F-16 Taiwan Rekam Manuver Shenyang J-11 dan Pembom Xian H-6 Saat Terobos ADIZ
|Merespon manuver provokatif dari Cina Daratan yang menggelar latihan militer bertajuk “Joint Sword 2024A”, Angkatan Udara Taiwan telah menerbangkan armada jet tempurnya dalam misi combat air patrol (CAP) di sekitaran Selat Formosa. Meski sudah tidak asing adanya pelanggaran oleh pesawat militer Cina dengan melewati ‘garis perbatasan’, namun, baru kali ini pertama Kementerian Pertananan Tawan merilis video hasil pengintaian dari jet tempur F-16.
Saling membayangi dilakukan antara jet tempur Taiwan dan Cina, khususnya setelah pesawat tempur Shenyang J-11 dan pembom strategis Xian H-6 menerobos Air defense identification zone (ADIZ) atau Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan. Kedua pesawat militer Cina tersebut berhasil direkam penerbangannya lewat perangkat Sniper Advanced Targeting Pod yang terpasang pada F-16 Angkatan Udara Taiwan.
Pola kerja Sniper Advanced Targeting Pod (ATP) dengan cara meracik beragam output dari elemen sensor, seperti 1K high definition mid-wave FLIR, dual-mode laser, 1K visible-light HDTV, laser spot tracker, laser marker, video data link, dan digital data recorder. Kemudian Advanced sensor dan image processing dikombinasikan untuk kebutuhan image stabilization, alhasil pilot mendapatkan sajian visual identifikasi target secara maksimal. Sistem Dual-mode laser di pod ini menawarkan eye safe mode untuk penggunaan bom pintar (smart bomb) berpemandu laser.
Dalam penggunaan oleh militer Amerika Serikat, targeting pod ini diberi label seri AN/AAQ-33, namun dalam label marketing dari Lockheed Martin disebut Sniper Advanced Targeting Pod (ATP).
Pod ini dirancang dengan bobot ringan (119 kg) dan tentunya sangat memperhitungkan sisi aerodinamis, sehingga punya drag aerodinamis yang lebih rendah ketimbang pod generasi terdahulu. Dilengkapai sensor FLIR (Forward Looking Infra Red), kamera TV dan laser designator, sniper pod canggih ini sanggup mengolah citra imaging, dan memungkinkan bagi pilot untuk mendeteksi, mengidentifikasi, serta melakukan eksekusi misi tempur ke jantung pertahanan lawan. FLIR punya kebisaan melakukan dukungan observasi penuh pada sasaran yang berada di lingkungan berawan dan berasap tebal pada siang dan malam hari.
In response to PLA’s military exercise, Taiwan’s @MoNDefense just released two footages taken from its F-16’s Sniper Pods. The footage show F-16 monitoring a J-16 fighter jet & H-6 bomber, which entered TW’s ADIZ. This is the 1st time the TW defence ministry release such videos. pic.twitter.com/7YNNnCwwTA
— Tingting Liu 劉亭廷 (@tingtingliuTVBS) May 24, 2024
Dengan bekal kamera CCD (charge-coupled device) beresolusi tinggi, TV, laser spot tracker, FLIR dan dual mode eye safe, sniper pod ini dapat mendukung misi intai untuk kebutuhan peran intelijen, terutama pada misi di wilayah urban sebagai pendukung counter insurgency operations.
Kemampuan deteksi dan jangkauan yang bisa diendus targeting pod ini kabarnya 3 sampai 5 kali lebih baik dari LANTIRN (Low Altitude Navigation and Targeting Infrared for Night), navigation and targeting pod jenis lama lain yang dipakai pada jet tempur F-15 dan F-16.
Lawan berat bagi F-16 bila terjadi dual di udara adalah dengan J-11, jet tempur twin engine dari basis Sukhoi Su-27 ini menjadi tulang punggu Angkatan Udara Cina saat ini.
J-11 dibuat oleh Shenyang Aircraft Corporation. Harapan Cina cukup besar pada jet tempur ini, karena digadang untuk bisa mengungguli jet tempur F-15 Eagle yang dioperasikan AS dan Jepang. Sejak terbang pada tahun 1998, Shenyang Aircraft Corporation kini telah memproduksi J-11 dalam beragam versi. Di versi J-11B telah dilengkapi glass cockpit dan radar AESA (Active Electronically Scanned Array). (Gilang Perdana)
Jet Tempur Shenyang J-11 – Terlahir dari Pengingkaran Perjanjian Lisensi Cina Kepada Rusia
Sniper Targeting Pod lebih ditujukan untuk serang darat sedangkan FLIR yg tersedia untuk mendeteksi sumber panas sasaran baik di darat maupun pespur siluman. Untuk menghadapi S-400 bisa menggunakan SEAD. Sedangkan rudal R37M masih mudah dijamming apalagi biaya produksinya mahal. Itu terbukti Rusia tidak mampu melumat habis seluruh pespur Ukraina dg rudal tersebut. Ada batasan jumlah yg bisa diproduksi oleh Rusia.
Taiwan jelas bukan Provinsi RRC meskipun ada pengakuan 1 China. Kesepakatan 1 China hanya berbunyi apakah Taiwan milik RRC atau China daratan yg sebetulnya milik Taiwan. China sendiri sebelumnya hanya terbang di wilayah ADIZ dan bukan wilayah Teritorial Taiwan. Jika China berani memasuki Teritorial Taiwan seharusnya mereka sudah menguasai pulau-pulau kecil milik Taiwan di sebrang pantai China.
Soal masalah Taiwan, gw dari dulu hanya berpatokan pada PBB. PBB sendiri sudah menegaskan kalo Taiwan adalah provinsi dari Cina. Jadi kalo lu memisahkan diri ya tau sendiri lah resikonya.
Jelas-jelas Cina langgar ruang udara Taiwan bukan diusir malah ditembaki pakai kamera pod, paling tidak gertak pakai dilock saja sama rudal hanud, tak da greget sama sekali buat unjuk gigi ke Cina ni Taiwan
@jeruk betul sniper setahuku hanya berjangkaian 50.000 feet (15 km), jangkauan radar S-400 bisa 400 km, rudal bisa 200 km, sniper f-16 belum aktif sdh di santap rudal S+400 atau di intetsep R-37M
kri rem dengan smart-s saja bisa mendeteksi F-16 tni-au di sekitar 150 km
kalau misi intai dimasa masih DAMAI atau musuh lemah maka pod ini masih berguna.
namun ukraina ini kondisi perang penuh dengan musuh SUPER KUAT macam Rusia maka misi intai lebih cocok dengan drone.
F-16 dengan Sniper untuk misi intai sama dengan bunuh diri berhadapan dengan S-400/500 dan R-37M.
Menarik untuk dilihat apakah F-16 yg akan diberikan kepada Ukraina juga memiliki Sniper targeting pod atau tidak?? Dilengkapi dg sistem jamming atau tidak. Jika tidak tentu F-16 Ukraina akan kewalahan saat beraksi di Medan tempur.