Gegara Soal Mesin, Thailand Resmi Tunda Pembelian Kapal Selam S26T dari Cina, Pilih Beli Frigat Sebagai Gantinya
|Meski teknologi persenjataan yang dibangun oleh Cina sudah sedemikian modern, namun, ada batu sandungan dalam produksi mesin kapal selam diesel listrik, yang mana pasar ekspor belum memberikan kepercayaan pada kualitas mesin kapal selam buatan Cina. Hal ini ditegaskan oleh Thailand yang secara resmi menunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan, atas proyek pengadaan kapal selam berteknologi AIP (Air Independent Propulsion) S26T class (Yuan class) yang dibangun China Shipbuilding and Offshore International Company (CSOC).
Dalam pengumuman yang tidak terduga, Menteri Pertahanan Thailand Sutin Klungsang mengungkapkan bahwa Angkatan Laut Kerajaan Thailand (Royal Thai Navy) telah memesan sebuah frigat buatan Cina daripada melanjutkan rencana akuisisi kapal selam S26T class, karena tidak tersedianya mesin dari Jerman seperti yang ditetapkan pada awal kontrak. Sejauh ini belum diketahui, jenis atau tipe frigat apa yang akan dibeli Thailand dari Cina.
Dikutip dari eurasiantimes.com (22/10/2023), meski begitu disebut tidak serta merta proyek pembelian kapal selam S26T dibatalkan. Saat berkunjung ke Markas Besar Angkatan Laut, Sutin mengatakan negaranya tidak meninggalkan kesepakatan kapal selam dengan Cina, melainkan telah ditunda sampai nanti “Sampai waktu yang tidak ditentukan, menunggu kesiapan mereka (Cina),” kata Sutin Klungsang.
“Proyek kapal selam tidak dibatalkan tetapi ditunda untuk jangka waktu tertentu… Proyek ini akan dilanjutkan ketika negara sudah siap.” Menhan Thailand tidak menentukan jadwal untuk mengembalikan pembelian kapal selam ke jalurnya.
Pada tahun 2017, perjanjian awal untuk pembelian kapal selam kelas S26T Yuan class dengan mesin diesel MTU-396 asal Jerman telah dirancang. Namun, masalah mulai muncul setelah Jerman membatalkan kesepakatan tersebut, dengan alasan kendala kebijakan yang mencegah mesin yang direncanakan untuk dimasukkan ke dalam peralatan militer Cina.
Kesepakatan itu akhirnya menemui hambatan karena Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mengancam akan membatalkan perjanjian tersebut jika Cina tidak dapat memasang mesin diesel MTU-396 asal Jerman yang ditentukan dalam perjanjian pembelian awal.
Untuk mencegah kesepakatan tersebut gagal, Beijing menawarkan mesin alternatif lokal CHD620, yang dibuat oleh pabrikan kapal selam Cina, dan telah disertifikasi oleh MTU Jerman. Beberapa perundingan yang sengit terjadi setelahnya, di mana delegasi Cina tapa henti berusaha menggunakan mesin mereka.
Thailand diketahui menolak mesin kapal selam buatan Cina karena alasan kualitas. Angkatan Laut Kerajaan Thailand juga menyatakan bahwa mereka tetap berpegang pada ketentuan awal kontrak, yang dirasa tidak dapat dinegosiasikan.
Dari sejarahnya, Pemerintah Thailand menyetujui pembelian tiga unit kapal selam S26T senilai US$1,05 miliar pada April 2017. Namun karena keterbatasan anggaran, kemudian hanya disetujui pembelian satu unit kapal selam senilai US$403 juta, sedangkan dua lainnya ditangguhkan. Kapal selam S26T class awalnya dijadwalkan akan dikirim pada tahun 2024.
Pangkal masalah mandegnya proyek pembangunan kapal selam S26T adalah karena embargo, persisnya Cina terkena embargo persenjaatan dari Uni Eropa, dalam kasus ini, yang memberlakukan embargo adalah Jerman. Konkritnya, kapal selam S26T membutuhkan tiga mesin diesel MTU396, yang harus dibeli dari perusahaan Jerman, Motoren und Turbinen Union GmbH, dimana ketiga mesin itu akan digunakan untuk menjalankan genset listrik kapal selam.
Pemerintah Jerman menolak untuk mengirimkan mesin MTU ke Cina. Atase pertahanan Jerman untuk Kerajaan Thailand, Philipp Doert dalam sebuah surat terbuka kepada The Bangkok Post, mengkonfirmasi keputusan pemerintahnya untuk menolak penggunaan mesin dari Jerman untuk kapal selam yang dibangun Cina.
“Ekspor ditolak karena digunakan untuk barang industri militer/pertahanan Cina,” tulisnya. Ia menambahkan, “Cina tidak berkoordinasi dengan Jerman sebelum menandatangani kontrak dengan Thailand, dan langsung menawarkan mesin MTU Jerman sebagai bagian dari produk mereka.”
Baca juga: Cina Kena Embargo Mesin dari Jerman, Masa Depan Kapal Selam S26T Thailand Terancam
Jerman terikat oleh embargo senjata Uni Eropa yang dikenakan pada Cina pada tahun 1989, khususnya setelah pembantaian Lapangan Tiananmen, ketika pasukan keamanan Cina menembaki pengunjuk rasa yang tidak bersenjata di Beijing. Cina mengklaim bahwa 200 warga sipil tewas dalam tragedi itu. (Bayu Pamungkas)
Atau kita beli saja ini, ntar pasangin engine punya KRI Cakra 01
@kabeerja
Betul…..tapi mesin generator diesel itu juga yg dipakai buat mencharging batre kapal selam.
Wajar kalo Thailand pilih produk yg sudah proven
beli dari yang murah minta bagus itu pelanggaran, kalau bermodal banyak ya bebas sekalipun request kalsel tenaga roket asal bisa dibikin sih sah sah saja
beli dari yang murah minta bagus itu pelanggaran, kalau bermodal banyak ya bebas request kalsel tenaga roket asal bisa dibikin sih sah sah saja
Eman2 ini mah, Thailand dah terlanjur dekat dengan Cina pakai saja mesin yg tersedia, mesin buatan Cina terkenal tangguh dan kuat walau boros dan berisik toh saat menyelam pake baterai tak nyalakan mesin dongfengnya, ganti fregat nanti komplain pula spt Myanmar dan Pakistan.
Ga masalah sebenarnya kejadian “blackout” pada kapal selam….kapal selam punya sistim berlapis utk memastikan keselamatan ABK dan kaselnya sendiri pada kondisi darurat, sepanjang tidak ada kondisi lain yg menyertai yg membuat sistim penyelamat tsb gagal berfungsi, misalnya kebocoran pada lambung tekan pada uss thresner
Mesin mati di kedalaman laut mah wassalam…fatal akibatnya..