Dengan Biaya US$1 Miliar, NASA Ingin ‘Hancurkan’ Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)
Seolah ingin mengakhiri kaitan dengan Roscosmos Rusia, NASA (National Aeronautics and Space Administration) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat, berencana untuk menghentikan operasional Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) dengan cara ‘penghancuran’. Namun rencana tersebut tak semudah membalik telapak tangan, pasalnya biaya penghancuran ISS bakal menelan biaya sekitar US$1 miliar.
Berdasarkan laporan dari Scientificamerican.com, penghancuran ISS dijadwalkan akan selesai pada tahun 2031. Namun, semua opsi mengarah pada pengembalian ISS ke Bumi melalui apa yang disebut NASA sebagai “penurunan yang disengaja dan merusak”.
Namun ukuran ISS lebih besar dari lapangan sepak bola dan mencapai bobot 450 ton. Pesawat ruang angkasa raksasa ini awalnya memiliki target umur 15 tahun tetapi kini telah beroperasi selama 25 tahun.
Idealnya, NASA akan menunggu ISS turun melalui peluruhan orbit alami dan melayang 250 mil di atas Bumi. Setelah hal ini terjadi, kendaraan yang dibuat khusus akan dipasang ke ISS untuk memulai pembakaran deorbit hingga stasiun luar angkasa tersebut mengurangi jaraknya dari Bumi menjadi hanya 125 mil.
Pengendali misi kemudian akan mengubah orbit melingkar ISS menjadi elips sehingga titik terpendek ke bumi untuk stasiun tersebut hanya berjarak 90 mil. Pada titik ini, pengontrol misi akan menembakkan roket stasiun tersebut untuk terakhir kalinya, mendorong stasiun tersebut lebih jauh ke bawah dan membuatnya jatuh di atas Samudra Pasifik Selatan.
Pilihan lainnya adalah menjatuhkan ISS melalui “deorbit yang tidak terkendali”. Namun, mengingat ukurannya, dan fakta bahwa lintasan orbitnya melewati lebih dari 90% populasi dunia – anjloknya ISS ke Bumi yang tidak terkendali menjadi sebuah proposisi yang sangat berisiko.
Opsi ketiga adalah mendorong ISS ke orbit yang lebih tinggi, yang disebut “orbit kuburan”, yang tidak akan menimbulkan risiko, namun pada akhirnya karena pembusukan alami akan meninggalkan sejumlah besar puing di belakangnya.
Oleh karena itu, NASA harus membuat ISS tersebut jatuh dan terbakar kembali ke Bumi dan berencana untuk melanjutkannya dengan atau tanpa bantuan Rusia.
Buntut dari perang dingin antara AS dan Rusia dalam konflik di Ukraina, ikut merembet pada program ISS. Direktur Jenderal badan antariksa Rusia Roscosmos, Yuri Borisov, membuat deklarasi dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menyatakan Rusia akan keluar dari ISS setelah 2024. “Kami pasti akan memenuhi semua kewajiban kami kepada mitra kami, tetapi keputusan untuk menarik diri dari stasiun ini setelah 2024 telah dibuat,” kata Borisov, dikutip dari ZDnet (29/7/2022).
Laporan TASS mengatakan bahwa Rusia akan mulai mengembangkan stasiun luar angkasanya sendiri yang diberi nama Stasiun Layanan Orbital Rusia (ROSS). ROSS akan menjadi prioritas utama kosmonotika berawak domestik.
ISS adalah proyek kolaboratif antar negara yang melibatkan beberapa badan antariksa. Negara-negara yang terlibat dalam pembangunan dan operasi ISS antara lain:
Amerika Serikat (NASA)
Amerika Serikat berperan sebagai mitra utama dalam proyek ISS dan menyediakan modul-modul besar, wahana antariksa, dan sebagian besar peralatan serta perlengkapan untuk stasiun.
Rusia (Roscosmos)
Rusia adalah mitra utama kedua dalam proyek ISS dan menyediakan modul-modul awal, peluncuran wahana antariksa Soyuz dan Progress, dan sejumlah modul serta peralatan penting.
Uni Eropa (European Space Agency/ESA)
Anggota ESA termasuk Jerman, Perancis, Italia, dan lainnya, telah memberikan kontribusi dalam bentuk modul-modul, peralatan, dan eksperimen ilmiah.
Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency/JAXA)
JAXA menyediakan modul eksperimen ilmiah, wahana antariksa seperti HTV (H-II Transfer Vehicle), dan kontribusi lainnya.
Kanada (Canadian Space Agency/CSA)
CSA menyediakan berbagai peralatan, termasuk Canadarm2 (lengan robot) dan Dextre (robot penggerak).
Setelah Tahun 1965, Militer AS Kini Bersiap Membawa Reaktor Nuklir ke Luar Angkasa
Dari sejarahnya, ISS mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1998. Modul pertama ISS, yang disebut “Zarya” (berarti “sunrise” dalam bahasa Rusia), diluncurkan pada 20 November 1998 oleh roket Proton dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.
Awalnya Zarya masih beroperasi secara terpisah sebagai stasiun angkasa modular yang belum sepenuhnya terkoneksi. Modul berikutnya, Unity (Node 1), diluncurkan pada bulan Desember 1998, dan modul tersebut dihubungkan dengan Zarya pada tanggal 6 Desember 1998 oleh awak pesawat ulang alik Endeavour selama misi STS-88.
Dengan penyambungan Unity ke Zarya, ISS secara resmi dianggap sebagai stasiun antariksa yang beroperasi. Sejak saat itu, modul-modul tambahan dan wahana antariksa telah ditambahkan untuk memperluas dan meningkatkan fungsionalitas ISS.
Sejak awal operasionalnya, ISS telah menjadi proyek kolaboratif antarnegara yang melibatkan berbagai mitra internasional dan telah menyediakan platform unik untuk penelitian ilmiah dan eksperimen di lingkungan mikrogravitasi. (Bayu Pamungkas)