Di Balik Kunjungan Macron ke Indonesia, Potensi Tambahan 12 Unit Rafale Sampai Kontrak Efektif Scorpene Class
|Bersamaan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa malam, 27 Mei 2025, maka harian ternama Perancis, La Tribune menurunkan tulisan bahwa Indonesia bisa membeli 12 unit tambahan jet tempur Rafale, seiring peningkatan kapasitas produksi Dassault Aviation.
Sontak postingan La Tribune memancing beragam komentar dari netizen lokal, selain mengaitkan dengan rontoknya sejumlah Rafale dalam perang di Kashmir, lain dari itu, hal tersebut bila benar maka menyiratkan populasi Rafale di Indonesia bisa bertambah banyak, dari 42 unit menjadi total 54 unit, yang biasanya akan dikaitkan dengan peningkatan alih teknolog yang memadai dan harus diserap Indonesia dengan optimal.
La Tribune yang merujuk sumber resmi (yang tak diungkap identitasnya), angka penambahan pembelian jet tempur generasi 4,5 tersebut kemungkinan besar sekitar selusin unit, bisa bertambah antara 8 hingga 16 unit, tergantung pada sumber keuangan Jakarta.
Selama kunjungan Emmanuel Macron ke Indonesia, potensi pengumuman kontrak alutsista sangat terbuka. Kedatangan Macron sekaligus menjadi semacam ‘pengingat’ bahwa Jakarta masih punya kontrak rencana pengadaan yang statusnya masih menggantung, khususnya pada program akuisisi dua unit kapal Scorpène Evolved Full Lithium-Ion (LiB) yang akan dibangun secara lokal oleh PT PAL Indonesia, atas asistensi Naval Group.
Merujuk pada kontrak kerja sama Kementerian Pertahanan pada 28 Maret 2024 untuk pembangunan dua unit Scorpene class oleh Naval Group dan PT PAL Indonesia, sampai saat ini kontrak efektif masih belum dijalankan.
Bagi Naval Group, selain menanti kontrak efektif atas pengadaan dua unit kapal selam Scorpene Evolved dari Indonesia, akuisisi kapal selam ini juga menjadi pembuktian ke pasar, bahwa inilah varian Scorpene terbaru yang untuk pertama kalinya bakal menggunakan tenaga dari baterai lithium ion dengan konfigurasi full Lithium-Ion Batteries (LIB), sehingga memberikan daya tahan paling lama dibandingkan varian lain dalam keluarga Scorpene.
Juga perlu menjadi catatan, produksi kapal selam akan membutuhkan waktu yang relatif tidak sebentar, mengingat kompleksitas konstruksi, pembangunan kapal selam tidak dapat dijalankan dengan singat.
Lepas dari konstruksi, pun harus dilalui serangkaian pengujian yang terbilang ketat. Lantas berapa lama waktu pembangunan satu unit Scorpene class pesanan Indonesia? Dalam acara Naval Seminar yang dihelat di Landing Helicopter Dock BPC Dixmude pada 28 Maret 2023, Direktur Produksi PT PAL (saat itu menjabat Senior Executive Vice President (SEVP) Transformation Management), Satriyo Bintoro mengatakan, “Bila kontrak telah berjalan, maka pembangunan Scorpne class akan membutuhkan waktu enam tahun.”
Hal lain yang menarik dari postingan La Tribune adalah kemungkinan pengumuman pesanan tambahan self proplled howitzer CAESAR, yang saat ini sudah menjadi alutsista andalan di artileri TNI AD.
Namun, semua masih belum pasti, bisa jadi pengumuman pesanan tambahan Rafale dilakukan selama kunjungan kenegaraan Presiden Macron saat di Jakarta dan Magelang, Jawa Tengah. Atau bisa juga pengumuman itu dilaksanakan saat Presiden Prabowo Subianto akan menjadi tamu kehormatan Perancis dsaat Bastile Day pada 14 Juli 2025 di Paris. (Gilang Perdana)
TNI AD Tambah Satu Batalyon Armed CAESAR Self Propelled Howitzer
Macron pulangnya nanti mampir ke New Delhi nggak sih? Harusnya ya disempatkanlah, sama kolega akrab nggak sopan kalau nggak dijadwalkan. Deket kok.
Sementara dari negri naga menawarkan puluhan kapal serang H class full spek yang sedang operasional, mereka menawarkan bahkan semua boleh diborong kalo kita mau. Sumber akun eks dari pedang kraton meliuk-liuk. Lumayan untuk pertahanan pantai tuh. Bisa ngebut nggak kayak bikinan kita.
Fregat ringan dari Perancis apakah yang LOI nya diteken hari ini ?
Min,
Dari fb pedang kraton meliuk-liuk dibilang ada tambahan scorpene sekaligus fregat ringan dari Naval group.