Gandeng Elbit Systems Israel, Thailand Kembangkan Self Propelled MLRS PULS (D11A), Mulai Produksi Akhir 2022
|
Tak ingin kalah dari Indonesia yang banyak merilis prototipe alutista, Thailand dalam ajang pameran pertahanan Defense & Security 2022 di Bangkok, merilis jenis prototipe senjata artileri berat berupa peluncur roket multilaras gerak sendiri – self propelled MLRS (Multiple Launch Rocket System) yang diberi nama PULS (Precise and Universal Launching System). Sebagai produk domestik Thailand, PULS menawarkan bukan saja multi laras, melainkan peluncur roket multi kaliber.
Dikutip dari bulgarianmilitary.com (4/9/2022), disebutkan PULS dapat mengakomodasi peluncuran roket kaliber 122 mm, 306 mm dan 370 mm. Meski statusnya prototipe, PULS tidak dikembangkan setengah hati, pasalnya PULS merupakan hasil pengembangan bersama antara Thailand [Institute of Defense Technology dan manufaktur senjata kondang asal Israel, Elbit Systems. Lantaran menggandeng nama besar Elbit, program PULS akan digarap secara serius hingga tahap produksi.
PULS diberi kode D11A, dan seterusnya akan menggunakan kode itu saat diproduksi penuh. PULS atau D11A dirancang untuk menjadi bagian dari inventaris artileri dan penjaga pantai Thailand. Diasumsikan bahwa D11A juga akan dikembangkan dalam versi angkatan laut. Sinyal serupa datang dari fakta bahwa Angkatan Laut Kerajaan Thailand juga terlibat dalam pengembangannya.
Proyek untuk mengembangkan sistem peluncuran roket D11A mulai digagas pada tahun 2019. Namun, karena pandemi Covid-19 telah mengganggu jadwal perkembangannya. Namun, pada akhir tahun 2021, proyek tersebut dilanjutkan kembali. Menurut sumber Thailand, produksi serial D11A akan dimulai pada akhir 2022 dan awal 2023.
Sebagai MLRS, D11A terintegrasi pada sasis truk buatan Ceko, Tatra 6×6. Menurut sumber dari militer Thailand, sistem roket berpemandu (rudal) juga akan dikembangkan guna mampu menembakkan berbagai kaliber amunisi berpemandu dan tanpa pemandu. Hal ini menyiratkan bahwa jangkauan operasi maksimum dari setiap jenis roket akan berada dalam batas yang sangat berbeda.
Sebagai contoh, untuk mengenai target pada jarak 40 km akan dilakukan dengan amunisi roket 122 mm Accular. Jangkauan operasional maksimum 150 km akan dapat dicapai dengan menggunakan peluru kendali Extra 306 mm. Jangkauan maksimum 300 km akan dicapai dengan menembakkan rudal Predator Hawk 370 mm.
Baca juga: Polandia Pilih K239 Chunmoo – Self Propelled MLRS Multi Kaliber Buatan Korea Selatan
Sumber di Thailand mengatakan jalur produksi siap untuk digunakan. Ini adalah jalur produksi NESDB dan DIEC di Pusat Produksi Senjata, Industri dan Energi Pertahanan. Thailand menggunakan jalur produksi ini untuk memproduksi self propelled howitzer self-propelled 155mm berdasarkan sistem ATMOS dan ATMM 120 mm rubber wheeled sel -propelled grenade launcher. Yang terakhir ini juga dikembangkan bersama dengan perusahaan Israel, Elbit Systems. (Gilang Perdana)
Untuk Rhan 122 sudah di produksi masal dan sudah disertifikasi utk digunakan pada platform yang dimiliki TNI, dan untuk 450 dan 550 masih terus disempurnakan berdasarkan hasil tes dibrazil kemaren diantaranya terkait propelan dan sistem telemetri, serta masih menyempurnakan sistem pengisian otomotatis kendaraan pengangkut dan peluncurnya.
A7x, Indonesia harus buka hubungan diplomatik dg Israel dulu baru bisa join kerjasama di bidang teknologi. Biaya ToT dari Israel itu gak mahal banget kok dibandingkan dg Barat apalagi Rusia.
Kalo soal RHan, Indonesia udah produksi massal untuk Rhan kaliber 122 mm, kalo yg 450 apalagi 550 masih belum.
nice thailand, untuk indonesia semangat terus dalam membuat P.R.O.T.O.T.I.P.E nya. prototipe mulu kapan prduksi massal dan digunkan TNI ?. :'(
bakal ketinggalan negri 62 karena lebih suka impor
Kalau sudah join sama Israel mah auto jadi ni barang..
Btw RHAN kok gak ada kabar nya sama sekali ya?