Di Laut Cina Selatan, F-35C Mengalami Insiden Saat Mendarat di Kapal Induk USS Carl Vinson
|Saat proses take-off, pada 17 November 2021 telah terjadi kecelakaan dengah jatuhnya jet tempur F-35B Lightning II di Laut Mediterania. Maka pada 24 Januari kemarin, telah tejadi kecelakaan atas F-35 yang terjadi di lautan pula, yakni menimpa F-35C Lightning II yang sedang dalam proses landing di kapal induk USS Carl Vinson (CVN 70), dimana kapal induk nuklir tersebut sedang berlayar di Laut Cina Selatan.
Dikutip dari Thedrive.com (25/1/2021), disebutkan pilot berhasil melontarkan diri dengan kursi Martin Baker, dan kabarnya dapat dievakuasi dalam kondisi selamat. Sementara ada tujuh personel di kapal induk yang mengalami cidera. USNI News yang pertama melaporkan insiden ini, mengatakan bahwa dari tujuh pelaut yang terluka, empat menerima perawatan di atas kapal Carl Vinson, sementara tiga dievakuasi ke fasilitas medis di Manila, Filipina. Tiga dari orang yang terluka di dalam kapal induk telah keluar dari ruang perawatan, sementara status yang keempat tidak jelas. Ketiga personel di Filipina saat ini dalam kondisi stabil.
Meski begitu, tidak jelas dengan nasib pesawat. Belum ada kabar resmi, apakah jet tempur yang dioperasikan AL AS itu berada di dek kapal induk atau jatuh ke laut. Angkatan Laut AS sampai berita ini diturunkan belum merilis rincian tentang bagaimana kecelakaan itu terjadi atau apa yang terjadi pada F-35C yang dimaksud, tetapi penyelidikan atas kecelakaan itu sudah berlangsung.
Informasi sementara, jet nahas berharga US$116 juta (belum termasuk mesin) tersebut ditugaskan ke dalam Strike Fighter Squadron 147 (VFA-147) The “Argonauts.” Berbeda dengan varian F-35A dan F-35B yang ideal digunakan oleh Angkatan Udara, maka F-35C dirancang khusus untuk beroperasi dari kapal induk. Agar adaptif untuk melakukan pendaratan di kapal induk, landing nose gear F-35C dibuat berbeda dengan dua varian lainnya, yaitu mengusung dua roda, plus ada tail hook untuk membantu pendaratan di dek. (Gilang Perdana)
” Apalagi F-35 termasuk pespur generasi kelima yg full teknologi paling canggih dan software avionik tercanggih so, semakin canggih suatu platform atau alutsista akan jadi lebih rentan mengalami bug pada software utamanya”
@Bung Agato sehat??? semakin canggih kok kesannya semakin kurang baik… sebenarnya analoginya bung Agato ini sangat kontradiksi… semakin canggih mestinya semakin efektif semakin efisien dan semakin meminimalisir kesalahan… kecuali jika memang pesawat ini sebenarnya masih bermasalah…
Jadi sebenarnya intinya maksud pernyataan bung Agato diatas ini apa??? F-35 masih bermaslaah?? atau teknologi canggih itu beresiko??? atau F-35 itu berteknologi canggih tapi bermasalah dan beresiko???
” Gak usah bandingin Su-57 ”
————————————————————-
Masa pespur raja nyungsup dan superioritas laut dalam mau dibandingkan dng SU-57 yg sdh betel prupen. Ya pastinya jauh bangetlah. SU-57 sdh terbukti mampu melintasi basis militer AS di timur tengah tanpa terdeteksi. Sementara F-35 baru tahap pembuktian belly landing dan friendly fire doank…😂😂
” ada beberapa yg jatuh itu menunjukkan kalo mengembangkan pespur generasi kelima yg full dg teknologi dan software itu tidaklah mudah
————————————————————–
Sdh tau tdk mudah kok buru2 dilempar kepasaran, padahal masih banyak cacatnya. Ini menandakan biaya pengembangan yg terus membengkak tak sanggup lg utk ditanggung konsorsium. Iru sebabnya buruan dilepas kepasaran dng metode try and error. Agar modal segera balik. Resikonya dicap sebagai pespur belly landing istilah kerennya kalo gak mau dibilang raja nyungsep…🤣🤣🤣
400.000 jam terbang data dari mana om ?
“Bahkan Jumlah jam terbang aja Su-27 semua varian masih kalah dari F-35”
ini klaim ada data pendukungnya?