F-35 Ligtning II, Jet Tempur Khusus Loyalis Sejati Negeri Paman Sam
Dalam politik luar negerinya, sudah barang tentu Amerika Serikat ingin menggalang kerja sama dengan negara lain, terkhusus di bidang kerja sama pertahanan, sebisa mungkin Negeri Paman Sam membina perkawanan dengan negara-negara di yang wilayah yang terdapat hot spot. Bila di Timur Tengah yang jadi ancaman adalan Iran, maka di Asia Pasifik, tak pelak Cina yang dianggap sebagai seteru terbesarnya.
Di Timur Tengah, selain tentunya dengan Israel, AS juga menjalin kemitraan dengan negara-negara di sekitaran Iran. Pun demikian di Laut Cina Selatan, AS secara berkala mengadakan latihan militer dengan negara-negara di Asia Tenggara. Selain program latihan militer, bentuk dukungan AS yaitu berupa tawaran pengadaan penjualan senjata kepada negara-negara sahabat. Salah satu yang dikenal sejak lama adalah program Foreign Military Sales (FMS) yang digawangi Departemen Pertahanan AS.
Dalam konstelasi Laut Cina Selatan, Indonesia termasuk yang mendapat perhatian khusus dari AS, sebagai buktinya beberapa kali pejabat tinggi AS bertandang ke Jakarta, dimana salah satu agenda yang terendus media adalah soal tawaran akuisisi jet tempur untuk TNI AU.

Lepas dari soal teknis dan kemampuan pembiayaan, sebenarnya ada cara ‘sederhana’ untuk menguji AS dalam memperlakukan mitranya, apakah masuk kelas mitra dekat (sekutu) atau mitra biasa (abu-abu). Salah satu yang bisa jadi ukuran adalah dengan menguji AS lewat meminta pengajuan pembelian jet tempur F-35 Lightning II.
Ketika pengadaan Sukhoi Su-35 terbentur oleh Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang diberlakukan oleh AS, maka sejatinya Indonesia akan kehilangan kekuatan udara untuk mengimbangi apa yang dimiliki oleh Australia dan Singapura. Seperti diketahui, Australia dalam proses pengadaan F-35A yang beberapa sudah beroperasi, sedangkan untuk Singapura, program F-35B sudah mengantongi persetujuan Washington.
Menyadari adanya gap kekuatan udara di masa depan, entah ungkapan serius atau sekedar wacana, Sakti Wahyu Trenggono saat menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan pernah mengungkapkan, bahwa ada keinginan untuk mengganti Su-35 dengan F-35.
Tak secara tegas menolak, justru AS secara halus berpendapat, bila Indonesia memang ingin F-35, maka perlu diperhatikan jadwal pengirimannya yang bisa memakan waktu 10 tahun. Hal itu dikarenakan rantai produksi F-35 yang ‘padat’ meng-handle ratusan unit pesanan dari Australia, Singapura, Denmark, Italia, Israel, Jepang, Belanda, Norwegia, Korea Selatan, Inggris dan Uni Emirat Arab.
Sebagai ‘pelipur lara,’ kemudian AS menawarkan F-15EX dan F/A-18 Super Hornet, yang dianggap dianggap oleh Washington lebih pas untuk Indonesia, mengingat kedua jet tempur produksi Boeing itu kapasitas produksinya lebih siap untuk kelak menerima order dari Indonesia.
Kasus Uni Emirat Arab
Terkait dengan cara menguji keberpihakan AS, bisa juga dilihat dari kasus rencana pengadaan F-35 untuk Uni Emirat Arab. Pada masa pemerintahan Donald Trump, Washington telah memberi lampu hijau atas pemmbelian F-35 ke Uni Emirat Arab dengan nilai miliaran dollar.
Namun, saat jabatan Presiden AS dipegang oleh Joe Biden, disebutkan bahwa rencana pengadaan F-35 untuk UEA telah dibekukan, meski tak berarti dibatalkan. Kasus Indonesia dan UEA tentang F-35 tentu berbeda, dimana UEA tidak mengalami persoalan terkait anggaran pertahanan.

