Update Drone KamikazeKlik di Atas

Erdogan: “Sistem Hanud S-400 Siap Digunakan Bila Negara Terancam”

Selain kondisi di dalam negeri yang sempat memanas akibat aksi terorisme, Turki juga menghadapi masalah konflik bersenjata dengan etnis Kurdi di perbatasannya dengan Suriah. Seperti api dalam sekam, Turki juga mempunyai konflik perbatasan di Mediterania dengan Yunani, yang berpotensi suatu waktu memicu perang terbuka antar kedua negara NATO itu.

Baca juga: AS Minta Sesuatu yang Mustahil Dipenuhi Turki, Mengirim Sistem Hanud S-400 ke Ukraina

Ditambah status Turki sebagai anggota NATO yang ‘dikucilkan’ dengan sejumlah embargo, menjadi alasan bagi Turki untuk bersiap menggelar sistem pertahanan udara (hanud) tercanggihnya suatu waktu.

Yang disebut sebagai sistem hanud tercanggih Turki adalah S-400 Triumph, yang menjadi pangkal permasalahan politik antara Ankara dengan Washington, dan berakhir dengan di depaknya Turki dari program akusisi dan pengembangan jet tempur stealth F-35 Ligthning II.

Seolah menegaskan pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Februari 2022, dikutip dari Anadolu Agency – aa.com.tr (23/11/2022), Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, bahwa sistem hanud S-400 siap digunakan jika diperlukan. “Jika ada ancaman, kami akan memutuskan di mana dan bagaimana akan menggunakannya,” kata Menhan Turki.

Menteri pertahanan Turki mengatakan pada hari Selasa kemarin (22/11), bahwa sistem hanud rudal S-400 yang diperoleh dari Rusia siap beraksi dan akan digunakan jika negara itu terancam. Pernyataan tersebut disampaikan saat Hulusi Akar berbicara kepada Komite Perencanaan dan Anggaran Parlemen Turki di Ankara, Hulusi menegaskan, “S-400 sudah siap dan siap digunakan.”

Sistem lengkap baterai S-400, dari kiri ke kanan – command center, radar locator dan launch vehicle.

Kilas balik ke April 2017, ketika upaya Turki berlarut-larut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS (Patriot) terbukti sia-sia, Turki kemudian menandatangani kontrak dengan Rusia untuk memperoleh sistem S-400 dari Rusia.

Turki beralih ke S-400 Rusia setelah setelah gagal membujuk AS untuk berbagi teknologi dari sistem rudal Patriot sebagai bagian dari kesepakatan akuisisi. Usaha AS untuk mencegah Turki berpaling ke Rusia juga sudah dilakukan, seperti usaha Departemen Pertahanan AS yang tahun 2018 menyetujui kemungkinan penjualan baterai rudal Patriot senilai US$3,5 miliar ke Turki.

Sementara pihak Turki kadung ragu atas upaya AS, lantaran proses akuisisi Patriot mendapat hadangan dari senat, terutama dari kubu oposisi pemerintah.

Kontrak pengadaan rudal S-400 antara Turki dan Rusia ditandatangani pada akhir 2017 dengan nilai US$2,5 miliar. Dengan tibanya rudal S-400, maka Turki secara terbuka telah berseberangan dengan Amerika Serikat.

Baca juga: Washington Cemas, Turki Uji Deteksi Sistem Hanud S-400 Pada Jet Tempur Stealth F-22 dan F-35

Pejabat AS pun menyatakan penentangan terhadap penyebaran S-400 di Turki, yang mengklaim S-400 tidak akan kompatibel dengan sistem NATO. Sebaliknya, Turki menekankan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi NATO atau persenjataan lainnya. Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi untuk mengklarifikasi masalah ini. (Haryo Adjie)

7 Comments