Duh, Paket Penjualan dan Upgrade F-16 Viper ke Turki Terancam Deadlock
|Meski ditopang industri persenjaaan yang progresif, namun bicara realita saat ini, Turki punya kerentanan dalam aspek jet tempur. Bila disandingkan dengan rivalnya yang juga anggota NATO, yaitu Yunani, telah memulai program upgrade armada F-16 lawasnya ke standar F-16 Viper Block 70. Ditambah lagi, Yunani mendapat pasokan jet tempur Dassault Rafale dari Perancis. Untuk menyiasati kondisi yang ada, Turki ‘terpaksa’ harus mengoptimalkan armada F-16 yang menjadi backbone kekuatan udara Negeri Ottoman, khususnya setelah Turki didepak dari program akusisi dan pengembangan jet tempur stealth F-35 Lightning II.
Perihal upgrade armada F-16 dan pembelian F-16 Viper baru, sejatinya Ankara telah mendapat persetujuan dari Gedung Putih, yang mana Presiden AS Joe Biden telah memberikan lampu hijau paket penjualan senilai US$20 miliar pada Oktober tahun lalu. Dari dalam negeri, industri pertahanan Turki pun telah pasang kuda-kuda untuk memasok sistem, subsistem dan perangkat elektronik canggih untuk F-16 Viper hasil upgrade, yang digadang akan memberi performa lebih perkasa khusus untuk F-16 Viper Turki.
Namun, kelanjutan paket penjualan dan upgrade atas F-16 Viper yang diminta Turki nampaknya berujung deadlock. Seperti dilaporkan The New York Times (13/1/2023), kabarnya kubu Joe Biden menghadapi perlawanan keras pada rencana penjualan tersebut. Pentagon telah menghubungi Kongres tentang kesepakatan senjata besar untuk Turki dan Yunani, tetapi seorang senator terkemuka sangat menentang penjualan F-16 baru dan paket upgrade ke Turki.
Paket senilai US$20 miliar untuk Turki akan mencakup 40 jet tempur F-16 baru dan 79 kit peningkatan untuk memperbarui armada F-16 yang sudah tua.
Baca juga: AU Yunani Terima Dua Unit Perdana F-16 Viper Hasil Upgrade, Turki ‘Tertinggal’
Terkait Yunani
Sementara Yunani dalam waktu yang sama, meminta untuk bisa membeli setidaknya 30 unit jet tempur F-35. Seperti pembelian Rafale, maka Yunani menginginkan stok F-35 yang ada di arsenal AS, alias ingin beli bekas. Permintaan Yunani tidak kontroversial dan kemungkinan besar akan disetujui.

Dalam hal ini, Turki yang merupakan anggota NATO selama lebih dari 70 tahun, untuk paket F-16 yang dimintakan menghadapi skeptis dari anggota Kongres yang jengkel dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan, termasuk atas pelanggaran kebebasan sipil dan penolakannya sejauh ini untuk menyetujui keanggotaan NATO untuk Swedia dan Finlandia. Dua negara Skandinavia yang lama netral dan baru-baru ini mengajukan diri untuk bergabung dengan aliansi militer setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Bob Menendez, yang berasal dari kubu Demokrat dan merupakan kritikus lama Erdogan, mengeluarkan pernyataan pedas.
Menedez mengatakan dia menyambut baik penjualan F-35 ke Yunani, sementara dia “sangat” menentang penjualan F-16 ke Turki. Dalam kebanyakan kasus, Kongres harus menyetujui penjualan senjata AS yang signifikan ke sekutu asing, dan penolakan atau kelambanan akan mematikan proposal Presiden Biden.
“Presiden Erdogan terus merusak hukum internasional, mengabaikan hak asasi manusia dan norma-norma demokrasi, dan terlibat dalam perilaku yang mengkhawatirkan dan membuat tidak stabil di Turki dan terhadap sekutu tetangga NATO,” kata Menendez.
Baca juga: Menlu Turki: Bila AS Menolak Jual F-16, Pilihan Akan Beralih ke Sukhoi Su-35
Berbicara kepada media berita Turki pada bulan Oktober, Erdogan menolak kritik Menendez sebelumnya, mengatakan kepada wartawan bahwa “keberatan Menendez saja tidak dapat menghentikan” kesepakatan semacam itu, meskipun tidak jelas apa maksudnya. Beberapa minggu kemudian, Erdogan mengakui bahwa pengadaan jet tempur (F-16) akan “jauh lebih mudah” jika Partai Republik memenangkan mayoritas Senat dalam pemilihan paruh waktu di AS. (Gilang Perdana)
kubu joe biden kenapa benci banget sama Erdogan ?? why ??
