Dengan Modal Pinjaman Luar Negeri, Mesir Resmi Beli 30 Unit (Lagi) Jet Tempur Rafale
|Indonesia mungkin bisa belajar dari Mesir, bagaimana sebuah negara berdaulat yang terkena sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) dari Amerika Serikat, tapi nampak bebas-bebas saja membeli alutsista yang ‘diharamkan’ oleh Washington. Sebagai buktinya, order pengadaan 21 jet tempur Sukhoi Su-35 telah berjalan, bahkan 5 unit Su-35 telah diterima Mesir. Lain dari itu, sejak Desember 2018, AU Mesir telah mengoperasikan 24 unit Rafale.
Baca juga: Spektakuler! Sukhoi Su-35 Pesanan Mesir Telah Mengudara dan Dalam Proses Pengiriman
Kombinasi punya Rafale dan Su-35, ibarat mimpi di siang hari bolong bagi warganet di Indonesia. Terlepas dari Mesir, sejatinya juga mengoperasikan F-16 Fighting Falcon dan Mirage-2000. Dan, belum lama ada kabar kejutan, bahwa Perancis telah menyepakati penjualan 30 unit Rafale kepada Mesir dengan nilai US$4,5 miliar.
Dikutip dari Reuters.com (4/5/2021), disebutkan kabar pengadaan 30 unit Rafale tersebut telah disiarkan oleh Kementerian Pertahanan Mesir pada hari Senin lalu. Dari dalam negeri Perancis, penjualan Rafale ini sempat memicu kontroversi, pasalnya Presiden Emmanuel Macron mengatakan pada bulan Desember 2020, bahwa ia tidak akan membuat penjualan senjata ke Mesir jika terkait dengan isu hak asasi manusia, sementara disisi lain, Macron tidak ingin melemahkan kemampuan Kairo untuk melawan terorisme di kawasan itu. Pernyataan yang kontradiktif kemudian menuai kecaman dari para kritikus.
Kementerian Pertahanan Mesir mengatakan kesepakatan itu akan dibiayai melalui pinjaman luar negeri yang akan dibayar kembali selama setidaknya 10 tahun, tetapi tidak diungkapkan rinciannya lebih lanjut. Model pembayaran lewat pinjaman bank juga tengah dijalankan Perancis dalam memuluskan penjualan Rafale ke Ukraina. Perancis adalah pemasok senjata utama ke Mesir antara tahun 2013-2017, termasuk penjualan 24 pesawat tempur dengan opsi 12 unit tambahan.
Kontrak-kontrak di atas kabarnya sempat mengering, termasuk kesepakatan untuk lebih banyak jet Rafale dan kapal perang yang telah berada pada tahap lanjutan. Kabarnya, hal itu berkaitan dengan masalah pembiayaan, karena ada kekhawatiran tentang kemampuan jangka panjang Kairo untuk membayar kembali pinjaman yang dijaminkan, meski itu dengan dukungan aset negara.
Baca juga: Selain ke Indonesia, Perancis Juga Siapkan Proposal Penjualan Rafale ke Ukraina
Kembali kepada kesepakatan penjualan 30 unit Rafale untuk Mesir, kabarnya itu juga mencakup kontrak untuk penyediaan rudal oleh MBDA. (Gilang Perdana)
sampai lebaran kuda juga gak akan datang pesawat baru…kecuali pak jokowi membasmi mafia alutsista yg ada selama ini…
Bismillah nga sabaran nunggu RAFFALE untuk TNI.AU
mesir engak bisa dijadikan acuan apa lagi perbandingan…karna memang dari dulu mesir tempat strategis untuk geopolitik dikawasan timur tengah dan afrika barat yang kaya dan sarat kepentingan sejumlah negara adidaya…jadi lucu kalou ada yang membandikan pengadaan alutsista dengan mesir…walau ekonomi mesir tidak sebanding kita tapi karna letak strategisnya mesir kerap dijadikan proxy bagi banyak pihak…terutama negara negara yang punya kepentingan didua wilayah tersebut(afrika barat dan semenanjung arab)…!!!
