Update Drone KamikazeKlik di Atas

ENTAC: Pelopor Rudal Anti Tank Pada Infanteri TNI AD

Nun jauh sebelum Satuan Infanteri TNI AD menggunakan rudal anti tank Saab NLAW, MBDA Milan dan FGM-148 Javelin Block I, maka pada dekade 60-an, infanteri TNI AD nyatanya sudah pernah mengoperasikan rudal anti tank generasi awal yang peluncurannya dengan cara dipandu full manual lewat kabel, atau yang kondang disebut MCLOS (Manual Command to Line of Sight) wire guided. Rudal yang dimaksud disini adalah ENTAC (ENgin Téléguidé Anti-Char) buatan Perancis.

Baca juga: Oerlikon Contraves Mosquito – Rudal Anti Tank Perisai Pangkalan Udara AURI

Sumber dari Stockholm International Peace Research (SIPRI), lebih detail melansir bahwa pemesan 500 rudal ENTAC dilakukan Indonesia pada tahun 1962, dan rudal-rudal ini tiba pada periode 1963 – 1964. Pada masa tersebut, bukan TNI AD saja yang menggunakan rudal anti tank, pasalnya Paskhas (d/h PGT – Pasukan Gerak Tjepat) TNI AU juga sudah menggunakan rudal anti tank Mosquito buatan Oerlikon Contraves.

ENTAC dalam kode NATO diberi label MGM-32, rudal dengan bobot 12,2 kg ini mulai dirancang pada dekade 50-an, dan mulai masuk produksi setelah digunakan AD Perancis pada tahun 1957. Manufaktur ENTAC adalah DTAT (Direction Technique des Armements Terrestres) & Aerospatiale. Sejak diproduksi pada 1957, sampai tahun 1974, ENTAC telah dibuat sebanyak 140.000 unit.

Dalam gelar operasinya, ENTAC dikemas dalam kontainer khusus, rudal ini dirancang untuk disematkan pada rantis sekelas jip 4×4. Operator rudal ini mengendalikan laju luncur rudal menggukanan joystick dengan media kabel.
Dengan sokongan tenaga dari kombinasi solid booster and sustainer, ENTAC dapat melesat dengan kecepatan 100 meter per detik. Sementara jarak jangkau rudal ini maksimal 2.000 meter dan minimal 400 meter.

Baca juga: NLAW – Rudal Anti Tank Infanteri TNI AD, Siap Melibas MBT!

Kompi penembak rudal ENTAC TNI AD dalam Latihan Gabungan ABRI 1969 (Foto: Hobbymiliter)

Dari bobot rudal 12,2 kg, 4 kg diantaranya adalah hulu ledak hollow charge yang mampu menembus lapisan RHA setebal 650 mm. Hulu ledaknya dipacu dengan metode pengenaan langsung pada sasaran alias nose fuse. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang menggunakan rudal ini, sementara Australia masih mengoperasikan ENTAC hingga tahun 1982. Dalam Latihan Gabungan ABRI tahun 1969, rudal ini masih sempat diuji tembakan. (Haryo Adjie)

8 Comments