De Zeven Provincien Class, Frigat Rasa Destroyer Untuk Satuan Kapal Eskorta TNI AL
Meski usia pengabdiannya telah diperpanjang, pada akhirnya frigat legendaris Van Speijk TNI AL bekal memasuki masa purna tugas. Setelah beberapa kali dilakukan upgrade dan repowering, toh usia senja frigat buatan Belanda yang dirilis pada tahun 60-an ini tak bisa dilawan. Untuk menggantikan enam frigat Van Speijk (aka – Ahmad Yani Class), komposisinya kelak akan digantikan oleh enam unit PKR (Perusak Kawal Rudal) 10514 (aka – RE Martadinata Class), yang dua unit diantaranya kini telah dioperasikan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL.
Dalam wawancara dengan media nasional, KSAL Laksamana Ade Supandi seperti termuat dalam video yang di upload oleh CNN-Indonesia pada 16 Januari 2018 mengatakan, “Nanti ada kemungkinan untuk 2 frigat itu kita harapkan kelasnya dinaikkan, mungkin sekelas destroyer, supaya lebih besar supaya gagah kita itu. Lihat negara sekeliling kita India sudah memiliki sekitar 40 kapal frigat, kemudian Malaysia, Singapura sudah punya dan Vietnam sedang membangun.”
Mengenai keinginan KSAL agar kelas frigat “dinaikkan” tentu wajar adanya, mengingat PKR RE Martadinata Class sejatinya baru masuk kelas frigat ringan. Dan yang diharapkan adalah frigat kelas berat, yang notabene spesifikasinya di pasaran saat ini rata-rata punya taji sekelas destroyer, tak hanya dari bobot tonase dan kelengkapan persenjataan, endurance kapal jenis ini dapat beroperasi jauh di luar negeri secara mandiri, plus endurance yang panjang.
Dan bicara tentang frigat rasa destroyer yang diidamkan TNI AL, beberapa nama sudah mulai unnjuk penampilan, sebut saja yang paling banyak dikupas adalah Iver Huitfeldt Class dari Denmark, De Zeven Provincien Class dari Belanda dan Bergamini Class FREMM (Frégate Européenne Multi-Mission) dari Italia, adalah calon-calon terkuat untuk menjadi flagship TNI AL di masa depan.
Baca juga: Denmark Tawarkan Pembangunan Frigat ‘Plug and Play’ Iver Huitfeldt Class di Indonesia
Iver Huitfeldt Class yang secara spesifikasi lebih perkasa dari Formidable Class milik Singapura, bahkan telah dikunjungi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Denmark. Namun, belum tentu juga bahwa Iver Huitfeldt Class yang akhirnya akan dipinang. Di kubu lain, teknologi Belanda faktanya lebih akrab bagi TNI AL, maklum hampir sebagian besar kapal kombatan utama TNI AL merupakan produksi Belanda sejak tiga dekade silam.
Bila Iver Huitfeldt Class dan Bergamini Class FREMM telah kami kupas di artikel terdahulu, kini giliran kita intip sekilas siapa sosok De Zeven Provincien (DZP) Class.

DZP Class dibuat oleh galangan Royal Schelde di Vlissingen. Kapal kombatan ini mendapat label sebagai highly advanced air defence and command frigates. Sejak meluncur dalam kedinasan AL Kerajaan Belanda (Koninklijke Marine) pada April 2000, total ada empat unit DZP Class yang telah dibuat. Keempatnya adalah HNLMS De Zeven Provincien (F802), HNLMS Tromp (F803), HNLMS De Ruyter (F804) dan HNLMS Evertsen (F805). Yang terakhir HNLMS Evertsen mulai dioperasikan pada 2005.
Merujuk dari sejarahnya, frigat ini merupakan program dari tiga negara (tripartite), yakni Belanda, Jerman (Sachsen Class) dan Spanyol( Alvaro de Bazan class). Desain kapal ini mengadopsi incorporates stealth features, dimana efek dari radar, thermal, akustik, electrical and magnetic signature dapat diminimalkan. Ciri khas lain dari kapal berbobot 6.050 ton ini adalah kabin dan kompartemennya sudah dilengkapi fitur anti radiasi NBK.
Inti kapabilitas tempur DZP Class bertumpu pada combat data system SEWACO XI yang dipasok Thales Naval Nederland. Sementara sistem hanud jarak menengah mengandalkan rudal Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM) dari Raytheon Missile Systems dengan panduan radar semi aktif dan vektor dorongan motor roket untuk kecepatan dan manuver lebih baik.

Seperti halnya penempatan peluncur rudal hanud pada PKR Martadinata Class dan korvet Bung Tomo Clas, deretan tabung peluncur rudal hanud ditanam di haluan (bekalang kanon). Selain rudal Sparrow, masih dari Raytheon juga ditawarkan rudal SM-2MR Block IIIA dengan jarak tembak 70 km, kecepatan Mach 2.5 dan panduan radar semi aktif. Baik ESSM dan SM-2MR diluncurkan dari Sistem Peluncuran Vertikal 40-sel Mk 41 (VLS).