lah emang kita bukan tempat strategis geopolitk kawasan?
beda dek…geopolitik dalam artian konflik kepentingan dan ekonomi…disini baru mau itu juga kalou jadi sebab china dan usa lebih condong pada keuntungan ekonomi jangka pendek terutama jual senjata dan pemberian hutang….ketimbang jangka panjang berebut domain dan dukungan kekuasaan pada rezim tertentu seperti timur tengah dan lybia saat ini…!!!
beda tempat beda permasalahan..beda masalah beda juga solusinya…gitu deh…😅 tapi jelas para busser diuntungkan dengan keadaan ino sampai pulihan juta penghasilanya…🤣
Waikikiikikikik,
Penjualan/Ekspor kita ke Amrik gede daripada kita beli/impor dari Amrik. Selisihnya sampai belasan miliar usd. Kita pun juga sudah diberi keringanan pajak oleh Amrik agar barang2 kita tetap punya harga yang murah di Amrik. Kalo kita nerjang CAATSA, kemungkinan bisa terjadi Amrik nggak beli lagi barang dari kita dan barang kita yang masuk ke sana dipajak tinggi sehingga barang kita tidak laku di pasar Amrik. Jadi kita tidak bisa main selonong boy seperti Mesir. Itu satu.
Yang kedua ini :
Udah tahu rafale mahal, biaya operasional pun mahal, kok malah mau beli yang mahal?
Budget PLN di Green Book untuk pespur hanya usd 1,6 billion. Mana cukup untuk 36 rafale?
Apalagi kepingin F35 dan F15? F35 biaya operasional dan biaya harwat selangit, kok gaya-gayaan mau beli toh?
Lockheed Martin itu tahu kalo budget PLN untuk fighter hanya usd 1,6 billion. Makanya dia getol percaya diri nawarin Viper.
Lain dengan UAE yang tetap diperbolehkan beli F35 sebab duit UAE banyak banget.
Budget PLN usd 1,6 billion khusus fighter itu hanya cukup untuk beli maximal 14 rafale atau 24 viper baru. Itu pun kosongan. Atau kalo mau dapat banyak maka usd 1,6 miliar itu bisa untuk beli 40-42 unit FA50.
Kecuali kalo mau tuker komoditi dan beli cash. Tapi apa mau pesawat mereka ditukar komoditi?
Tidak perlu khawatir Indonesia masih memiliki opsi beli typhoon bekas.lagipula Mesir borong pesawat buatan Rusia dan Perancis karena F 16 yg dimiliki Mesir tidak berguna karena tidak dilengkapi dengan rudal amraam.
Menhan kitaa emoh kalo F-16 lagi om….. Terlalu lemah di kawasan kalo kita paksakan F-16 lagi. Tetangga udah bawa F-35 .. Saya tetep F-15 SE
Mending FA50 dpt baru dan jumlah byk jd cukup lumayan unt MEF walau spek dibawah viper tapi cukup lumayan unt defence indonesia gue yakin
PLN apa sih om,,?
nanya,bugjet PLN 1.6jt itu per tahun?……karena skema pembelian dr mesir aja bisa 10th berjalan,artinya beli cicil
Ayoo bu sri cpet cairkan dananya
Ga ada japuk mungkin
Laah, itu mesir bisa beli shukoi gak kena catsa😁
inti ne ki duit…
ono rego ono rupo….kakekan neko-neko barang ora teko-reko..
wong g niat beli koq…tanya2 doank…
Bukan gitu, nasib kontrak akan bergantung pada restu kementerian keuangan. Kontrak apa pun tidak dapat dijalankan tanpa penerbitan PSP.
Ga usah pusing. Mesir bisa berani utang banyak beli alutsista krn punya mesin cetak uang Terusan Suez