FNS Vendémiaire: Frigat “Minimalis” Representasi Kekuatan Perancis di Wilayah Koloni
|Meski keberadaan Perancis nun jauh di Eropa, negara yang hingga kini mempunyai beberapa koloni di Pasifik ini tak pernah lupa untuk menunjukan kehadiran militernya di kawasan. Salah satu buktinya Perancis sengaja menciptakan kapal perang dengan genre light patrol frigate Floréal class. Jangan bayangkan atribut alutsista kelas berat di kapal perang ini, lantaran Floréal class memang diciptakan untuk menghadapi konflik berintensitas rendah dan melindungi Zona Ekonomi Eksklusif di wilayah koloni.
Baca juga: USS Coronado (LCS-4) – Kapal Perang Litoral Trimaran dengan Desain Stealth
Dan belum lama berselang, tepatnya 23 Januari lalu, salah satu Floréal class, yakni FNS Vendémiaire (F734) berlabuh di Pelabuhan Jayapura, Papua dalam kunjungan kehormatannya di Indonesia. Dirancang untuk ditempatkan di wilayah koloni, FNS Vendémiaire tak datang dari Benua Biru, sebagai informasi kapal perang ini justru berpangkalan di Noumea, kota terbesar di Kaledonia Baru, Pasifik Selatan. Yang secara lokasi jaraknya berdekatan dengan Pantai Timur Australia.
Peran FNS Vendémiaire ibarat frigat pengintai, sementara bila mengikuti standar kelengkapan senjata dan bobot pada level kapal perang TNI AL, maka FNS Vendémiaire lebih pas disebut sebagai korvet. Dirunut dari rancangan, Floréal class dibangun pasca Perang Dingin berakhir, frigat yang dibangun galangan Chantiers de l’Atlantique memang diciptakan untuk patroli jarak jauh.
Agar menghemat kocek, konstruksi kapal perang ini dibangun dari struktur kapal sipil. Total ada enam kapal yang dibangun untuk AL Perancis, kapal pertama adalah FNS Floréal (F730) yang meluncur perdana pada 27 Mei 1992. Sementara FNS Vendémiaire meluncur pada Agustus 1992, dan resmi masuk dinas pada Oktober 1993. Selain Perancis, Floréal class juga dibeli dua unit oleh AL Maroko.
Bobot penuh kapal ini mencapai 2.950 ton, dan bobot standar 2.600 ton. Panjang kapal 93,5 meter, dan lebar 14 meter. Dengan empat mesin diesel SEMT Pielstick 6PA6 L280, FNS Vendémiaire mampu meluncur hingga 20 knots. Sedangkan jarak jelajahnya sampai 19.000 km pada kecepatan 15 knots, atau 24.000 km pada kecepatan 12 knots.
Lantas yang jadi pertanyaan, apa bekal senjata yang dibawa? Yang paling kentara adalah kanon tua kaliber 100 mm CADAM dengan Najir fire control system, kemudian untuk rudal anti kapal, uniknya justru FNS Vendémiaire masih menggunakan Exocet MM38, jenis Exocet tua yang di TNI AL pun sudah tak dioperasikan lagi. Nah, untuk menghadapi serangan udara, untungnya ada rudal Mistral dengan peluncur Simbad, persis seperti yang digunakan TNI AL pada frigat Van Speijk Class. Lain dari itu, ada dua pucuk kanon F2 kaliber 20 mm yang dioperasikan secara manual.
Baca juga: Mengintip ITS Carabiniere, Frigat Anti Kapal Selam Italia Yang Singgah di Jakarta
Bicara tentang misi anti kapal selam, FNS Vendémiaire tak dilengkapi torpedo atau pun bom laut. Namun misi anti kapal selam dijalankan oleh helikopter. Dan uniknya lagi FNS Vendémiaire masih menggunakan helikopter jadul Alouette III, meski secara bertahap akan diganti dengan AS-565 MBe Panther. Keunggulan FNS Vendémiaire yakni sudah dilengkapi hanggar dan ukuran deck helipad yang cukup besar untuk didarati helikopter ukuran sedang.
Pasa reformasi 98, FNS Vendémiaire pernah eksis di perairan Indonesia, lantaran kapal perang ini ikut bagian dalam misi INTERFET di Timor Timur bersama Australia. Dari 20 September – 17 November 1999 kapal ini berada untuk misi pengawasan di Laut Timor. (Gilang Perdana)
Spesifikasi FNS Vendémiaire
– Length: 93,5 meter
– Engines: 4 diesel SEMT Pielstick 6PA6 L280
– Auxiliaries: 1 Ulstein 200 kW beam propulsor
– Propellers : 2 variable pace Lips
– Speed: 20 knots (37 km/h)
– Range:19.000 km at 15 knots, 24,000 km at 12 knots
– Complement: 11 officers, 36 non-commissioned officers, 42 men, (11 men for the helicopter)
– Radar: DRBV-21C (Mars) air sentry, Racal Decca RM1290 navigation radar, Racal Decca RM1290 landing radar
– Electronic warfare&decoys: ARBG-1A Saïgon, 2 Dagaie decoy systems
Bung Ayam, sehubungan kunjungan Menhan Korsel ke RI, ada denger2 perkembangan akuisisi lebih lanjut untuk alutsista dari Korea kah ? Misal FA-50 atau tambahan kapal selam atau yang lainnya ?
Beritanya udah keluar di
http://m.koreatimes.co.kr/phone/news/view.jsp?req_newsidx=243400
“As Co-developing next-generation submarines”
Apakah program real frigate sekelas ivan hurtelfeidht akan terus berlanjut?
Iver Huitfeldt Class ?
Oiya min, mm38 bukannya masih eksis di mandau class nya tni al ya?atau ada info diganti dgn seri barukah?
Sudah diganti c802
Sy sih lebih mendukung pengadaan sigma next-gen drpd retrofit kapal2 lama.syukur real frigatenya jd dtg jg
Masih eksis aja nih kapal. Klasik nih..
Fatahilah class kita juga bisa diupgrade jadi frigate dengan penambahan / penggantian sensor dan canon serta penambahan rudal VLS Mica (ngayal)
Korvet Sigma Diponegoro class ada jarak yang cukup lebar antara meriam utama dengan pintu depan ke dek haluan, di situ bisa dibolongi dan ditaruh VLS Mica seperti PKR. Jadi light frigate deh.
Kayaknya susah lah buat Fatahilah Class. Biarlah proses MLU dengan radar Scanter 4100 baru, CMS Indra dari Navantia sama komponen elektronik lain. Mungkin kalau urusan senjata semoga aja kelak dipasang Exocet mm40 Block III sama soal Korvet Sigma 9113 gak ngerti gimana mau pasang modular design VL. Yang paling mungkin itu penggantian 16 VL Seawolf di Bung Tomo Class, MBDA sudah nawarin penggantian 16 VL itu sama MICA
Kayaknya nggak bakal om..
Kan fatahillah class mau diganti ama yg baru..
fatahilah class masih eksis hanya sama nasibnya sprt separuh parchim class dimana rudal dicopot tp torpedo tetap dipertahankan. fungsinya berubah dari asw corvette menjadi opv murni