Dukung Pergerakan Infanteri, Batalyon Zeni 3 Korps Marinir Berlatih dengan Bangalore Torpedo

Ragam alutsista anyar sudah banyak diulas, namun jangan lupa, ada jenis perangkat pendukung pertempuran yang usianya sudah lumayan tua tapi masih menjadi andalan banyak negara sampai saat ini. Yang dimaksud disini adalah Bangalore Torpedo, jenis perangkat penghancur medan ranjau yang lazim digunakan oleh satuan Zeni Tempur.
Baca juga: Venezuela Tampilkan Modifikasi Tank AMX-13 Varian Penghancur Ranjau
Seperti belum lama ini, Batalyon Zeni 3 Pasmar 3 melaksanakan kegiatan penghancuran medan ranjau dengan Bangalore Torpedo. Dikutip dari Staf Intel Pasmar 3 Sorong (24/6/2021), disebutkan kegiatan tersebut dilakukan dalam skenario mendukung laju pasukan infanteri di wilayah Majener, Distrik Salawati, Kab. Sorong, Papua Barat. Latihan tersebut dilaksanakan guna mengukur tingkat kesiapan tempur Kompi Zipur, sekaligus menilai keberhasilan latihan satuan yang telah dilaksanakan selama ini.
Bangalore Torpedo adalah bahan peledak yang ditempatkan di dalam beberapa pipa yang memanjang dan saling terhubung. Dengan peledakan pipa tersebut, diharapkan dapat memicu ledakan dari ranjau darat yang ditanam di permukaan.


Yang menarik, ternyata penggunaan Bangalore Torpedo sudah sangat lama, yaitu dimulai sejak tahun 1914, atau tepatnya pada era Perang Dunia Pertama. Saat itu, Bangalore Torpedo digunakan untuk membersihkan kawat berduri sebelum dilakukan serangan oleh pasukan infanteri yang berlindung di parit-parit.
Pipa torpedo terdiri dari sejumlah pipa ulir sepanjang 1,5 meter yang identik secara eksternal, salah satunya berisi bahan peledak. Pipa-pipa tersebut akan disekrup bersama-sama menggunakan selongsong penghubung untuk membuat pipa yang lebih panjang dengan panjang yang dibutuhkan.

Karena mudah diadopsi, debut Bangalore Torpedo terus berlanjut di Perang Dunia Kedua, bahkan sampai era Perang Afghanistan, Bangolore Torpedo masih aktif digunakan oleh personel Angkatan Darat AS.
Jenis Bangolore Torpedo yang laris digunakan di pasar internasional adalah jenis M1A1, per bagian torpedo punya panjang 1,5 meter, diameter pipa 54 mm, berat 5,9 kg, secara keseluruhan panjang rangkaian Bangalore Torpedo mencapai 15 meter. Dengan mekanisme peledakan menggunakan detonator, jenis bahan peledak yang bisa digunakan adalah TNT, amonium nitrat sampai C4.
Dari sejarahnya, Bangalore Torpedo diciptakan oleh Kapten RL McClintock dari Zeni AD Inggris pada tahun 1912. Saat itu, alat ini dipersiapkan untuk unit Madras Sappers and Miners Angkatan Darat India di Bangalore, India.
Baca juga: Bozena 4 – Robot Penghancur Ranjau Andalan Yon Zipur TNI AD
McClintock menciptakannya sebagai alat untuk meledakkan jebakan. dan barikade yang tersisa dari Perang Boer Kedua dan Perang Rusia-Jepang. Bangalore Torpedo diproduksi hingga 2017 oleh Mondial Defense Systems di Inggris untuk militer Inggris dan AS. (Gilang Perdana)


