Update Drone KamikazeKlik di Atas

Gegara Patch Skadron MQ-9 Reaper, Cina Dibuat Meradang

Saling adu propaganda kini tengah dilakoni antara Amerika Serikat dan Cina. Setelah muncul kabar AU Cina merilis video simulasi serangan pembom strategis Xian H-6 ke lokasi yang diduga sebagai Lanud Andersen di Guam, rupanya dari kubu AS juga membuat aksi tandingan yang mampu membuat pihak Cina meradang.

Baca juga: AU Cina Rilis Video Serangan Pembom Xian H-6K ke Basis Militer AS di Guam, Mungkinkah Dilakukan?

Cara yang dilakukan AS untuk memprovokasi Cina bukan dengan membuat video simulasi sebagai tandingan, melainkan dengan cara yang benar-benar beda, yaitu dengan ‘memamerkan’ seragam khusus pada awak drone MQ-9 Reaper lengkap dengan patch yang unik. Yang dimaksud unik dari patch atau emblem lantaran berisi siluet peta wilayah Cina daratan dalam warna merah.

Dikutip dari taskandpurpose.com (1/10/2020), disebutkan patch pada seragam awak MQ-9 Reaper dikenakan dalam latihan penyerangan yang berlangsung pada 15 September di Naval Air Station Point Mugu, California. Lantaran foto seragam dan patch awak drone tersebar luas di media massa, kemudian memicu kemarahan dari media yang dikelola oleh pemerintah Cina, GlobalTimes.

Pihak Cina menyebut apa yang dilakukan AS sebagai provokasi yang arogan, dan menandakan sinyak kuat dari militer AS untuk mempersiapkan perang melawan Cina, termasuk di Laut Cina Selatan. Editor Global Times, Hu Xijin bahkan menyebut bahwa drone dapat dikerahkan untuk menyerang fasilitas buatan Cina di Laut Cina Selatan.

Kesatuan yang mengenakan patch kontroversial tersebut adalah 29th Attack Squadron yang berasal dari 49th Wing di Lanud Holloman, New Mexico. Sementara media pertama yang mempublikasikan seragam plus patch itu adalah majalah AU AS (USAF). Latihan penyerangan dengan MQ-9 Reaper diberi tajuk “Agile Reaper 2020” dan telah berlangsung sejak 3 September 2020.

“Laihan ini menunjukkan kemampuan kami untuk dengan cepat memindahkan MQ-9 ke mana pun, ke lokasi yang tidak dikenal, lalu keluar dan menunjukkan kemampuan jangkauan operasional MQ-9 untuk memberikan kesadaran domain maritim kepada mitra kami,” ujar Letnan Kolonel Brian Davis, Komandan 29th Attack Squadron dalam majalah AU AS.

Meski telah menyulut amarah Cina, Collin Koh, seorang peneliti dan pakar keamanan maritim di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, Singapura, mengatakan bahwa patch pada unit kommbatan dirancang tanpa harus menjadi sinyal politik. “Desain seperti itu sangat sering dipengaruhi oleh misi, budaya dan bahkan desainer individu itu sendiri,” katanya.

Meskipun MQ-9 punya reputasi tempur yang tinggi, dan bertahun-tahum digunakan dalam operasi di Timur Tengah, termasuk dipercaya sebagai algojo Jenderal Iran, Qasem Soleimani. Namun, masa depan MQ-9 kerap menghadapi kritik, dimana Reaper dianggap tidak mampu menghadapi kemampuan stealth dari drone kombatan produksi Cina.

Lepas dari semua itu, MQ-9 Reaper buatan General Atomics Aeronautical Systems, tak pelak menjadi drone kombatan paling sangar untuk saat ini. Telah diproduksi lebih dari 200 unit, Reaper dapat terbang terus menerus selama 40 jam (dalam muatan ringan) atau 14 jam (dalam payload penuh). Total payload yang bisa dibawa mencapai 1,7 ton.

Senjata favorit yang bisa dibawa adalah bom pintar GBU-12 Paveway II, rudal udara ke permukaan AGM-114 Hellfire II, rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder dan GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM).

Baca juga: MQ-9 Guardian – Varian Drone “Reaper” Spesialis Misi Intai Maritim

Dengan mesin turborop 1 × Honeywell TPE331-10, Reaper dapat melesat dengan kecepatan maksimum 482 km per jam dan kecepatan jelajah 313 km per jam. Jarak jelajah Reaper bisa mencapai 1.900 km dengan kendali Beyond Line of Sight. (Gilang Perdana)

34 Comments