Gelombang Pertama BTR-4M Tiba di Indonesia
|Dengan digendong truk angkut berat Tatra T815-7 8×8, gelombang perdana ranpur amfibi terbaru Korps Marinir BTR-4M meninggalkan dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada hari Rabu (28/9/2016). Hadirnya lima unit BTR-4M dari Ukraina yang dibawa kapal MV Texel seolah menjawab kerinduan publik di Tanah Air akan modernisasi alutsista yang dulu sempat gencar didengungkan sebelum merebaknya isu pemangkasan anggaran pertahanan.
Baca juga: BTR-4M – Ranpur Amfibi Terbaru, Siap Memperkuat Resimen Kavaleri Marinir TNI AL
Baca juga: Tatra T815-7 – Truk Angkut Berat Multi Peran Korps Marinir TNI AL
BTR-4M untuk Korps Marinir merupakan kasta tertinggi dari keluarga BTR (Bronetransporter)-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.
Baca juga: Pindad Anoa 2 6×6 Amphibious – Saatnya Anoa “Serius” Jadi Panser Amfibi
BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah jenis Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Utamanya adalah kanon otomatis 30mm ZTM-1/2A72 seperti yang terpasang pada ranpur BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korps Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali rudal antitank Baryer di sisi kanan kubah. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Baca juga: Aligator 4×4 Master – Rantis Amfibi, Pendukung Observasi Tembakan RM70 Vampir Marinir
BTR-4M pesanan Korps Marinir mengadopsi mesin diesel Deutz EBPO III dengan empat langkah, performa mesin ini dapat menghasilkan tenaga hingga 598HP. Oleh pabrikannya, BTR-4 dirancang dengan sistem modular, dan sudah dipersiapkan untuk ‘ramah’ pada adopsi pilihan senjata yang diinginkan konsumen.
Jika lolos dalam pengujian nantinya ranpur ini cocok berlaga di Indonesia, selanjutnya bila anggaran tersedia akan dilakukan total pengadaan BTR-4M hingga 55 unit. Tentu pertanyaan selanjutnya adalah, skema ToT (Transfer of Technology) apa yang akan diberikan Ukraina untuk Indonesia. (Don)
Bahas rudal baryer-nya juga dong min
Harusnya lebih prioritaskan utk pengadaan anoa amfibi, meski blm sempurna, sebaiknya tetap dibeli.
Mantap beli 55 unit (kalo jadi)…SEMOGA DIBELI..AAMIIN!!..bisa berperang secara mandiri dan disandingkan dengan BMP3F,bisa juga disandingkan dengan yg lama2..tergantung misi…kalo perlu all out!..tambah serem..berarti marinir akan dibentuk divisi mekanis sendiri kayaknya ya…(khusus pendaratan)..TOTnya kemungkinan besar..pembelian lagi BTR 4 ini tetapi dengan laras 120mm..minim 30-45 unit…BMP 3Fnya jangan lupa ditambahi..genepin 100..BTR 4 yg ini minim 60-90,udah itu aja..yang lama2 tetep dipakai ya…walaupun jika terjadi WAR hanya sebagai perlindungan yg tidak aktif..tp masih mumpuni..yg aktif yg muda2 xixixi
Kemungkinan kecil bung kalau marinir memliki divisi mekanis sendirk karena ruang tugas mereka yg terbatas cuman 8 km dari lokasi pendaratan…. sisanya adalah tuga TNI AD, namun bisa saja Marinir menjalankan tugas TNI AD. Akan tetapi hal terabut harus atas pemintaan TNI AD dan harus dibawah TNI AD dalam komando pelaksanaannya…. meskipun begitu jgn berkecil hati masih ada kemungkinan kalau marinir punya divisi mekanis namun jumlahnya tidak akan signifikan
Ane rasa cukup bung ntar kurangnya biar pindad yang bikin
Bung admin,. Bukankah ada rencana marinir utk mengakusisi seri BMP 3 Transpor varian yg lg d kembangkan? Klo sbg wahana angkut lintas laut apakah BTR 4M ini sdh teruji seperti BMP 3 yg mampu menerjang sea state 3. Apakah pola ini tdk terkesan “tumpang tindih’??
Yang disebut pertama baru klaim pihak penjual mas 🙂
mending gini beli sedikit tapi baru n armament lengkap daripada beli banyak bekas n jadul
Indonesia adalah negara yang sangat luas, yang dijaga juga banyak sekali, jadi harus beli banyak biar merata, dan bagaimana kalau rusak ? tapi tiba tiba dibutuhkan ?
baru kemungkinan rusak kecil, klo bekas berat di maintenance sprti f-16 hibah costnya udah hampir sama dengan pespur baru blok timur
Sya setuju dengan bung nakendengel. Pembelian memang harus disesuikan dengan kebutuhan dan kebutuhannya Indonesia memang banyak melihat kondisi geografisnya. Namun kalau pembelian F-16 menurut sya sudah tepat dengan alasan sebagai stop gap meskipun secara kemampuan masih dibawah…. namun jumlah skuadron TNI AU memang perlu dilipat gandakan dalam rentang waktu secepat mungkin…..
Ini juga pesenan Menhan era pak Purnomo Yusgiantoro yg tempat pending karena perang Ukraina bung. Mestinya bakal dibeli 50 an unit utk Replace BTR-50 yg sdh tua
Mungkin belinya hanya 5 cuman dilakukan untuk test lapangan di Indonesia. Tpi bisa jadi pembelian akan dilipat gandakan untuk ToT nantinya, atau dihentikan dan nelihat alternatif lain yg memanh sudah disesuaikan dengan kondisi tropis seperti terrex
Min apakah yg diuji sm marinir secara keseluruhan termasuk sistem persenjataan? Tidak hanya tes operasional.
Btw kok ukraina baik bgt ya kasi ranpur uji smp 5 gitu….hahaha
bukan dikasih bung, tapi BELI
Salam kenal semua…menurut saya tot nya buat penyempurnaan anoa amvibi…hehehehe
Kok klo diliat lgi agak beda ama yg foto btr 4m dlu… kliatan di bagian sisi hull bagian depan nya kyk ada yg kurang trus tabung peluncur rudalnya kmn?? apa disimpan terpisah??
Apa tak nanggung cuma 55,