Dua Pilot F-5 Tiger Iran Tewas Akibat Insiden Pada Kursi Pelontar
|Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, kabar duka datang dari Angkatan Udara Iran, dua pilot jet tempur F-5F (tandem seat) AU Iran, belum lama ini dikabarkan tewas setelah terlontar keluar dari pesawat tempur yang kala itu masih dalam posisi belum lepas landas, alias masih di darat.
Baca juga: Terkuak! Label Identitas ‘Asli’ Amerika Serikat di Jet Tempur Kowsar Iran
Menurut stasiun televisi Iran, IRIB, Insiden tersebut terjadi di lanud Dezful di provinsi barat daya Khuzestan seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (1/6/2021). Laporan itu mengatakan penyelidikan sedang dilakukan mengenai apa yang menyebabkan masalah pada kursi pelontar F-5 Tiger tersebut. Tanpa menyebutkan pangkat, kedua pilot diketahui bernama L Kianoush Basati dan Hossein Nami. Ini bukanlah kejadian yang pertama. Pada tahun 2018, jet tempur F-5 lainnya jatuh di Iran selatan, menewaskan pilotnya, namun kopilot berhasil selamat. Penyebab insiden itu tidak terungkap sampai saat ini.
Seperti diketahui, Iran memiiki ratusan unit jet tempur F-5 buatan Northrop yang didatangkan saat Shah Iran Reza Pahlavi berkuasi di dekade 70-an. Tak sedikit unit F-5 Iran kemudian dimodifikasi, bahkan Iran merilis varian baru yang disebut Kowsar. Karena pasokan suku cadang yang terhenti dari AS, banyak F-5 yang saat ini mengudara tak lagi menggunakan komponen dan suku cadang orisinil.
Kowsar alias F-5 Tiger cita rasa Iran, disebutkan menggunakan kursi pelontar K-36D produksi NPP Zvezda, Rusia. K-36D dirancang untuk dapat melontarkan pilot pada berbagai kondisi kecepatan dan ketinggian pesawat.
Seperti halnya kursi pelontar lansiran AS dan barat, K-36D dapat digunakan dalam kondisi ketinggian nol dan kecepatan nol (zero-zero ejection seat), alias kursi pelontar dapat digunakan saat pesawat masih berada di permukaan. Untuk menggunakan kursi pelontar, disyaratkan bagi awak mengenakan peralatan pelindung, seperti harness, pressure suits dan kostum anti gravitasi.
Bobot kursi pelontar K-36D mencapai 103 kg, dimana komponen pada kursi pelontar sudah mencakup kombinasi peralatan pelindung KKO-15 dan tabung oksigen. Secara umum, peralatan yang ada di kursi pelontar terdiri dari sistem parasut, survival kit, windblast shield, sistem oksigen darurat dan pyrotechnic charges.
Baca juga: Unik! Iran Pasang Kokpit F-5 Tiger pada Stabiliser Vertikal Tupolev Tu-154
Dari spesifikasi, kecepatan lontaran ejection seat K-36D mencapai 1.400 km per jam dan dapat dilontarkan pada ketinggian 20.000 meter saat kecepatan pesawat Mach 2.5. Pada prinsipnya, kecepatan lontaran roket disesuaikan dari kecepatan laju pesawat, pihak pabrikan menyebut mekanisme penyesuaian kecepatan roket berlaku otomatis saat kecepatan pesawat lebih dari 850 km per jam. (Gilang Perdana)
Bismillah semoga TNI.AU memiliki pesawat tempur YAK.130,Su.35 dan dukungan dari jepang pesawat latih fuji dan kawasaki.
Mirip2 sama insiden “eject kat hanggar” tempo hari di negeri tetangga..
Akhir2 ini kursi pelontar buatan Ruski sering ngelontarin pilotnya sendiri. Au Ruski ada insiden beberapa kali tahun ini. Ada apa gerangan?
Btw admin belum nurunin berita rombongan pesawat China mau Silaturahmi ke Malaysia ya?? Padahal itu gawat banget loh, Indonesia, uncle Aussie Ampe Uncle Sam belum nyiapin hidangan nih.
Itu jelas ngeri karena dalam rombongan pasti ada di TU-16 KW supernya China aka H-6K yg bisa bawa DF-21D dan CJ-10/CJ-20. Itu rudal bisa nyampe jarak 1500 km loh. Wajar sih Uncle Sam sama Uncle Aussie khawatir banget soalnya kalo nembak dari Sabah bisa sampe Darwin atau Perth. Kalo masuk sampe Laut Banda atau Arafuru sudah bisa nyerang Melbourne dan Adelaide yg notabene jadi pangkalan utama angkatan laut Aussie, galangan kapal Ampe pusat logistik Uncle Sam di Pasifik Selatan dan Barat Daya serta Hindia. Kenapa Indonesia juga wajib khawatir?? Karena jelas Indonesia cuman jadi satu-satunya ancaman udara di kawasan kalo China mau nyerang Aussie, Kepulauan Cocos dan Diego Garcia.
So, Indonesia udah tepat belanja anggaran Ampe 1700 T, selain bisa borong F-15 EX juga bisa beli Rafale dan sekalian IFX/KF-21. Yg jadi masalah kalo pangkalan dan lanud Indonesia juga jadi sasaran, So hanya ada beberapa Hanud yg bisa dibeli dan jelas itu bukan esteh 300an/400an dan 500an punya Om Putin karena ada CAATSA. Indonesia cuman bisa beli THAAD, David Sling atau bahkan AEGIS Ashore. Kalo untuk varian laut bisa beli rudal SM-3, SM-6,Barak-8 atau Aster-30. Segera dibeli gih karena ancaman udah Deket, betul Dhek Rukimin???
Gak betul mbah…😄😄
Soalnya 1700 T itu bakal alot bahasannya di DPR. Apalagi partai Nasi Ademnya si Bulek dng jargonnya ” Mau Perang Dimana ” akan kuat menjegal, sebab ada barisan para broker menunggu dng harap2 cemas..😄
Belom lagi serangan para oposisi penentang wowo di parlemen jg ikut ngeramaikan.
Ujung2nya yg dibeli ” Alutsista yg ada di inventory nya TNI saja “….🤣🤣
Ya. Salaamm…🤣🤣🤣
Kalo jamban australia kena dongfeng rata2 orang Indonesia hanya akan mengkhawatirkan Jack Miller mbah. Dan belanja kalo kita belanja 1750 T juga bukan buat perang sama china, tapi karena kita butuh mensiagakan diri untuk segala kemungkinan, amerika yg sampean dewa2kan ada dalam kemungkinan itu ga cuma China.
Kalau liat F 5 Tiger jd miris..sudah pensiun lama tapi belum jelas pesawat jenis apa penggantinya..
Kecelakaan bisa terjadi pada siapapun apalagi Iran yg masih menggunakan pespur tua yg suku cadangnya didapat dari black market.setidaknya pespur buatan Amerika spt F 4 .F 5,& F 14 memiliki jasa besar pada Iran saat berhadapan dgn Irak yg didukung oleh mayoritas bangsa Arab & mayoritas anggota DK PBB.