Kasus Turki
Sebagai bagian dari anggota NATO, sudah dipastikan Ankara adalah sekutu dekat Washington. Namun, apakah setiap sekutu itu dianggap loyal, nyatanya belum tentu. AS tidak menginginkan sekutunya bermain di dua kaki. Begitu Turki kekeuh mendatangkan sistem hanud S-400, maka talak pun dijatuhkan, selain pembelian F-35 untuk Turki dibatalkan, Turki pun didepak dari konsorsium pengembangan F-35.
Kabar terakhir, Turki menggandeng firma hukum internasional (Arnold & Porter) yang berbasis di Washington untuk melobi pemerintah AS agar mengembalikannya dalam program pesawat jet tempur F-35 yang dibekukan. Sebagai catatan, Turki memesan lebih dari 100 unit F-35 dalam program tahun 2019.
Tinjauan Kepentingan AS
Kasus Turki dan UEA menyiratkan bahwa penundaan atau pembatalan pesanan F-35 bukan terkait soal fulus. Sebagai jet tempur tercanggih yang di ekspor, maka AS berkepentingan untuk memastikan loyalitas negara pembeli, artinya haluan politik dan pertahanannya harus jelas. Seperti Australia dan Singapura sudah jelas, status kedua negara adalah sekutu AS yang terpercaya dan totalitas menggunakan persenjataan lansiran AS atau standar NATO.
Sementara tidak demikian dengan UEA dan Turki, bahkan UEA sejak lama juga mengadopsi sistem senjata buatan Rusia dan Cina. Contoh yang paling sederhana untuk UEA adalah akuisisi sistem hanud Pantsir S-1 dari Rusia dan drone tempur dari Cina.
Baca juga: Berkat Lobi Yahudi, Amerika Serikat Setujui Penjualan 50 Unit F-22 Raptor ke Israel
Dominasi Kekuatan Udara
Washington rupanya memperhatikan aspek dominasi keunggulan militer untuk para sekutunya. Itulah mengapa AS berkepentingan untuk menjaga keunggulan militer (udara) Australia dan Singapura. Begitu juga dalam konteks rencana penjualan F-35 ke UEA, dimana isu penjualan itu langsung menuai protes dari Isarel, yang alih-alih AS sempat menawarkan F-22 Raptor untuk Israel.
Nah, bagaimana dengan Indonesia? boleh jadi haluan politik Indoneia yang non blok, yang kemudian menjadikan AS enggan untuk melepaskan jet tempur sekelas F-35. (Gilang Perdana)
“Washington rupanya memperhatikan aspek dominasi keunggulan militer untuk para sekutunya. Itulah mengapa AS berkepentingan untuk menjaga keunggulanb militer (udara) Australia dan Singapura.
__________________________________________________
Bukti su35 strooonkk bingiiits😁
Jadi sekutu juga ada levelnya
Toh tidak menampik kenyataan negara ini butuh AS sbgai penyeimbang kestabilan kawasan dari keagresifan partai PKC.
Ada makhluk dari spesies orbod yang bilang begini :
“Iphone12 kok disamain dengan polytron.”
Dari sini jelas kualitas intelejensia si orbod tersebut yang di bawah rata-rata.
Rupanya dia tidak mengerti perumpamaan yg saya sampaikan. Kekuatan udara itu bukan soal Iphone dan Polytron. Mengapa?
Saya dulu lebih dari 25 tahun yang lalu pernah punya tape polytron bazzoke. Suaranya speaker dari subwoofernya keras bukan main dan bergemuruh menggetarkan lantai, pintu dan kaca2 jendela.
Iphone12 jauh lebih mahal dan bergengsi daripada tape polytron bazzoke saya. Tetapi walau begitu mutu volume suara yang dihasilkan Iphone12 tidak akan sedahsyat polytron bazzoke. Kalopun mau sekeras itu, Iphone12 harus dibantu speaker tambahan.
