Frigat Van Speijk Class Dianggap Paling ‘Feasible’ untuk Dikonversi Jadi Kapal Patroli Bakamla

Dari segi usia, frigat Van Speijk class (aka – Ahmad Yani class) adalah kapal kombatan utama TNI AL yang usianya paling tua saat ini. Dari enam unit yang dibeli bekas dari Belanda pada dekade 80-an, kini tinggal lima unit yang masih beroperasi, setelah KRI Slamet Riyadi 352 dikaramkan sebagai sasaran tembak pada latihan tempur pada 31 Juli 2023 di Laut Jawa. Dan lima unit Van Speijk class yang tersisa dijadwalkan untuk segera dipensiunkan bila TNI AL telah mendapatkan penggantinya.
Baca juga: TNI AL Berpotensi Tahun ini Diperkuat Dua Unit OPV Rasa Frigat Paolo Thaon di Revel Class
Dengan potensi kedatangan dua unit OPV (Offshore Patrol Vessel) rasa frigat Paolo Thaon Di Revel Class tahun ini, maka dengan tibanya kapal kombatan canggih dari Italia itu, jadwal pensiun frigat Van Speijk class kabarnya akan langsung digulirkan oleh TNI AL.
Belum diketahui, mana di antara lima Van Speijk TNI AL yang akan dipensiunkan. Setelah KRI Slamet Riyadi 352 (eks Hr. Ms. Van Speijk – F802) yang diluncurkan pada 5 Maret 1965, maka Van Speik class kedua dan ketiga tertua, masing-masing adalah KRI Yos Sudaro 353 (eks Hr. Ms. Van Galen – F803) yang diluncurkan pada 19 Juni 1965 dan KRI Ahmad Yani 351 (eks Hr. Ms. Tjerk Hiddes – F804) yang diluncurkan pada 17 Desember 1965.

Berbeda dengan KRI Slamet Riyadi 352, maka ada potensi Van Speijk class yang akan dipensiunkan berikutnya tidak untuk berakhir sebagai sasaran tembak atau dibesituakan. Dengan kondisi yang ada, frigat Van Speijk masih dapat ‘dikarkayakan’ untuk mengabdi sebagai kapal patroli lepas pantai, layaknya OPV.
Sumber Indomiliter.com yang memahami tentang hal ini menyebut bahwa frigat Van Speijk dipandang paling feasible untuk dikonversi menjadi kapal patroli penjaga pantai – Indonesian Coast Guard di arsenal Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI.
Dengan rudal anti kapal dan torpedo yang dilepas, Van Speijk class dapat menjadi kapal penjaga pantai yang mampu menandingi kapal patroli China Coast Guard (CCG), yang mana kapal patroli CCG umumnya berbasis frigat/korvet dengan bekal meriam 76/100 mm pada haluan.
Angkatan Laut Cina ‘Mutasi’ Korvet Type 056A Menjadi Kapal Patroli Penjaga Pantai
Sesuai kebijakan, kapal patroli Bakamla paling tinggi saat ini ‘hanya’ dipersentai kanon kaliber 30 mm, maka bila kapal patroli Bakamla berbekal meriam OTO Melara 76 mm, maka akan menciptakan efek deteren di segmen kapal patroli penjaga pantai. Adopsi meriam OTO Melara 76 mm juga dipandang ideal dari segi biaya, pasalnya amunisinya mudah didapat dan relatif lebih murah, ketimbang amunisi meriam Bofors 120 mm yang ada pada korvet lawas Fatahillah class.
Seandainya meriam OTO Melara 76 mm dilepas, toh status Van Speijk class juga dapat memberi keuntungan operasi pada Bakamla, pasalnya kapal dengan bobot 2.850 ton telah mendapatkan repowering dan lebih siap untuk melakukan pelayaran patroli lebih lama ketimbang kapal-kapal patroli yang bertonase kecil, yang mengharuskan bekal ulang dalam waktu singkat. (Bayu Pamungkas)
Dilengkapi Meriam Kaliber 100mm, Kapal Coast Guard Cina Tampil Percaya Diri di Laut Natuna Utara


Soal Rohingya itu biar nggak masuk perlu pengamatan udara dan kalo perlu tindakan tegas dari udara.
Kan udah ketahuan tuh bentuk kapal-kapal yang muat orang Rohingya jadi tinggal ditindak tegas saja saat masih di laut kawasan ZEE.
Oleh sebab itu perlu pesawat yang bisa melakukan pengamatan (intai) dan sekaligus penindakan tegas. Pesawat COIN semacam Super Tucano bisa melakukan tugas ini. Pesawat ini cukup murah harga dan ongkos operasional dan perawatannya. Kelihatannya Coast Guard kita perlu diberikan pesawat COIN semacam Super Tucano ini.
@Roby betul juga sampeyan, tapi bukankah kita masih sangat kekurangan kapal patroli sehingga sdm yg ada disesuaikan dengan jumlah kapal, tambah 1000 personil pun tak masalah jika kapalnya tersedia, Rohingya berjamaah masuk ke Aceh salah satu indikasi kita tak siap segala sesuatunya karena memang sangat kurang, Van Speijk (Ahmad Yani Class) yg digempur habis2 an pun tak gampang tenggelam jadi bagus ni kapal.
Wkwkwk…banyak ngarep permintaan….dasar netezen indo.
Sesuaikan dong dengan dompetnya.
dibandingkan kok sama USA dan China…kejauhan sekali
Pertanyaannya apa Bakamla punya fasilitas penyimpanan & perawatan rudal? Rasanya belum, brp investasi pembangunan fasilitas tsb?
Sisi lain, kalau full spek fregat ini butuh 200 crew x 5 berarti butuh 1000 crew. Apa Bakamla bs nambah 1000 crew lg?
Berharap……Oto Melaranya di TRANSFER ke LPD2 kita dan kalo bisa di UPGRADE ke versi terakhir jadi bisa jadi SHORE BOMBARMENT mpe ANTI MISSILE defence.
Kasihan LPD2 kita KOPONG……..
problemnya di AL, emang mereka mau ngasih kapal spek frigate?
ngerasa kesaing yg ada, kecuali prabowo kasih titah hibahkan ke bakamla, baru tuh..
Wah cocok nih buat senggal senggol di natuna….
Tinggal ganti kebijakan bakamla boleh menggunakan meriam s/d 76mm 😁
jadi gini, tadi pas ane mau komen muncul pertanyaan – 1 = 3, ada yg bisa bantu menjawab? agar ane bisa komen disini
setuju sih kalau sisa Van Speijk Class dijadikan kapal patrolinya Bakamla tapi tak harus selalu sesuai pakem buku panduan dan dikebiri, sudah jelas Cina saja spek coastguard nya berasa korvet, rudal anti kapal dan torpedo yang sudah terpasang tak perlu dilepas, suatu ketika pasti kepake jika utk deteren efek, mahal pula biaya lepas semua perlatan tempur tak perlu selalu jadi “anak manis” tak ada guna nya jaman sekarang semua kapal harus kuat, toh petugas Bakamla juga banyak dari TNI AL…cmiiw
Dengan penggabungan Bakamla dan KPLP untuk menjadi Indonesian Coast Guard, armada bisa bertambah banyak hanya saja armada ex KPLP kecil-kecil di bawah 80 meter. Indonesian Coast Guard perlu kapal-kapal berukuran panjang lebih dari 80 meter. Selain itu juga butuh lebih banyak pesawat baik sayap tetap maupun helikopter.
Kapal-kapal USCG juga dilengkapi meriam Phalanx, meriam Bofors 57 mm dan meriam Oto Melara 76 mm.