Update Drone KamikazeKlik di Atas

Dengan “Ledakan Sonar”, Begini Cara Kapal Perusak AL Cina Melukai Penyelam Australia

Pada pertengahan November lalu diramaikan kabar ‘penyerangan’ dengan menggunakan ledakan sonar pada penyelam Angkatan Laut Australia, yang diduga dilakukan kapal perusak (destroyer) Angkatan Laut Cina, saat penyelam Angkatan Laut Australia berusaha melepaskan jaring nelayan yang menjerat baling-baling frigat HMAS Toowoomba (ANZAC class), yang tengah berlayar di perairan internasional dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.

Baca juga: Penyelam Angkatan Laut Australia Diserang Sonar dari Kapal Perusak AL Cina di ZEE Jepang

Serangan sonar disebut telah melukai para penyelam Angkatan Laut Australia, mengenai dampak dan risikonya pada kondisi kesehatan penyelam telah kami kupas pada artikel sebelum ini. Nah, yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara ledakan sonar dari destroyer Cina mampu melukai, bahkan sampai melumpuhkan penyelam?

Tidak seperti insiden serangan pada umumnya, pada serangan dengan sonar tidak terjadi kontak langsung antara kekuatan militer Cina dan Australia. Namun para penyelam, yang bekerja di bawah air pada saat kejadian, terluka oleh satu atau lebih ledakan sonik dari sistem sonar kapal perusak Cina. Seperti diketahui, sistem sonar menggunakan gelombang suara yang keras untuk mendeteksi kapal selam, dan ‘denyut’ sonar dapat melukai atau bahkan membunuh siapa pun yang berada di jalurnya.

Dikutip Popular Mechanics, sonar (sonic navigation and ranging) adalah perangkat sensor yang pertama kali digunakan pada Perang Dunia II untuk mendeteksi kapal selam. Ada dua jenis sonar: pasif dan aktif. Sonar pasif hanya melibatkan penggunaan mikrofon bawah air, yang dikenal sebagai hidrofon, untuk mendengarkan suara kapal selam, seperti baling-baling yang bergerak di air, suara mesin, dan bahkan pembukaan dan penutupan palka. Sonar pasif hanya mengumpulkan suara, seperti telinga raksasa, dan tidak berbahaya.

Jenis sonar lainnya adalah sonar aktif, dan tidak berbahaya. Sonar aktif melibatkan pengiriman ledakan singkat atau denyut energi suara yang dikenal sebagai “ping”. Ping ini melaju di dalam air, memantul ke objek bawah air seperti kapal selam, dan kemudian kembali ke kapal selam yang mengirimkannya. Pulsa yang berulang memungkinkan penyiar mengetahui lokasi, kecepatan, kedalaman, dan arah kapal selam musuh.

Jenis kapal perusak Cina yang diduga sebagai pelaku penyeranga sonar ke penyelam Angkatan Laut Australia adalah Ningbo (139) – Sovremenny class buatan Rusia. Kapal perusak ini dilengkapi dengan sonar multifungsi yang dipasang di bawah lambung, yakni MG-335S Platina-MS-E (Bull Horn).

Tidak diketahui persis tentang kemampuan sonar pada Ningbo. Sebagai ilustrasi, sonar AN/SQS-53C yang dipasang di bawah lambung pada kapal perusak Arleigh Burke class Angkatan Laut AS, dapat mengirim gelombang suara dengan kecepatan 253 desibel pada jarak satu meter, dengan panjang ping individual 1 hingga 3 detik.

HMAS Toowoomba

Penelitian medis Angkatan Laut AS pada tahun 1990-an menjadi dasar peraturan keselamatan sonar pada Angkatan Laut global. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kebisingan sonar di bawah 160 desibel tidak akan membahayakan penyelam secara fisik (walaupun mungkin akan membuat mereka takut). Sebagai hasil dari penelitian tersebut, sistem sonar SURTASS LFA yang ditarik (towed sonar) Angkatan Laut AS yang dimaksudkan untuk melakukan pengawasan terhadap kapal selam musuh di seluruh lautan di dunia, dilarang beroperasi di atas 145 desibel ketika penyelam diketahui berada di wilayah tersebut.

Karena para penyelam Australia menderita luka-luka, meskipun luka ringan, sonar kapal perusak Tiongkok kemungkinan besar beroperasi di atas 160 desibel.

Apa efek samping fisik dari sonar desibel tinggi pada manusia? Jelas bahwa denyut nadi yang terlalu keras akan melukai manusia, tetapi tingkat pastinya berbeda-beda pada setiap orang.

Ledakan sonar diteorikan menyebabkan penumpukan nitrogen dalam darah mamalia laut sehingga menyebabkan penyakit dekompresi. Pada tahun 2000, uji coba oleh Angkatan Laut AS terhadap pemancar sonar 230 desibel dalam rentang frekuensi 3 hingga 7 kHz mengakibatkan 16 paus terdampar, tujuh di antaranya ditemukan mati. Cedera tersebut mencakup “kematian akibat pendarahan paru-paru atau trauma jaringan lain”, “gangguan atau gangguan pendengaran sementara atau permanen”, dan stres psikologis dan fisiologis.

HMAS Parramatta 154 – Lambang Supremasi Kekuatan Australia di Laut Cina Selatan

Sebagai catatan, insiden tersebut terjadi di perairan internasional di Laut Cina Timur, bagian Samudera Pasifik yang dikelilingi oleh Cina, Jepang, dan Semenanjung Korea. Kapal perang Australia HMAS Toowoomba berada di wilayah tersebut untuk menegakkan sanksi yang dijatuhkan terhadap Korea Utara oleh Dewan Keamanan PBB, sebagai tanggapan terhadap program senjata nuklir ilegal Pyongyang.

Toowoomba berada di wilayah tersebut untuk menghentikan pengiriman barang ilegal dari kapal ke kapal, seperti minyak dan produk minyak bumi lainnya, dari penyelundup ke rezim pemimpin Korea Utara Kim Jong un. (Gilang Perdana)