Seperti Iphone12 yang orang kejar untuk dimiliki demi gengsi semata, F35 pun juga begitu. Iphone12 adalah keinginan, bukan kebutuhan. Kalau nggak punya duit untuk beli Iphone12 ya jangan beli. Kalo belum mampu untuk membiayai biaya operasional dan biaya harwat F35 ya jangan beli F35.
US pun kewalahan akan biaya harwat dan operasional F35. Lha yang udah punya teknologi dan line produksi aja kewalahan biaya harwatnya apa lagi kita yang anggaran harwatnya udah kembang kempis hidup segan mati tak mau.
Kalo hanya untuk menghasilkan daya gentar, belilah apa yang dibutuhkan yang bisa dibeli dalam jumlah banyak dan bisa dioperasikan 80% serta biaya perawatan yang dapat dijangkau. Dan itu bukanlah F35.
Eh, kang kalkulator ente td dibawah bandingin kemampuan jarak F-35 Ama Tukino, kan lontong, Napa gak sekalian dibandingin Ama Tu-95?
F-35 mahal ya wajarlah. Ibarat Tesla T3 disamain Ama Isuzu panther ya beda lah. Semakin canggih suatu alat ya tingkat kegagalan dan malfungsi yg ditemukan sebelum benar-benar sempurna jauh lebih banyak. Nilai BEP suatu produk canggih hanya akan terjadi ketika ada efisiensi pembuatannya selain pembelian dalam jumlah banyak.
Setelah lewat masa orde lama dan baru Bagi usa/uni soviet Indonesia adalah negara yg tidak bisa dipercaya untuk skrg .. Dan usa hanya memanfaatkan stts Indonesia sbg negara dgn penduduk terpadat ke 4 dunia.. Dan lgi posisi Indonesia sbg tameng melawan cina.. Sudah saatnya Indonesia membuat pilihan sbg negara Sekutu siapa usa/rusia.. Ingat jika pecah perang usa/china posisi Indonesia sudah pasti jdi basecamp usa..
Indonesia mampu beli F-35 kok
Dananya ada, dipinjemi dari Tiongkok
Entar setelah jadi beli, dipinjem oleh Tiongkok buat di copy pase
membeli F 35 dgn membuka hubungan diplomatik dgn israel tidak menjamin Indonesia mendapat F 35 dan ada pihak yg berkomentar Indonesia yg membela Palestina hanya mendapatkan pepesan kosong & ga ada artinya itu sangat menghina rakyat Indonesia dan Indonesia membela Palestina bukan atas dasar keuntungan ekonomi tetapi solidaritas saya harap admin dgn bijak memfilter atau memblok atau menghapus komentar tersebut.
Tapi bukankah dukungan yg sifatnya “solidaritas” dalam penerapannya kadang justru bersifat tidak obyektif 🤷
Contohnya saat perang india-pakistan…..sikap Indonesia saat itu mendukung pakistan dengan dasar kesamaan agama yg dipeluk oleh masyarakat Indonesia ☝️
Padahal kalo kita tidak lupa sejarah…..justru dukungan dari pemerintah dan rakyat India terhadap kemerdekaan Indonesia sangatlah besar…..kalo dihitung lebih besar ketimbang
dukungan pemerintah dan rakyat pakistan 🙏🙏🙏
Anda boleh browsing nama “Biju Patnaik”……salah satu pengusaha maskapai penerbangan India yg membantu mencetak para penerbang muda AURI di sekolah penerbangan miliknya di india atas seijin dan dukungan pemerintah India…..atas nama SOLIDARITAS sesama bangsa yg memperjuangkan kemerdekaannya 🤗😇🤗
“Dari pada susah-susah nyarinya……🤗🤗🤗”
https://www.boombastis.com/biju-patnaik/76875
Belajar sejarah jgn dri internet doang dek.. India ada maunya dlu karna mereka butuh beras dari RI.. Kasus Ganyang malaysia di Kalimantan.. Bnyak tentara india yg menjadi serdadu Inggris.. Blom lagi tentara Gurkha..