@ayam
Polemik sanksi CAATSA terhadap pembelian S400 juga ada salah Turki juga. Jika pembelian sebelum 2019 pasti lolos dari jeratan sanksi CAATSA phase 3
Tapi polemik program long range SAM Turki memang kacau karena tidak transparan dari awal tentang rencana Turki melakukan RE dan rudal hasil RE tersebut juga akan diekspor. Memang ini yang terjadi 3 konterstan kompak mundur setelah pemenang ditetapkan dan jadi perdebatan seru di formil Kaskus 2015-2016
US sudah menawarkan lisensi dgn persyaratan yang situ sebut tapi ya Turki yang keras kepala akhirnya mengambil pilihan akhir ke kontestan yang tak lolos fase tender yakni S400
@livik
Yang lolos fase tender Patriot PAC2M, Aster SAMP-T & HQ-19
Yang memang tender HQ-19
Turki sudah menandatangani kontrak awal HQ-19 langsung dibatalkan sepihak oleh Sino karena masalah reverse engineering. Solusi selanjutnya mau tak mau ke Patriot & Aster tetapi MBDA & Raytheon juga menyatakan penolakan jika Turko tetap bersikukuh ngotot untuk RE
Akhirnya S400 diambil apalagi Ruskies mau tutup mata masalah reverse engineering
Saya membaca 2 sumber dari kantor berita Ruskies begitu hebohnya klaim bombastis tentang keunggulan S400 tetapi kantor berita Turko memberitakan alasan lain yaitu tadi soal reverse engineering
@periskop
Dibaca komentar ane baik-baik sanksi CAATSA dibikin rezim Obama akhir 2014 menyangkut invasi Krimea & genosida di Aleppo. Sanksi fase 1 kenaikan pajak semikonduktor akhir 2014, sanksi fase 2 untuk institusi keuangan akhir 2016, fase 3 untuk negara pembeli medio 2019
Turko punya kesempatan bisa lolos tapi kenapa membeli S400 ketika sanksi fase 3 berlaku.
Amriki mengizinkan platform lain termasuk juga merekomendasikan HQ-9/19 milik Sino bukannya S400 karena adanya CAATSA
S400 dipilih karena reverse engineering. Siper adalah S400 KW hasil karya Turko
HQ-9 dan turunannya, itu pengembangan S-300, lagian kan suka² turki, yang butuh juga mereka, mereka lebih suka ruskies ya ruskies yang dipilih, s-500 aja siap diboyong sama mereka, mereka fokus ke industri lokal, jet, drone, rudal, dll, mereka perlahan buat sendiri, mereka beli alutsista buat apa? diambil teknologinya, sama buat interim dan penghematan dana, mengingat biaya R&D alutsista tergolong mahal, kalau amriki atau eropa tak mau ya ruskies pun maju, mereka ngga ambil pusing, yang mau yaudah, yang ngga mau yaudah, embargo mesin?, kalau mereka dah produksi sendiri ya milik sendiri, sensor &elektronik? kalau dah bikin sendiri ya produk sendiri aja simpelnya seperti itu, pengembangan alutsista memang banyak kendala, ngga bisa langsung jadi
@periskop
HQ-19 bukan HQ-9
Justru Sino kecewa dengan performa S400. Range efektif karena paket ekspor dibatasi 100 km tak seperti 250 km di versi ori. Versi ekspor jumlah konde & CLOS pin separuh versi asli. Dianggap tak cukup ampuh membungkam pespur Taiwo via Formosa Strait. Imbasnya pengembangan HQ-19 justru dipercepat
Pembelian S400 serta tes langsung oleh Sino 3014 sedangkan tender long range SAM Turki dari 2015-2016. HQ-19 diklaim Sino lebih baik daripada S400
@ayam
Kalo S-400 jelek. Knp India menambah jumlah S-400?
@livik
Ane cuma menyadur pernyataan Sino yang tak puas akan kinerja S400 paket ekspor. Saya ulangi lagi paket ekspor
Kalau Indihe itu pembelian baru dan pertamakali apalagi barang belum terkirim. Belum ada testimoni.
Khusus Turko jelas RE hasilnya Siper