Enam Tahun Berlalu, Cina Rilis Konsep Desain Pembom Stealth “Flying Wing” H-20
|Setelah muncul dalam teaser pada tahun 2018, yakni saat Cina menandingi kampanye proyek pembom stealth B-21 Raider, maka baru pada pembukaan Zhuhai Airshow 2024, Cina merilis gambar render konsep desain pembom stealth Xian H-20. Kala itu, H-20 hanya tampil sekilas dalam sebuah video pendek dan masih ‘disarungkan.’
Baca juga: Tandingi Kampanye B-21 Raider, Cina Rilis Teaser Pembom Siluman Xian H-20
Dan kini enam tahun berlalu, masih belum ada spesifikasi ‘bocoran’ tentang H-20, termasuk kapan prototipe akan diluncurkan masih serba misteri, Beijing rupanya menutup rapat segala akses tentang program pembom stealth jarak jauh ini, meski tak bisa dipungkiri Cina butuh publikasi akan rancangan H-20, minimal sebagai efek deteren bagi negara-negara yang menjadi rival Cina selama ini.
Cina belum lama ini telah mengungkap secara publik gambar konsep pertama pembom stealth siluman subsonik H-20, yang menandai tonggak penting dalam upaya modernisasi Angkatan Udara Cina. H-20 ditetapkan untuk menjadi elemen penting dari proyeksi kekuatan dan strategi pencegahan Cina yang secara langsung menantang dominasi kekuatan udara AS, khususnya pada pengebom stealth B-21 Raider milik Angkatan Udara AS.
Render virtual H-20 memamerkan desain sayap terbang (flying wing) yang ramping yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan stealth dan memperluas jangkauan strategis.
Meskipun detail teknis spesifiknya masih dirahasiakan, citra konsep tersebut menampilkan desain flying wing yang mirip dengan B-2 Spirit dan B-21 Raider. Bentuk ini meminimalkan visibilitas radar dan menyoroti penekanan Cina pada misi penetrasi dalam di lingkungan dengan ancaman tinggi, yang bertujuan untuk menghindari deteksi dari radar dan sistem rudal hanud canggih.
Pertama Kali, Angkatan Udara AS Rilis Foto Samping (dari Udara) Pembom Stealth B-21 Raider
Tidak seperti pesawat pengebom Xian H-6 yang didasarkan pada desain Soviet (Tu-16) yang telah dimodernisasi secara besar-besaran, H-20 merupakan desain asli yang mampu meluncurkan senjata nuklir dan konvensional dalam jarak yang signifikan. Kemampuan ganda ini dapat menjadikan H-20 sebagai komponen penting dalam tiga elemen kekuatan nuklir Cina, dengan menambahkan kemampuan udara yang kredibel pada kemampuan nuklirnya yang berbasis di darat dan laut.
H-20 sedang diresmikan saat Amerika Serikat bersiap untuk memperkenalkan B-21 Raider, yang akan menggantikan armada pesawat pengebom B-1 dan B-2 yang sudah tua. Baik H-20 maupun B-21 Raider dirancang untuk lingkungan dengan ancaman tinggi berupa rudal permukaan-ke-udara (hanud) dan sistem radar canggih, yang menggarisbawahi peran potensial mereka dalam penetrasi mendalam wilayah udara musuh.
Dengan H-20, Cina dapat mencapai kemampuan yang dapat mengimbangi jangkauan dan efektivitas pembom AS, yang memungkinkan Angkatan Udara Cina untuk beroperasi di seluruh wilayah yang secara tradisional didominasi oleh pasukan Amerika dan sekutu.
Meskipun spesifikasi pasti H-20 masih dirahasiakan, para analis berspekulasi bahwa pesawat itu dapat memiliki jangkauan operasional yang jauh, diperkirakan hingga 8.500 kilometer. Jangkauan ini akan memungkinkannya untuk menyerang target di seluruh wilayah Indo-Pasifik, termasuk Guam dan mungkin lebih jauh lagi.
Selain itu, H-20 diharapkan dapat membawa muatan yang signifikan, termasuk amunisi nuklir dan konvensional, serta rudal jelajah jarak jauh. Penekanan pada teknologi siluman terlihat jelas dalam desain flying wing, yang kemungkinan mencakup material penyerap radar (RAM) dan saluran masuk udara berprofil rendah untuk meminimalkan penampang radar, sehingga cocok untuk operasi di wilayah udara yang dijaga ketat.
Proyek pembom stealth H-20 telah dicanangkan sejak tahun 2000 yang melibatkan The 603rd Aircraft Design Institute. Proses desain H-20 kabarnya sempat dibekukan pada tahun 2011, dan dilanjukan Xi’an Aircraft Industrial Corporation (XAC) membangun model subskala lain untuk perbaikan aerodinamika dan sistem radar. Informasi yang pernah dirilis ke publik, menjelaskan bahwa H-20 nantinya dapat menggotong payload/persenjataan sampai 10 ton, dan kemampuan jelajah tanpa air refuelling sejauh 8.046 km. (Gilang Perdana)
@tukang ngitung jangan cocoklogi dan menciptakan hoax, kasihan reader kemakan markitung ntar, 60 itu angka darimana lagi coba ?
Di Zhuhai Air Show Pak Toni coba masuk kokpit J-10CE. Kayaknya beliau naksir pesawat ini deh.
Gue juga dari tahun 2019 juga naksir J-10C
Mau bukti ? Lihat komentar saya di artikel
http://defense-studies.blogspot.com/2019/12/fa-18ab-classic-hornets-mark-end-of-era.html?m=1
Semoga dibeliin walau yang versi ekspornya. Kita butuh 60 unit alias 5 skuadron kalo boleh minta segitu. Kalo nggak bisa ya 3 skuadron aja. Asal bukan dari negeri si Puput.
Nggak cuma itu gue juga naksir Paolo Thaon sejak 2022, gue bilang kapan ya kita punya opv paolo thaon ….
http://defense-studies.blogspot.com/2022/03/brin-dan-tni-al-lakukan-pengujian-model.html?m=1
Akhirnya dibeliin walau cuma 2 unit.
Hihihihi nanti ada yang nggak suka trus bilang kok ngatur-ngatur belagak seperti pengambil keputusan saja.
Saya kan cuma minta dibeliin doang, dikasih syukur ngga dikasih ya nggak papa toh.
H-20 memakai winglet di ujung sayapnya sedangkan B-21 masih mengacu pada design B-2A tetapi lebih disempurnakan