Kalau soal perang India-Pakistan, Indonesia lebih memilih mendukung Pakistan drpd India karena India memiliki hubungan dekat dng uni Soviet tdk seperti Pakistan yang bersekutu dengan Amerika dan dukungan kemerdekaan Indonesia dr Pakistan kecil karena Pakistan baru berpisah dr India pada tahun dan 1947, dan pastinya tdk logis bagi Indonesia mendukung India yg merupakan negara sekutu uni Soviet diera orde baru.
Kayak kepinteran sampeyan ini @bred, entah belajarnya dimana…….pasukan gurkha disamakan dg pemerintah dan rakyat India 😏
Kalo logikamu seperti itu…….di Indonesia juga banyak yg menjadi KNIL atau PETA 👎👎👎
Justru sebagai pelopor berdirinya negara-negara Non Blok, seharusnya Indonesia tampil sebagai penengah, bukan malah memihak salah satu pihak yth bersengketa🤷
Lagipula analisa anda @Spitfire ngelanturnya kejauhan….alias asal memaksakan jawaban👎👎👎
Indonesia memihak pakistan dalam konflik antara india-pakistan terjadi di era Bung Karno dg mengirim kapal selam.whiskey ke pakistan…..dan coba browsing apa alasan Bung Karno saat itu dg memihak pakistan 🤗🤠
Aku suka komentar ini dan memang realita sejarah sebenarnya,ada tambahan juga mengapa indonesia mendukung pakistan karena sikap india sendiri yang abu2 dalam mendukung gerakan nonblok dikarenakan india adalah termasuk anggota persemakmuran inggris
@ Bung Sugimura Agato
Indonesia membuka Hubungan diPlomatik dengan Israel ? Itu Jelas sesuatu yang sangat tidak mungkin alias Immposible sekali Bung Agato, Karena Apa ?
Karena itu sudah melanggar, dan mengkhianati Perjuangan para Founding Father/ Bapak Pendiri dan Pejuang kemerdekaan Indonesia yang terdahulu…
Bung Karno Pernah berpesan ” “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” Soekarno, 1962.
Apakah hanya karena demi Pesawat Tempur F 35 yang kecanggihan dan kemampuannya masih perlu dipertanyakan dan diragukan banyak Pihak (Termasuk Jerman) kita Tega dan berani Mengkhianati Perjuangan para Pendahulu Bangsa Ini ?
Lalu yang kedua apakah Bung Agato lupa bahwa Indonesia merupakan negara Muslim terbesar didunia, apakah Umat Islam diIndonesia mau dan tega menari bahagia diatas penderitaan para muslim dipalestina yang dijajah oleh Israel dengan membuka hubungan diPlomatik dengan Israel ?
Walaupun Sampai Nabi Isa As turun dari Langit tentulah itu tidak akan pernah Muslim Indonesia lakukan dan menyetujui serta ridho bila Indonesia membuka Hubungan diPlomatik dengan Israel sampai menjelang hari kiamat…
Tapi tidak semua negara yg loyalis kepada Amerika & memiliki anggaran pertahanan yg besar mendapatkan akses utk membeli F 35 contohnya Taiwan malahan yg ada Taiwan hanya mendapatkan F 16 V.
