Di Video Ini, Sukhoi Su-30MK TNI AU Tampil Strong dalam Konfigurasi Full Set Air to Air Missiles
|Penampakan jet tempur Sukhoi Su-30 mungkin sudah jamak, namun tampilan Sukhoi Su-30MK2 Skadron Udara 11 TNI AU dalam konfigurasi full set persenjataan udara ke udara, terbilang langka. Meski beragam jenis rudal udara ke udara untuk Sukhoi TNI telah diketahui, namun toh agak jarang bila kesemua jenis rudal tersebut dipasang dalam suatu sesi penerbangan. Sampai kemudian sebuah video yang diunggah akun Instagram @skadronudara11official memperlihatkan sosok strong dari Su-30MK2 dalam video bertajuk “air refueling day 1.”
Nah, apa saja yang deretan rudal udara ke udara yang terpadang di wingtip dan hardpoint Su-30 TNI AU pada video tersebut? Yang pertama terlihat adalah sosok rudal udara ke udara pada wingtip, siapa lagi jika bukan Vympel R-73 (AA-11 Archer – dalam kode NATO). Inilah rudal yang punya komparasi full dengan Sidewinder. Bila Sidewinder menjadi lambang supremasi rudal udara ke udara jarak dekat AS dan NATO, maka R-73 pun menjadi andalan sejak era Uni Soviet dan Pakta Warsawa.
Serupa dengan Sidewinder, R-73 juga mengincar panas yang dihasilkan target, yakni dengan pemandu sensor infra merah (infra red guided) all aspect. Ini artinya R-73 dapat menghajar target dari beragam sudut dan posisi. Rudal ini dipersiapkan untuk meladeni dogfight paling berat sekalipun, yaitu hingga level 12G, tidak itu saja, R-73 secara teori dapat dioperasikan dari segala kondisi cuaca, dan hebatnya lagi rudal ini sudah anti jamming.
Lihat postingan ini di Instagram
Rudal kedua yang terlihat dalam cuplikan video adalah Vympel R-27 (AA-10 Alamo – dalam kode NATO), yang tampil khas dengan sirip berukuran besar dan warna lis putih hitam pada fuselage-nya. R-27 merupakan jenis rudal jenis medium-to-long-range air-to-air missile yang telah dikembangkan sejak era Uni Soviet pada tahun 80-an. Dengan penggerak solid fuel rocket motor, R-27 punya kecepatan luncur antara Mach 2.5 hingga Mach 4.5, laju luncur rudal juga terkait dengan kondisi cuaca dan ketinggian.
Dari bobot rudal yang sekitar 253 kg, 39 kg diantaranya adalah berat hulu ledak. Mekanisme peledakan pada target menggunakan dua jenis metode, yakni radar proximity dan impact fuze. Rudal dengan enam varian ini punya maksimum jarak tembak mulai dari 50 – 110 km, tergantung sistem pemandu yang digunakan.
Baca juga: Setelah 3 Tahun Absen, Pesawat Tanker KC-130B Hercules A-1309 Kembali Perkuat TNI AU
Dan tepat terpasang dibawah air intake, adalah sosok rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder – dalam kode NATO). Rudal ini punya julukan nickname R-77 sebagai AMRAAMski, lantaran punya spesifikasi yang mirip AIM-120 AMRAAM sebagai rudal udara ke udara jarak menengah dan jauh. R-77 dapat melesat dengan kecepatan Mach 4.5
Untuk jarak jangkau ada dua macam, untuk tipe R-77 (90 km) dan R-77M1 (175 km). Dengan hulu ledak HE (high explosive) fragmenting seberat 22 kg, target dapat dihancurkan dengan mekanisme laser proximity fuze, ini artinya proses peledakan dapat dilakukan tanpa bodi rudal harus mengenai sasaran secara langsung. (Bayu Pamungkas)
@Ayam Jago
Bung how are u there..??
Tahun ini yang akan progress pengadaan dan suda ditanda tangaan kontrak pengadaan apa ya bung?
*Untuk alutsista berat yang kalau kata netizen diforum sebelah bisa memberikan Rasa “Detterent” dan “Strong” hahaha
Emlu F-16 block 15 a/b emang sudah mampu meluncurkan aim 120 amraam itu keterangan langsung dari Dispen AU di YouTube , bahkan beliau bilang 10 F-16 emlu itu setara dengan blok 70/72 kecuali radary Lom AESA
kita mau pakai Flanker itu terserah TNI…cb kita pakai F-16 untuk patroli pasti Agato kagak akan protes,,lagian yg lebih tau tentang tentang kondisi terkini dalam segala hal pastnya lebih tau TNI dari pada si Agato…kalau Agato ingin kita mempercepat pengadaan pesawat AEW&E lagi2 TNI lebih tau mana Anggara yg harus di prioritaskan
Yang dibawa itu versi tranner atau mungkin hanya dummy aja, ada yg tanpa sayap dan ada yang tak bertanda live, jadi tidak full combat.. eman eman mungkin ya..barang rusia cepat rusak umur pendek
Sebetulnya ane tidak begitu tertarik ama pajangan rudal yg ada pada video itu. Memasang senjata lengkap seperti itu di masa damai hanya digunakan untuk operasi CAP. Namun yg menarik adalah Flanker TNI melakukan air refueling. Itu artinya Flanker tsb kemungkinan besar sedangkan menjalankan misi CAP jarak jauh dan hotspot yg bakal dijaga kalo bukan dari Laut Sulawesi hingga Utara Papua, Laut Arafura hingga selatan Jawa atau bisa jadi di Natuna.
Cukup menyesakkan juga untuk patroli seluas Indonesia ini, masih mengandalkan Flanker. Sudah seharusnya Indonesia mempercepat pengadaan pesawat AEW&E untuk mengkover radar darat sekaligus memperkuat pengawasan dan penjagaan NKRI.
Kita (baca:DPR) seharusnya sangat prihatin bhw kekuatan militer kita nasibnya ditentukan oleh negara tetangga seperti Singapura dan Australia. Mrk memang sekutu Barat dan Israel! Melalui lobi strategis mrk bersama Amerika mrk “menata” kemampuan alutsista bangsa ini. Lebih tiga dekade setiap pembelian alutsista harus mendapatkan persetujuan amerika. Pada akhirnya kita harus mendapatkan alutsista usang dan ketinggalan jaman dari amerika. Jikapun diijinkan dari rusia pun, makan nyata nyata kemampuan nya jauh yg dipunyai singapur dan asutralia. Mestinya kita bisa berlepas diri dari tekanan luar tapi invicible hand mrk sudah mengakar dalam pemerintahan?