Kalau ranjau anti personil cukup libas pakai humvee apa komodo walau 1000 ledakan juga g ngaruh wong anti personil bkn anti armor
Ranjau bukan satu-satunya ancaman bagi marinir saat melakukan operasi pendaratan dimasa sekarang senjata pertahanan pantai seperti self-propelled coastal artillery gun dan Coastal missile defense system juga bisa menjadi ancaman bukan hanya untuk marinir tetapi juga untuk kapal & kendaraan selama operasi pendaratan.
Msh cocok buat ngancurin barikade kawat berduri. Tp saat ini mungkin lbh cocok dipake para demonstran buat ngancurin kawat berduri dan barikade.
Mengingat ranjau masih digunakan diberbagai tempat dan ditanam dlm jumlah besar dan jumlah alat penyapu ranjau yg terbatas banglore torpedo masih efektif.
Ingat Bangalore Torpedo, ingat penyerbuan pasukan RPKAD ke perbukuan tentara inggris di bukit Mapu di perbatasann kalimantan 🤔
Tapi perkubuan jaman sekarang dilindungi dg “tembok” standar HESCO……shg serangan dg mortir atau artileri lebih cocok 👍
Ane kira pertahanan pantai atau perkubuan gak akan banyak pake kawat berduri dan ranjau lagi. Mereka lebih memanfaatkan drone kamikaze dan RCWS yg dipasang dititik tersembunyi dg berbagai sensor. Bahkan kalopun lawannya sekelas ISIS/AL QAEDA dan pemberontak, mereka akan lebih suka menanam bom IED. So, menurut ane Torpedo Bangalore udah ketinggalan jaman secara praktikal sekarang.
Pointnya bukan disitu mbah gatol.
Mempelajari teknik dari yg konvensional sampe yg modern itu wajib hukumnya dlm kemiliteran.
Metode konvensional dng menyebar ranjau ini biasa digunakan oleh pasukan milisi/pemberontak jg negara2 yg berperang perbatasan spt korea utara dan selatan.
Klo negara2 besar atau yg memiliki teknologi modern tentu gak spt ini. Mereka punya rudal pertahanan pantai pastinya. Dan utk menyentuh pantai negara musuh prosesnya pun gak singkat sbg mana yg terjadi saat perang teluk.
RCWS tersembunyi itu sptnya hanya daya imajinasi mbah gatol saja. Klo sdh daerah pantainya babak belur dng terjangan rudal, lalu RCWS nya mau dikendalikan dr mana? Itu pertanyaannya mbah. Lha wong perangkat militer mereka terutama radar sdh pada hancur dihantam rudal…🙄🙄
Ya. Salaamm…🙈🙈🤣
Coba Dhek Rukimin diingat lagi, perkubuan mana yg harus ditembus pake tuh torpedo sejak perang dingin berakhir. Yg ada pake bom pintar aja udah selesai tuh barikadenya. Bahkan gak jaman lagi perkubuan pake kawat berduri kecuali perbatasan. RCWS itu asal bisa disembunyikan dengan tepat ditambah pelindung thermal, bisa jadi penghambat yg ampuh ditambah IED di pantai atau kawasan yg mau ditembus lawan. Itu cukup ampuh bukan hanya anti personil tapi juga anti armor. Kalo bawa manpads dan ATGM akan lebih tokcer lagi. Ingat, elemen kejutan jadi salah satu kesempatan untuk menahan atau memukul mundur musuh, dan juga yg paling banyak dipelajari saat ini karena bentukannya bisa berubah ubah. Kalo ada kawat berduri jelas bakal ketahuan dan bakal gampang dibersihkan.
Mbah gatol gak nyimak dng jelas komen saya itu berarti makanya gak nyambung. Kan sdh dibilang metode itu banyak dipake pasukan milisi dan pemberontak.
Klo pantainya saja sdh dihujani rudal dan roket, mau RCWS pake pelindung termal lapis baja yg tebal sekalipun gak akan ada operatornya yg nekat ngoperasionalkan mbah. Apalagi sampe ada manpads disitu, mau ngapain? Ente ini tambah aneh aja. Mungkin ente berpikir perangnya msh spt invasi Normandia.
Ketika kalian melakukan koreksi tulisan @admin, admin ny tidak malu , senyum ² karena kalian benar ² membaca ap y admin tulis.
Mungkin semua org di formil ni setuju klo salah 1 hal yang menyenangkan dari IndoMiliter adalah membaca komen ny selain membaca ap y sudah di sediakan bung @admin
“Yang menarik, ternyata penggunaan Bangalore Torpedo sudah sangat lama, yaitu dimulai sejak tahun 2014, atau tepatnya pada era Perang Dunia Pertama.”min mau tanya tahunnya itu 2014 atau 1914 min?🙂
Terima kasih atas koreksinya, sudah direvisi 🙂
2014??? Bukannya 1914???
Mungkin maksudnya dimulai sejak 1914?
Bukan 2014.
Iya benar sekali, sudah direvisi. Terima kasih
Kalau melihat banglore torpedo Jadi teringat film saving private Ryan terutama saat tentara Amerika yg harus berhadapan dgn atlantic wall dipantai Omaha.