Karena maksud sebenarnya itu adalah begini:
* Khusus loyalis sejati Amerika
(* syarat & ketentuan berlaku)
Artikel ini terlalu tendensius. Tak ada kaitannya beli f-35 dg afiliasi sekutu USA atau tidak khususnya untuk Indonesia. Membeli f-35 bagi Indonesia ibarat ngebet beli hp 5G padahal jaringannya belum siap. UEA sekalipun diijinkan tetap nunggu giliran. Turki punya masalah yg beda krn khawatir spionase pd jejak signature F-35 yg ditangkap oleh radar S-400 yg nantinya bisa diakses oleh rusia saat maintenance, tau sendiri gimana pelitnya Rusia jgn kan utk akses teknologi, sekedar service flanker Indonesia hrs dibawa ke Rusia. Ingat, indonesia blm pernah mengoperasikan pespur dg radar AESA, jadi pilihan utk tidak lompat kelas itu adalah pilihan yg tepat dan bijaksana. F-15 EX itu salah satu yg terbaik dan paling advanced dikelasnya bahkan dibandingkan F-15 SG Singapore atau F-18 E/F Superhornet Aussie dan dibuktikan dg rencana akuisisi oleh USAF dlm jumlah banyak. Pun demikian F-15 EX tak bisa dibandingkan dg F-35 Krn dlm pertempuran bnyk faktor yg mempengaruhi seperti kelengkapan Alutsista, battle manajemen, dukungan support informasi dan logistik, cuaca dan geografi dsb dst. Memang pembelian suatu Alutsista strategis serta berdampak luas seperti F-35 atau F-15EX membutuhkan diplomasi politik dan lobi-lobi yg jempolan dan Indonesia jelas ada pada top prioritas sebagai mitra spesial yg sangat strategis bagi USA seperti saat perang dingin. USA tak khawatir Vietnam dan Indochina jatuh ke tangan komunis asal Indonesia beralih ke USA bahkan hingga kini China pun mengakui perubahan politik luar negeri Indonesia akan berdampak langsung bagi kepentingan politik China di LCS,Taiwan bahkan dunia. Yah kalo Indonesia mw cepet dpt F-35 ya buka aja hubungan Ama Israel dan Pepet terus AIPAC. Ingat, Palestina takkan bisa menyelamatkan Indonesia dari ancaman agresivitas China mengingat Hamas dan Fatah juga sudah bergantung kpd China.
Memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tidak menjamin Indonesia mendapat F 35 contohnya saja Taiwan yg sudah mengakui negara Israel walaupun kelihatannya Israel lebih memilih mengakui Cina daratan sbg negara ketimbang Taiwan tidak membuat Taiwan bisa mendapatkan F 35.
HAh hanya demi F 35 Indonesia harus membuka hub.diplomatik dengan Israel???sungguh bila ini terjadi ini merupakan AIB TERBESAR di muka bumi bagi Indonesia dan mengkhianati cita cita founding father kita untuk tidak membuka hub.diplomatik sebelum palestina merdeka.
Apa sudah ga ada pespur dari negara lain non f 35 yang mampu menjaga dan memberi rasa aman kita daripada harus membeli f 35 dengan mencium xxx israel
Ini pendapat bung@Sugimura Agato yg gw demen tepat sekali.. kita habis2an mmbela palestina tp dpet pepesan kosong, ga da artinya Palestina toh warga muslim palestina mlah bnyak yg pindah kewarganegaraan.y ke Israel, paling koment @Bang Ruskie yg berkamuflase yg bkal nentang
Tuh f15 ex beneran standart usaf atw cm label ? Klu emang standart usaf sih ok tp klu ga gmn? Klu perkara non blok, hubungan dgn israel gt jg dgn palestina, saya pikir ga ada kaitannya dgn urusan china secara langsung. Tp lbh pd amanat pembukaan uud 45. Klu mau di rubah statusnya ya rubah lha itu semua.
Mau mematahkan argumen mbah gatol ahh…😀😀😀
” Ingat, indonesia blm pernah mengoperasikan pespur dg radar AESA, jadi pilihan utk tidak lompat kelas itu adalah pilihan yg tepat dan bijaksana ”
———————————————————–
Polandia dan Turkey jg blom mengoperasikan pespur dng radar AESA mbah, tp sdh diijinkan dr awal beli F-35. Malah Turkey diajak joint pembuatan?……hikhikhik.
” Indonesia ibarat ngebet beli hp 5G padahal jaringannya belum siap ”
————————————————————–
Polandia pun blom siap jaringan tp boleh tuh dpt F-35. Cuma modal pesawat pengintai yg sekelas CN-235 MPA TNI ajaj…..hikhikhik
Coba buka setelan hp Android mbah gatol pada fitur setelah-jaringan, pasti disitu tetap ada pilihan 2G,3G, 4G.
