegani dan menuju kemandirian akan terwujud
Favorit selain F-16 Viper. Bung @ayam jago emang gimana sih perbandingan tawaran Lockheed Martin vs SAAB ?
Masih lebih baik gripenlah dari pada JF-17 Sulfur yg boros itu
nanggung grippen c/d, kalau mau ambil yg versi NG sekalian jarak jangkau lebih jauh walau memang yg versi c/d udah bisa gotong meteor yg bisa jadi efek gentar tinggi
Update terakhir sudah bisa om untuk gotong Meteor
Beli tipe NG masih harus antri lebih dari 5 tahun lagi
Jk milih Gripen NG apa di beri blueprint ? Sy nyakin Pihak Saab tdk mau
Belinya berapa ? kalau beli 1.000 unit sekaligus mereka pasti mau
yang penting unjuk kebolehan dulu. kandidat terkuat pesawat tempur buat skuadron udara 1 interceptor kohanudnas
akankah muncul fansboy ruski bawa2 su35
Sampai sebegitunya… kasihan kalau dikeluarin… nanti jadi tenggelam yang lainya
kenapa dgn fansboy ruski bang ?
kan bebas menyatakan pendapat
artikel sebelumnya terutama tentang pesawat tempur selalu bawa2 su35
Siapkan anggarannya dulu…
Dana CEKAK!!!! jng hny jd keinginan saja..
Selain kuantitas pesawat… Yg tk klah penting adalah kesiapan operasional pesawat jg..
Pesawat bny yg siap cuma 20% sj..
Belajar dr india… Kecelakaan tinggi krna jmlah pesawat bny…. namun ksiapan operasional minim..
Betul sekali
Intelejen lawan jauh sudah tahu tentang kondisi kita
melihat situasi saat ini sepertinya gripen memang yg paling relevan. Makin joss kalau hawk direplace sama si gripen.
Tp jangan melupakan Su 35 juga utk kelas beratnya, duet super flanker dan gripen pasti ciamik apalagi ditambah dukungan dari f16 zombie.
Nggak bisa duet om
tidak bisa komunikasi pakai data digital
paling banter pakai Voice Radio saja
Roger…..Roger…Elang satu…..Ganti
apakah bisa diupgrade komunikasi digital?
Semua sudah digital, tapi nggak bisa konek
Yang bisa konek konon hanya Su-30 produksi Irkut
sedang Komsomolsk-on-Amur Aircraft Plant nggak bisa
Tapi kabarnya Su-30MKI/MKM produksi Irkut masih bermasalah dengan komunikasi data dengan perangkat standar NATO
Itu photo gripen siapa di mana? Rudalnya bukan nya KH ya…punya sukoy…
rudal meteor
desainnya mirip kh31
indo itu kurang prakmatis, lebih suka gengsi & gagah2an itu penyebab jangankan pespur, motor & mobil 100% buatan sendiri aja belom ada, Bilangnya kemandirian.
Drama pengganti f-5 ini udah selesai dari dulu kalau sasaranya kemandirian, tapi indo emang suka sinetron berseri
apapun pesawatnya dan berapapun jumlahnya yg terpenting “ready to flight ready to fight”