“Gerah” Lihat Ranpur LAV-25 Arab Saudi Rontok di Yaman, Kanada Lakukan Investigasi

Citra atas suatu produk alutsista bukan hanya mencerminkan brand image sang manufaktur, tapi juga menyangkut nama baik negara pembuatnya. Seperti di segmen APC roda ban, kinerja Pindad Anoa jelas membawa nama baik Indonesia, pun begitu dengan Renault VAB yang identik dengan nama besar Perancis. Belum lama ini, jagad panser dibuat geger dengan potongan video dan foto-foto bergelimpangan LAV (Light Armored Vehicle)-25 II 8×8 Arab Saudi di Wadi Abu Jubarah, Yaman.

Baca juga: Jadi Korban ‘Ambush,’ Ranpur LAV-25 Arab Saudi Bergelimpangan di Yaman

Dikenal sebagai ranpur yang battle proven di laga Perang Teluk, Perang Afghanistan dan Perang Irak, jelas apa yang diperlihatkan pada nasib LAV-25 di Yaman, ikut mengusik kepentingan negara pembuat ranpur amfibi ini.

Dikutip dari ottawacitizen.com (4/10/2019), disebutkan Pemerintah Kanada akan memeriksa rekaman video yang memperlihatkan beberapa LAV-25 yang luluh lantak, dirampas dan beberapa terguling akibat serangan dari pemberontak Houthi. Rekaman video kekalahan militer Arab Saudi secara gamblang telah disiarkan jaringan TV Al Jazeera dan Al Masirah TV yang dikelola Houthi.

Meski pihak Arab Saudi belum mengakui petaka yang menimpa konvoi ranpurnya di Yaman, namun dari tayangan video secara jelas diperlihatkan serangan Houthi yang efektif dan mematikan, salah satunya menggunakan rudal anti tank Towsan (9M113 Konkurs). Bahkan secara vulgar diperlihatkan banyaknya tentara Arab Saudi yang berhasil ditahan.

Arab Saudi diketahui sebagai salah satu pengguna terbesar LAV-25 8×8. Pada tahun 2014 disebutkan Arab Saudi membeli lebih dari 700 unit LAV-25 dari General Dynamics Land Systems Canada. Kesepatakan penjualan yang sempat kontroversial ini didudkung oleh pihak Liberal dengan nilai kontrak mencapai US$15 miliar.

LRT-3 ditangan pemberontak Houthi.

Selain, LAV-25 8×8, Arab Saudi diketahui juga membeli senapan runduk (sniper) anti material LRT-3 dari kanada dalam jumlah 1.300 pucuk. Apesnya, beberapa pucuk senapan sniper ini pun sudah jatuh ke tangan pemberontak Houthi.

“Kedutaan Besar Kanada di Riyadh menilai bahwa senapan ini, bersama dengan peralatan militer Saudi lainnya, kemungkinan dirampas dari pasukan Saudi oleh para pejuang Houthi selama operasi militer di sepanjang perbatasan Saudi-Yaman,” ujar Menteri Luar Negeri kanada Stephane Dion.

Juru bicara Global Affairs Canada, Adam Austen menyebut, bahwa kini sedang dilakukan pendalaman atas rekaman video yang dimaksud. Masih belum jelas apa tindakan yang akan diambil Kanada setelah pemeriksaan video berlangsung. Austen menegaskan saat ini Pemerintah kanada sedang meninjau semua izin ekspor ke Arab Saudi.

Dalam memo Global Affairs Canada yang dirilis pada 21 Maret 2016, memang didorong penjualan senjata ke Arab Saudi, meski ada risiko senjata tersebut akan digunakan untuk pelanggaran hak asasi manusia dan kemungkinan senjata tersebut jatuh ke tangan pemberontak.

Baca juga: Rudal Anti Tank Towsan (9M113 Konkurs), “Mimpi Buruk” Buat Ranpur Arab Saudi di Yaman

Hubungan antara Kanada dan Arab Saudi memburuk tahun lalu setelah Pemerintah Kanada menyerukan pembebasan dua aktivis HAM Saudi yang dipenjara, ditambah lagi kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di dalam konsulat Saudi di Turki.

Masih dari sumber yang sama, dikabarkan Arab Saudi juga belum tuntas melunasi hutang pembelian LAV-25 dari Kanada, dimana pada Desember 2018, Negeri Raja Salman ini masih menunggak pembayaran lebin dari US$1 miliar untuk ranpur yang sudah dikirim. (Gilang Perdana)

18 Comments