Klo ente cerdas, ente terjemahkan sendiri maksudnya sesuai analogi hp 5G ente….hikhikhik
Ya salaaammm😀😀
Padahal F-16 V blok 70/72 atau F-15 ex yg ditawarkan juga pake basis teknologi radar aesa…..jadi gimana maksudnya siy 🙆🙆🙆
Polandia Ama turki itu anggota NATO Dhek Rukimin, apalagi Turki anggota konsorsium, klo Putin gk bikin masalah jualan es teh 400an udh serah terima dari dulu. Polandia gak perlu bikin infrastruktur militer yg kompleks Krn NATO itu kolektif dan terstruktur dhek. Negara dedengkotnya lah yg nyediain. Paham?
Sdh diprediksi bahwa jawaban mbah gatol pasti ngeles Turkey dan Polandia itu anggota NATO.
Tp tetap argumen yg terpatahkan. Ente kan bicara ini 👇
” blm pernah mengoperasikan pespur dg radar AESA, jadi pilihan utk tidak lompat kelas itu adalah pilihan yg tepat ”
————————————————–
Artinya klo mau menuju ke F-35 harus ke pespur yg generasi dibawahnya yg menggunakan radar AESA kan? Itu pendapat ente kan.?
Nah skrng terlepas Turkey dan Polandia anggota Nato. Klo aturannya harus menyesuaikan dulu ke pespur yg menggunakan radar AESA dr generasi sebelum F-35 bagaimana dng 2 negara itu? Ternyata bisa lompat tuh tanpa harus ada pespur dng radar AESA……hikhikhik
” Polandia gak perlu bikin infrastruktur militer yg kompleks Krn NATO itu kolektif dan terstruktur dhek. Negara dedengkotnya lah yg nyediain ”
————————————————–
Negara dedengkot yg nyediakan.? Kok enak.? Infrastruktur ada klo pesawatnya blom punya gmn mbah? Padahal sejak menjadi anggota NATO, kewajiban polandia utk merubah perangkat pertahanannya sesuai standar NATO atas biaya sendiri, contoh saja pembelian radar 3D baru, sistem rudal patriot dan F-16 block 52 dan yg terbaru F-35 mereka beli dng kocek mereka sendir bukan dr disediakan negara dedengkot. Silahkan gugling aja ya mbah gatol…hikhikhik
Yg disediakan oleh negara dedengkot kata mbah gatol itu pertahanan anti rudal system AEGIS yg hendak ditempakkan diperbatasan. Selain itu beli sendiri. Turkey jg demikian. Emangnya restoran cepat saji semuanya disediakan mbah…hikhikhik
Ya salaaammmm…😀😀
Yg namanya NATO itu semuanya terintegrasi Dhek,gak cuman Aegis ASHORE aja. Klo Alutsista wajib standard NATO beli sendiri ya wajarlah. Ibarat ikut ronda ya bawa senter masing-masing, ikut kerja bakti ya bawa sapu atau sabit masing-masing lah. Nah yg mampu, yg dedengkotnya ini yg nyiapin makanan, cemilan,hiburan dan yg ngoordinasiin. Emgnya ente mw datang ke pos ronda atau kerjabakti cuman nonton doang tapi pengen ikut aman dan bersih?.
USA gak kurang baik gimana ngasih jual Alutsista yg speknya sama Ama yg dipake ke Indonesia. Coba Armenia, jadi wassalam deh. Hhhhhhhhhhhhhhh
Mau matahkan argumen mbah gatol yg plin plan lg ahh…😀😀
” Yg namanya NATO itu semuanya terintegrasi Dhek,gak cuman Aegis ASHORE aja.
Klo Alutsista wajib standard NATO beli sendiri ya wajarlah
Samgat kontradiktif dng 👇
Polandia gak perlu bikin infrastruktur militer yg kompleks Krn NATO itu kolektif dan terstruktur dhek. Negara dedengkotnya lah yg nyediain
————————————————-
Pertanyaan mendasarnya, infrastruktur mana yg disediakan negara dedengkot klo gitu mbah gatol.?…….hikhikhik
Kita kembali ke komen ente yg pertama
” Ingat, indonesia blm pernah mengoperasikan pespur dg radar AESA ”
————————————————–
Trus knapa klo memang blom mengoperasikan pespur dng radar AESA.? Ga boleh lompat dng beli F-35 gitu.?
