Dengan Mesin Baru, Thailand Kontrak ‘Revisi’ Pembelian Kapal Selam S26T dari Cina, Jadwal Pengiriman Akhir 2028

Jelang pengunduran diri pada bulan Juni lalu, Menteri Pertahanan Thailand, Phumtham Wechayachai menyetujui kesepakatan pengadaan kapal selam diesel listrik berteknologi AIP S26T Yuan class dari Cina yang telah lama tertunda, khususnya setelah kapal selam yang dipesan tidak bisa menggunakan mesin buatan Jerman.
Seperti dikutip Newsweek.com (18/9/2025), Thailand diwartakan telah menandatangani perjanjian yang telah lama tertunda untuk mengakuisisi kapal selam dari Cina, menyelesaikan pembelian enam tahun setelah lambung kapal diletakkan, mengakhiri periode ketidakpastian yang panjang sejak pengerjaan proyek tersebut dimulai pada tahun 2017.
Kesepakatan ini akan menjadikan Thailand negara Asia Tenggara keenam yang memiliki kapal selam, bersama Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Namun, beberapa analis memandang perjanjian ini lebih sebagai sinyal ketidakpuasan terhadap Washington daripada perubahan arah menuju aliansi dengan Beijing.
Awalnya pengadaan kapal selam dari Cina direncanakan sejumlah tiga unit, kesepakatan tersebut kemudian dikurangi karena keterbatasan anggaran.
Kapal selam S26T tunggal tersebut dibangun di Wuhan pada tahun 2019 dan direncanakan akan bergabung dengan Angkatan Laut Thailand pada tahun 2023. Namun program tersebut terhenti ketika Jerman memblokir ekspor mesin, dengan alasan embargo senjata Uni Eropa terhadap Cina yang diberlakukan setelah insiden Lapangan Tiananmen tahun 1989 di Beijing.
Bangkok awalnya memendam kekhawatiran tentang keandalan alternatif mesin buatan Cina, namun akhirnya memberikan lampu hijau atas pengguaan mesin buatan Cina setelah dilakukan lebih dari 6.000 jam pengujian dan memberikan sertifikasi bahwa mesinnya memenuhi standar yang digariskan dalam perjanjian.
Dilengkapi Teknologi AIP, Cina Mulai Bangun Kapal Selam S26T Pesanan Thailand
Sebagai catatan, pada tahun 2017, perjanjian awal untuk pembelian kapal selam kelas S26T Yuan class dengan mesin diesel MTU-396 asal Jerman telah dirancang. Namun, masalah mulai muncul setelah Jerman membatalkan kesepakatan tersebut, dengan alasan kendala kebijakan yang mencegah mesin yang direncanakan untuk dimasukkan ke dalam peralatan militer Cina.
Kesepakatan itu akhirnya menemui hambatan karena Perdana Menteri Thailand saat itu, Prayut Chan-o-cha mengancam akan membatalkan perjanjian tersebut jika Cina tidak dapat memasang mesin diesel MTU-396 asal Jerman yang ditentukan dalam perjanjian pembelian awal.
Untuk mencegah kesepakatan tersebut gagal, Beijing kemudian menawarkan mesin alternatif lokal CHD620, yang dibuat oleh pabrikan kapal selam Cina, dan telah disertifikasi oleh MTU Jerman. Thailand diketahui sempat menolak mesin kapal selam buatan Cina karena alasan kualitas. Angkatan Laut Thailand juga menyatakan bahwa mereka tetap berpegang pada ketentuan awal kontrak, yang dirasa tidak dapat dinegosiasikan.
Dan kabar terakhir, kesepakatan pengadaan kapal selam yang ‘direvisi’ pada 16 September 2025, sudah mencakup ketentuan transfer teknologi dan pelatihan, memperpanjang pembangunan hingga 40 bulan. Kapal selam pesanan Thailand kini dijadwalkan untuk jadwal pengiriman pada akhir tahun 2028. (Gilang Perdana)


wah, akhir 2028, kalau scorpene tni apa kabar, kapan melautnya nih kapal?