Diluncurkan dari Helikopter AW159 Wildcat, Rudal Martlet Sukses ‘Disulap’ Jadi Rudal Udara ke Udara
Nama rudal Martlet sudah lumayan dikenal di Indonesia, selain digunakan oleh satuan Arhanud TNI AD, rudal Martlet juga telah menampilkan debutnya dalam perang Ukraina, terutama digunakan pasukan Ukraina untuk menembak sasaran di ketinggian rendah. Dan belum lama ini ada kabar anyar terkait rudal buatan Inggris tersebut, bahwa Martlet sukses diuji coba sebagai ‘rudal udara ke udara.’
Meski tak secara resmi menjadi rudal udara ke udara, namun dalam suatu uji coba, Martlet ternyata berhasl menembak sasaran bergerak di udara. Seperti dilansir ukdefencejournal.org.uk (28/7/2023), dalam serangkaian pengujian baru-baru ini, rudal Martlet, yang sejatinya dirancang sebagai rudal pertahanan udara SHORAD (Short Range Air Defence), berhasil menetralisir ancaman kecil yang bergerak cepat, diuji secara ekstensif hingga batas kemampuannya.
Uji coba peluncuran rudal Martlet sebaga rudal udara ke udara, dilakukan oleh Operational Advantage Centre (Maritime Warfare), bagian dari Angkatan Laut Inggris, dan berlangsung di kawasan udara Wales. Sebagai wahana peluncur adalah helikopter Wildcat dari 815 Naval Air Squadron yang berbasis di Yeovilton.
Thread 🧵
Over the past two weeks @815NAS and @825NAS aircrew have been involved alongside #MaritimeWarfareCentre, #744NAS, @QinetiQ and @ThalesUK on Trial TRITON’s ARROW II at MOD Aberporth https://t.co/EAepNErDDM
— 825 Naval Air Squadron (@825NAS) July 21, 2023
Dalam uji coba yang diberi nama “Triton’s Arrow”, adalah terobosan bersejarah bagi skadron, menandai tembakan sukses pertama terhadap target udara. “Uji coba ini meningkatkan kemampuan mematikan dan keunggulan operasional dalam mendukung operasi di garis depan,” kata juru bicara Royal Navy.
Uji coba ini bertujuan untuk memperluas aplikasi potensial sistem rudal Marttlet dalam berbagai situasi dan ancaman. Uji coba selama dua minggu yang ketat, membuktikan kemampuan Martlet untuk menetralkan ancaman yang setara dengan kapal kecil yang bergerak cepat seperti speed boat dan jet ski, serta ancaman udara seperti drone.
Helikopter AW159 Wildcat HMA Mk2 yang dioperasikan AL Inggris, dapat membawa hingga 20 unit rudal Martlet, Rudal Martlet terlepas dari helikopter hanya dalam 0,3 detik, melaju hingga satu setengah kali kecepatan suara menuju sasarannya. Selama uji coba, helikopter Wildcat berhasil menembakkan Martlet ke target udara yang bergerak, yakni target drone Banshee.
Diproduksi oleh Thales Air Defence, rudal Martlet punya kecepatan luncur Mach 1.5. Martlet punya jarak tembak maksimum 6 km dan jarak tembak minimum 400 meter. Sebagai sumber tenaga, menggunakan two-stage solid propellant dan sistem pemandu multi-mode guidance – laser beam riding and/or semi-active laser guidance and terminal infrared homing. Sementara detonasinya mengandalkan laser proximity sensor.
Baca juga: Arhanud TNI AD Tampilkan Rudal MANPADS Martlet, Diperkenalkan ke Unit Infanteri Raider
Rudal Martlet punya berat 13 kg, dengan 3 kg diantaranya adalah berat hulu ledak. Rudal ini punya panjang 1,3 meter dan diametr 76 mm. Martlet pada awalnya lebih ditekankan sebagai rudal udara ke permukaan ringan pada drone copter Schiebel S-100. (Gilang Perdana)
begitulah
Biasa bangsa kita tuk sok jaim, njiplak rudal² tuek trus d kembangkan sendiri ga mau, ujungnya lbh baik beli baru n duit lg…duit lg, pdhl china, korea n jepang awalnya bs buat rudal sendiri drmn klo nda njiplak dlu, trus d kembangkn sendiri stlh tau isinya, mmg butuh duit ga sedikit, tp kita terlalu takut klo d cap bangsa penjiplak, kmudian pngennya yg lgsg canggih n modern, repot² mknya ga bs buat sendiri rudal²nya, klo rusia maupun amrik bgtu dpt rudal yg berhasil d ambil dr musuh, lgsg d oprasi biar bs tau isinya spt apa, trus kmudian d buat yg lbh canggih lg
Kita banyak miliki macam2 rudal kecil yang digotong rantis mulai dari pertama kali operasikan Rapier jawara udara perang Malvinas thn 80 an, tapi tak satupun yg dioprek dipelajari untuk dikembang biak kan sendiri, bahasa klasiknya tak punya biaya yang artinya tak mampu secara intelegensia dan tak minat secara ekonomis dan diperumit secara birokrasi, kenyataan yg harus kita akui dengan lapang dada jika mau introspeksi (jika mau).