Polandia dan Turkey saja blom pernah ngoperasikan pespur dng radar AESA aja PeDe banget kok lompat dng mengakuisisi F-35. Apalagi Turkey yg notabene ikut konsorsiumnya. (Jng muter lg alasan anggota NATO ya mbah). Harusnya klo menurut kesimpulan ente Turkey dan Polandia jng lompat kelas dulu, harus menyesuaikan dulu dng kelas dibawah nya F-35. Bukannya begitu berdasarkan komentar ente yg awal ya mbah gatol.?
Bisa dipahami sampe disini ya mbah gatol.?…..hikhikhikhik
Ya Salaaaammmm…😀😀😀
Maksain logika ente, ente paham NCW? Polandia dan Turki gak bisa dilepaskan dari fakta kalo mereka anggota NATO. Jika ente gak paham apa itu terintegrasi apa itu pakta pertahanan fix ente gak paham apa yg dimaksud.
Nah kalo Indonesia, infrastruktur pertahanan terintegrasi baru terbangun. So, mendatangkan F-35 ibarat beli pc Rog Asus cuman buat maen Solitaire karena belum download steam dan gak psang kabel lan. Yah,setidaknya Indonesia gak ditolak beli f-35. Polandia sendiri mau beli sejak 2018, finalisasi kontrak 2020, delivery mulai 2024, tapi siap operasional awal 2030. Indonesia pesen sekarang, sign kontrak tahun ini misalnya terus combat ready 9 tahun lagi ya wajar lah. Apalagi ini yg lagi inden ada ratusan unit. Ya wajar lah lama. Emgnya beli PHD delivery order 30 menit nyampe?
Saya gak maksain logika saya tuh mbah gatol. Tp logika ente yg gak masuk akal. Dan spt biasa tdk menghasilkan jawaban akurat melainkan hanya ngepot sana sini.
” Ibarat ikut ronda ya bawa senter masing-masing, ikut kerja bakti ya bawa sapu atau sabit masing-masing lah. Nah yg mampu, yg dedengkotnya ini yg nyiapin makanan, cemilan,hiburan dan yg ngoordinasiin ”
————————————————-
Mengambil analogi aja sdh salah,
Jd makanan, cemilan,hiburan dan yg ngoordinasiin itu yg namanya infrastruktur menurut pengertian ente?
Ente paham gak sih yg namanya infrastruktur. Klo gak paham saya jelaskan mbah. Prasarana dan sarana utk mendukung suatu kegiatan itulah sebutanya infrastruktur.
Sampe disini.bisa dimengerti mbah gatol.?…..hikhikhik
Intinya ente gak paham struktur pembiayaan anggaran NATO dan
anggaran pertahanan Anggotanya.
Kembali kekonteks awal argumen yg gak bisa ente jawab tp ngepot sana sini. Jawab aja to the point tanpa harus ngeot tentang ini. 👇
Trus knapa klo memang blom mengoperasikan pespur dng radar AESA.? Ga boleh lompat dng beli F-35 gitu.?
Polandia dan Turkey saja blom pernah ngoperasikan pespur dng radar AESA aja PeDe banget kok lompat dng mengakuisisi F-35.
Sampe disini masih ngepot ….ehhhh maksudnya sdh bisa paham mbah gatol.?…….hikhikhik
Ya Salaaammmm..😀😀😀😀
Mbah, ada info sukhoi su35 g mbah ?
Saya penasaran, apakah jadi beli apa g ?
Wajar saja sih menurut saya, negara-negara pasti tidak menual persenjataan tercanggih ke negara teman saja, butuh status sekutu. Rusia tidak akan jual Su-57 dan Tiongkok tidak akan jual J-20 ke Indonesia karena hal yang sama.