Tampil lebih kuat, kanon ada di haluan adalah Oto Melara 127 mm L/54. Sementara untuk menahan serangan dari rudal dan pesawat udara, selain ada SRBOC (Super Rapid Blooming off-board Countermeasures) decoy system buatan Lockheed Martin, di DZP Class juga terdapat satu pucuk kanon CIWS (Close In Weapon System) Goal Keeper kaliber 30 mm yang ada di atas hanggar. Bicara tentang rudal anti kapal, pilihan Belanda adalah rudal Harpoon Block II.

Untuk peran anti kapal selam, khususnya dalam menghadapi sasaran jarak pendek ditangani oleh dua peluncur torpedo MK32 yang ada di setiap sisi kapal. Tak semuanya serba otomatis, ada juga senjata yang dioperasikan manual, sebut saja dua kanon Oerlikon 20 mm dan mounting untuk pemasangan senapan mesin berat. Kinerja misi anti kapal selam disokong sistem sonar DSQS-24C dari STN Atlas Elektronik.
Yang tak kalah canggih, DZP Class dilengkapi radar SMART-L yang disematkan di atas hanggar. Radar buatan Thales Naval Nederland yang masuk golongan APAR (Active Phased Array Radar) menyediakan informasi 3D untuk sasaran udara, yang akan diteruskan guna mendukung fungsi kendali penembakan pada rudal hanud.

Sebagai dapur pacu, DZP Class mengusung teknologi Combined diesel or gas (CODOG), artinya ada dua elemen yang independen sebagai sumber penggerak. Untuk tenaga turbin gas menggunakan dua unit Rolls-Royce Spey SM1C, sementara ada juga dua unit mesin diesel Stork-Wartsila 16V 26ST. Kecepatan maksimum DZP Class mencapai 30 knot dan kecepatan jelajah 18 knot. Jarak jelajah tanpa bekal ulang bisa sampai 7.400 km.
DZP Class dengan 30 perwira dan 202 anak buah kapal juga dilengkapi deck helikopter yang cukup besar, setidaknya helikopter ukuran medium sekelas Seahawk dapat mendarat disini. Belanda sendiri sejak 2007 menempatkan helikopter NH-90 untuk misi anti kapal selam dan SAR. (Gilang Perdana)
Spesifikasi De Zeven Provincien Class
– Type: Air-defense and command frigate
– Displacement: 6.050 tonnes (full load)
– Length: 144,24 meter
– Beam: 18.80 meter
– Draught: 5,18 meter
– Speed: 30 knots
– Range: 7.400 km
lebih baik punya 18 PKR buatan sendiri, biarpun armament nya lebih sedikit dari DZP tapi punya kuantitas utk disebar di seluruh wilayah.
buat apa kuantitas klo lawan CG Cina aja kalah jauh ukurannya, gmna klo ketemu angkatan lautnya (PLAN) yg jauh lbh gede
sy kira utk menghadapi perang modern, sebaiknya militer pake konsep siap perang menghadapi negara manapun, jgn hanya ditujukan ke satu negara saja, memang harga nya akan mahal bila sistem tempur beli dan pakai dari byk pihak, tapi kelak akan realistis menghadapi musuh yg berbeda sistem.
dlm buku butih pertahanan tni yg kluat thn 2006 kmudian di revisi 2016 tertulis singaparna & aussie bukan termasuk ancaman indonesia
dh sgt jelas cina adlah ancaman nomor wahid bagi tni
hal ini jg krn ada 3 spot sengketa yaitu
natuna vs cina
anambas vs vietnam
lahad datu & karang unarang vs malaysia
ketiga negera trsebut dianggap menimbulkan potensi konfilik yg lbh gede dbandingkan aussie
ygmmbuat cina sgt diperhitungkan sbg ancaman nomor wahid krn cina memiliki kemampuan sbg fleet destroyer sprt long tange bomber xian h6, asbm df19/21, ashm yj83 serta type 052c & type055 destro sehingga wajar kita butuh fleet guardian dlm hal ini aaw frigate
aussie tdk memiliki kmampuan sprt itu
masalah dgn aussie cukup pake bakamla krn yg sering yerjadi adlah nelayan tradisionanl nyasar
Kalau China bisa potensial jadi musuh, mengapa mau pakai cms, fcs dsb dari China ?
yg dikejar bukan sekedar kuantitas doang, apa iya itu mau 3 armada payung udaranya cuma ngandelin mica ?
Betul, sama dengan KCR yang ada Batch-2, maka PKR kemungkinan juga akan ada perbaikan disain, misalkan bisa endurance ditambah dan tata letak senjata meskipun dimensi ditambah sedikit
Lebih baik banyak kapal daripada punya gede dan mahal tapi sedikit sekali
tingkat kesiapan banyak kapal jelas lebih tinggi
misal hanya punya 2 kapal, pasti nanti akan masuk periode pemeliharaan yang sangat lama
jadi hanya 1 kapal saja yang operasional, itupun saya yakin ada beberapa komponen kapal yang tidak berfungsi, karena rusak juga
sy kepikiran armada barat punya 6 PKR baru + 4 Diponegoro class + 3 bung Tomo class, karena hrs cover hot spot selat Malaka/Karimata/Sunda, Laut Natuna/LCS/Andaman dan barat pulau Sumatra + selatan Jawa.
