Gelar Rudal MANPADS di Rooftop, Inilah Jurus Arhanud Lindungi Obyek Vital di Pusat Kota
|Sistem hanud titik berbasis MANPADS (Man Portable Air Defence System) menawarkan keunggulan pada sisi fleksibilitas deployment dan biaya operasional. Sementara, minusnya basis MANPADS mentok pada doktrin SHORAD (Short Range Air Defence). Rudal-rudal di kelas MANPADS memang punya kecepatan supersonic, namun jarak jangkau yang ditawarkan terbatas, bahkan cenderung diklasifikasikan sebagai VSHORAD (Very Short Range Air Defence).
Baca juga: 40 Tahun RBS-70 – Eksistensi Pelopor MANPADS dengan Platform Tripod
Atas dasar plus minus di atas, menjadikan pola penggelaran rudal hanud jenis ini punya karakter tersendiri. Semisal untuk melindungi kawasan jantung ibu kota, rudal MANPADS yang ringkas dapat digelar di rooftop, atau puncak gedung pencakar langit. Dengan begitu, selain jangkauan rudal dapat ‘meningkat’ pada sasaran di udara, jarak pandang (visibility) awak satbak (satuan tembak) pun lebih leluasa tanpa adanya halangan.
Dalam gelaran Arhanud TNI AD, sejak dekade 90-an sudah dicanangkan penempatan rudal hanud di atas gedung pencakar langit. Sebagai andalan kala itu adalah rudal RBS-70 MK2. Konfigurasi komponen rudal asal Swedia ini dapat dibawa oleh tiga personel, tentu sangat memudahkan dalam deployment. Lewat cara dipanggul dengan ransel, komponen yang terdiri sight, tripod stand, dan missile, dapar digelar dalam tempo 30 detik untuk siap tempur.
Selain RBS-70, Arhanud TNI AD juga mempercayakan rudal Mistral dalam platform Atlas untuk sewaktu-waktu digelar di puncak gedung pencakar langit. Mistral Atlas yang sejatinya dipasang pada rantis Komodo, terdiri dari dua peluncur rudal. Konfigurasinya memang terasa lebih ajeg dari RBS-70, namun konsekuensi waktu penggelaran akan lebih lama, karena ukuran mounting yang lebih besar.

Rudal MANPADS Chiron yang dioperasikan Denhanud Paskhas juga ideal digelar di puncak pencakar langit. Sementara rudal MANPADS yang benar-benar dipanggul, seperti QW-3 dan Strela bukan berarti tak cocok untuk misi ini. Namun tanpa dukungan tripod, dikhawatirkan kestabilan gunner akan terganggu saat melakukan pembidikan pada sasaran, terlebih bila kondisi angin yang bertiup kencang di atas gedung tinggi.
Baca juga: Chiron: “Paket” Rudal VSHORAD Pada Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU

Model penggelaran rudal hanud di rooftop untuk melindungi obyek vital (obvit) sudah barang tentu jamak digelar di negara-negara maju. Amerika Serikat menjadi contoh yang menarik, guna melindungi Gedung Putih dan Gedung Parlemen (Capitol Hill) di Washinton DC, beberapa peluncur rudal FIM-92 Stinger dalam platform Avenger dipasang pada beberapa puncak gedung di sekitaran obvit tersebut. Masih kurang? Di greenfield, Gedung Putih juga dilindungi rudal hanud jarak sedang NASAMS (National Advanced Surface to Air Missile System), jenis rudal yang nantinya juga akan digunakan untuk melindungi obvit di Jakarta. (Haryo Adjie)
Kayaknya untuk Rudal pertahanan udara jarak pendek sudah cukup banyak jenisnya.
Sudah selayaknya TNI mengakuisisi rudal pertahanan udara jarak sedang dan jauh.
Kalau untuk yang jarak sedang TNI sudah memilih NASAM,
tinggal yang jarak jauh yang belum.
Kayaknya harus puasa dulu. Nilai mata uang udah nyentuh 15rb / USD. Segala rudal jadi mahal.
Kalo ditambah S400, S500 dan Pantsyr, . . sudah mencakup jarak pendek, jarak sedang dan jarak jauh 😀.
Jangankan S family bung,untuk pertahanan udara masih sering pakai keluarga S lainnya,yaitu S60
Coba pakai platform anoa apa tank harimau buat arhanud kombinasi meriam 30mm gatling sama rudal shorad lbh mudah mobile tentu dengan jarak diteksi dan lebih proteksi kl make MANPADS d tembak sama meriam dr helikopter modar yg ada
Pantsyr lagi naik daun di Suriah.
karena platformnya yang fleksibilitas , sebagai payung udara infantri mekanis juga yahud ,
kan udah nasam kang bro
mematikan buat helikopter, apalagi jika berada dibelakang gedung lain, yg memiliki contour yg tidak lurus.
tpi harus disembunyikan, klo nonggol kelihatan jelas, bisa jadi sasaran sniper dan penembak jaguh…..
Daftar Belanjax Carl Gustaf M4, NLAW, Javelin, Manpads Startreaks, Stinger, RBS-70NG, Spike dll
bagaimana kalau yang datang ratusan rudal jelajah misalkan 500 rudal jelajah di salvo lalu dlm beberapa detik di dusul puluhan rudal nuklir antar benua, lalu datang 200 pespur dengan bomnya dan 5 pesawat bomber dengan nuklirnya apakah mampu senjata gituan menangkis, harusnya kita punya sam jarak sedang dan jauh.
Walaupun nnti misal indo pnya sam jarak jauh tapi dgn skenario perang soplak sprti yg ente bahlul bilang diatas, kita ttp aja bkl kena
Jo, tarjo leh mu mikir kok sing abot-abot….wes rabi durung awakmu🙄
Kalo skenarionya kaya yg kamu bilang, sekali serang langsung abis jatah amunisi satu negara bahkan sekelas amerika. Then perlu waktu buat produksi lg. 😂
@dimas tri
“Then….”
Anak jaksel ya mas, sampeyan….😂
itu namanya buang-buang duit Jo..apalagi sampe bawa-bawa nuklir..Nuklirnya di Jakarta radiasinya bisa sampe Singapura atau Australia.
Sekarang tehnik pertempuran sdh modern siapa yg lebih cepat dia yg menang jarak tembak terbatas mobilitas kurang sasaran empuk para pencari mangsa..sutarjo ada benarnya..jg tp salah penyampaian.. bgaimana yg menyerng dari 3 titik hotspot atw lebih..yg berbeda dan bersamaan..???
Mas Tarjo ada benarnya, tapi benarnya hanya sedikit …
Intinya selain diperlengkapi hanud jarak pendek dan hanud titik, RI butuh jarak sedang dan jarak jauh. Itu bagian dari pendapat mas Tarjo yang benar.
Hanud jarak sedang itu sedang diupayakan.
Hanud jarak jauh akan menyusul, tapi bukan dari S series. Dan itu kemungkinan baru akan dikerjakan sesudah seluruh arhanud titik yg sudah tua seperti si mbah S60 diganti.