Ini mah emang akal bulus AS yg ingin negaranya tetap jd super power sendirian. Ga mau ada negara superpower yg lain. AS larang beli alutsista Rusia alasannya bukan krn alutsista rusia canggih, tapi motif utamanya ingin lemahkan perekonomian rusia. Saya tetap dukung Indonesia jd Non Blok
Min bahas Radar CGI3 yang diincar Indonesia dong!
Pesawat ini mahal suku cadang dan mahal biaya operasional.
Jarak terjauh yang bisa ditempuh F35 adalah 2800 km, kalah jika dibandingkan Super Tucano yang bisa menempuh jarak 2855 km.
Kita belum perlu pesawat ini karena biaya operasional sangat mahal, bahkan saking mahalnya Amrik pun mempertimbangkan untuk menyetop produksi F35 bagi Angkatan Udaranya di angka 1050 unit saja, hanya 60% dari target semula.
Biaya operasional F15 jauh lebih murah dari F35. Oleh sebab itu rencana akuisisi F15EX patut diacungi jempol.
iPhone 12 kok disamain Ama politron.
Klo mnurut pndapat I, Non-blok Indonesia semakin lama semakin usang, mau tidak mau Indonesia hrus berpihak dan mulai naik level dari Mitra sekutu menjadi Sekutu. Gmna nh pndapat para ahli d sni, bung @Sugimura Agato dkk
benar sekali dek,sebaiknya kita dukung china jadi penguasa dunia maka kita dapat bagian,contoh nya sekutu yang ada saat ini hidup makmur dan mendominasi dunia.
karna kita telat dulu engak dukung usa jadi penguasa dunia,malah dukung sofyet,dan akhirnya unisofyet kalah dan kita kena imbasnya krisis multi dimensional 98.
Sorry bro, liat baik2 nickname I yah.. (Mas dihapus) jdi I pro ke organisasi tersebut, you have problem with that I don’t care, ok
ya betul lagi kamu dek.
suharto salah pilih dukung uni sofyet yang akhirnya kalah,dan kita kena imbasnya dengan dalil demokrasi dan penghapusan diktator dunia usa dan konco menyasar negara negara islam yang jadi potensi ancaman masa depan.
tapi kualat malah china bangkit dan mulai mengeser dominasinya sudah selayak nya kita ambil bagian untuk perubahan dan tatanan dunia baru.
karna kita kenal china bukan setahun dua tahun bahkan hunungan kita sudah dari ratusan bahkan ribuan tahun dengan china,sudah selayaknya kita lebih condong pada kenalan lama dan kerabat paling dekat,jadi dukung china kuasai dunia dan kita bisa kebagian kekuasaan dan hegemoni nya,contoh kita satukan pasifik dengan satu bendera 🚩.
Klo Indonesia mw ngasih upeti ke Beijing dan jadi negara vasal Aka Buffer state kayak jaman kerajaan jaman dulu sih terserah
engak ada kata upeti dalam istilah sekutu dek,karna indonesia bukan negara taklukan atau negara merdeka nya pemberian dan dengan segala prasarat macam tetangga.
mana ada bukti dalam sejarah kalou indonesia pernah memberi upeti kepada china,ada juga pengakuan kedaulatan dan hubungan timbal balik perdagangan.
jadi jangan asal tanpa ada bukti otentik ya 😏.
Non Block seharusnya bubar pas tembok Berlin runtuh.
Begitupun NATO.
Awkwkkw
Jujur prinsip politik luar negeri Indonesia mirip turki. turki pada masa perang dunia kedua. Pada masa awal perang, turki berhubungan baik dg Nazi tapi ketika Nazi kalah di front timur dan barat Turki akhirnya berbalik mendeklarasikan perang thd Nazi. Hanya aja disini Indonesia hrs punya kekuatan militer yg sangat kuat sehingga baik cina maupun sekutu tidak berani menyerang agar nasib Indonesia tidak seperti Polandia atau Swedia yg netral tapi masih diserang jg. Indonesia darurat nuklir dan ICBM.