Desert Tech SRS A2 – Senapan Sniper dengan Desain Bullpup Multi Kaliber
|Mengambil lokasi di Lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar, pada Kamis 16 April lalu, sejumlah personel Yonif Mekanis Raider (MR) 413 Kostrad, melakukan latihan tembak runduk (tembak jitu) dengan senapan runduk (sniper riffle) jenis baru. Dari tampilan foto-foto yang dirilis pada akun Twitter @Cakra_Kostrad, maka bisa diketahui jenis senjata sniper yang dimaksud adalah Desert Tech SRS A2.
Baca juga: Komodo D7CH – “Made In Bekasi,” Inilah Senapan Sniper Kaliber 7,62mm
Bila diperhatikan secara seksama dari tampilan senapan sniper ini, ada yang sangat unik, yaitu inilah senapan penembak runduk laras panjang dengan model bullpup. Ini artinya penempatan magasin ada di bagian popor, alias magasin ada di belakang trigger. SRS A2 tergolong senapan sniper keluaran baru, lantaran baru diluncurkan Desert Tech pada tahun 2017 yang oleh pabrikan senapan ini diberi slogan “Stealth Recon Scout.”
Evolusi desain bullpup pada senapan sniper ini menawarkan presisi dan keunggulan pada sistem. Salah satu perbedaan penting dari SRS A2 adalah adanya handguard M-LOK. M-LOK adalah sistem mounting yang lebih populer, menggantikan desain picatinny rail dari generasi sebelumnya. Handguard baru ini menawarkan kemampuan pengguna untuk mengganti handguard, sesuai dengan preferensi. Desert Tech menjual handguards terpisah sebagai kit untuk dipasang oleh pengguna akhir. Kelengkapan bidik pada SRS A2 adalah teropong Kahles K624I 6-24×56 optic.
Keunggulan yang hakiki dari senapan sniper ini adalah kemampuannya untuk konversi kaliber secara cepat, yaitu hanya dalam waktu 60 detik. Konversi disini artinya laras dapat diganti-ganti, adapun kaliber yang ditawarkan ada tiga jenis, yaitu munisi kaliber.308 Win dengan panjang laras 40,64 cm, kemudian kaliber 6.5 Creedmoor dengan panjang laras 45,74 cm dan .300 Win Mag dengan panjang laras 45,74 cm.
Baca juga: Kalashnikov SV-18 – Senapan Anti Material Bullpup dengan Opsi Kaliber 12,7mm NATO
Penggunaan kaliber dan laras yang berbeda tentu akan berpengaruh pada jarak tembak, dan masing-masing kaliber punya jarak tembak maksimum – .308 Win (877 meter), 6.5 Creedmoor (1.037 meter) dan .300 Win Mag (1.069 meter). Pola kerja Desert Tech SRS A2 menganut pola bolt action dengan tembakan ‘satu-satu,’ sementara kapasitas magasin terdiri atas 6 munisi. (Gilang Perdana)
Mirip barrets m107 , 12,7 x99 mm..
konsep senapan runduk yg sangat menarik dgn memangkas/memaksimalkan dimensi senapan
mudah²an divisi senapan pindad segera melakukan riset/tot untuk lebih menyempurnakan mekanisme senapan runduk generasi terbaru
Udah jelas senapan buatan pindad selama ini unggul di tournament antar militer dunia……penyakit yg susah dihilangkan yaitu belanja di luar negeri lebih baik dibanding menggunakan produk dalam negeri….gengsi kali yah hahahahaha
emang tuh senapan runduk fungsinya cuman dipake buat tourney aja.mobilitas cuman dari ruang tunggu ke area menembak.coba bayangin kalo di medan perang musti dipanggul dalam radius ber-km.faktor dimensi,proses bongkar/pasang,kepraktisannya akan sangat berpengaruh
Tournament dan perang di lapangan itu jelas beda, tournament senapan selalu dalam keadaan bersih dan top notch, peserta lebih rilex, lihat kontingen AD sambil menunggu giliran nembak pada main futsal, dan yg terpenting target tidak menembak balik..
SS 2 memang selalu mengantarkan AD juara umum. Tapi AD juga bisa juara dgn menggunakn HK 416 yg recoil nya jauh lebih kecil dari SS 2
Katanya kemandirian alutsista buatan dalam negeri. Lha kok yg spt ini msh dibeli. Padahal Pindad punya. Jg senapan runduk.
Jika toh produk Pindad blom memwnuhi keinginan semua matra di TNI, bukannya lebih baik bekerja sama dng TNi utk mendesign sesuai yg benar diinginkan. Atau mencopy design yg baru dibeli spt ini, layaknya apa yg dilakukan China.
Namanya perusahaan harus hitung break even point (BEP). Kebutuhan sedikit maka akan rugi jika bikin sendiri lebih murah beli. ibarat pengen daging kambing maka lebih murah beli satenya aja dari pada beli se ekor kambing ,harus dimasak lagi …sebentara kita hanya butuh sepiring sate.
Betul jg pemikiran ente bung kamerat. Tp mungkin awalnya hanya sedikit kebutuhan dng penyempurnaan dan upgrade maka mungkin kedepannya akan banyak diminati dan bersaing
klo cuman urusan copas di cipacing jg bisa kalo ‘br’ nya dah d tangan.
tapi mau nasibnya kyk cina d nyinyirin trus ama putin gara² tdk punya tata krama
lagian jg senapan sama sekali bukan teknologi yg sangat kompleks dan semua teknologi/part sdh didaftarkan patent nya