Armada Tengah dan Timur @ 6 PKR baru
bakamla lbh cocok di kawasan antara aissie & indonesia. yg sering terjadi justru para nelayan tradisional nyasar
@tptp antika
Kalau mau gede, belinya pakai uang siapa bung
Lihat realita saja, KITA TIDAK PUNYA UANG !!!
Kapal besar belum tentu menang dengan kapal kecil
karena persenjataannya sama
Jangan samakan dengan jaman JADUL dulu yang hanya mengandalkan meriam saja
Banyak sejarah kapal kecil FAC berhasil menghancurkan kapal Destroyer
Banyak sejarah kapal sekelas kapal Induk dan Destroyer yang KETAKUTAN dengan kapal kecil yang tak sampai 500 ton
makanya program kapal selam disunat dari 12 jadi 8. dananya dilimpahkan ke program real frigate
yg ane tekanin bukan masalah kapal gede vs kapal kecil doang, tapi payung udara dari armada tni al. iya klo ancamannya cuma kapal permukaan, tapi klo ancaman misal puluhan aircraft dari pulau buatan di SCS ditambah lg isian aircraft cariernya jika udah siap misalnya, apa yakin itu 3 armada (akan) cuma ngandelin mica aja sam nya.
pkr kcr dan yg lainya mmg ttp penting kok, tp disesuaikan brp unit aaw fregate brp unit pkr, bukan semuanya pkr tok. imho yg urgent skrg itu aaw fregate, yg kita sama sekali blm punya.
Program kapal selam disunat dari 12 ke 8 ?
12 – 8 = 4
Berarti ada 4 kapal selam yang disunat.
Jika 1 kapal selam seharga usd 350 juta, maka 4 kapal selam x 350 = 1400 = usd 1400 juta.
Atau jika 1 kapal selam seharga usd 400 juta, maka 4 kapal selam x 400 = 1600 = usd 1600 juta.
Jika tadinya dana untuk bikin real fregat 2 unit full senjata adalah 2 x usd 600 juta = usd 1200 juta.
Maka jika ditambah :
1200 + 1400 = 2600
atau
1200 + 1600 = 2800
Dana sebanyak usd 2,6 – 2,8 milyar hanya bisa untuk 4 real fregat tapi kalau untuk iver bisa dapat 6 unit.
Namun saya lebih cenderung jika dananya segitu untuk bikin korvet lokal saja, bisa dapat 16 – 20 unit atau bahkan lebih.
Motto saya : lebih banyak lebih baik.
Sepertinya kapal ini lebih cocok tapi armamentnya di ubah aja.
Untuk anti udara dipakein 48 cell VLS Aster 30 yang jarak jangkaunya sudah sampai 120 km. Lumayan buat payung udara, dikawinin sama teknologi rusia lebih jos gandos dengan Pantsir versi laut yang jarak jangkaunya hingga 20 km dan dibekali oleh 2 gatling 6 barel 30mm. Ditambah Oerlikon skyshield 35mm.
Untuk anti permukaan pake canon yang ada, dan ditambah Rudal brahmos (Yakhon) 16 sel, serta 2 X 4 exocet 40MM blok III, dan 2 unit senjata manual yang ada.
Untuk anti bawah air menggunakan 2 unit RBU 6.000, dan 3 x 2 torpedo black shark.
Untuk anti elektronika gunakan yang sudah ada yang harus ada RADAR AESA-nya
Semuanya perpaduan antara teknologi barat dan timur
Karen untuk bisa membeli kapal perusak biayanya sangat mahal sekali dan Indonesia bukan negara agresor. Yang penting punya kapal LPD/LHD 155 meter.
bakalan mahal
platform mbda missile sprt kombo aster & camm lbh mahal daripada sm2 & essm. aplg sylver a50 vls tdk sefleksibel mk 41 vls dlm variasi senjata yg didukung
kalo mau memadukan teknologi rusia & barat kudu minta bantuan israel
cms cina yg dipake kcr60 & kcr40 yaitu casc 47/48 tdk support satupun rudal antikapal rusia
pengalamn tni al pake yakhont sdh dgn 3 kali uji coba dgn hasil 2 gagal 1 sukses cukup bikin tni al bilang say no to russian missil. jangkauan versi ekspor yg cuma 300km tdk cukup sakti menghadapai yj83 berjangkauan 500km
pantsyr me yg jd incaran tni al bukan dagangan rosoboron tp norinco. semua elektronik & sensor sprt optronic, gyro stabilizer, fcs radar dll diganti made in cina
kalo mau platform senjata anti kapal selam jelas lbh baik asroc via mk41 vls drpd rbu6000
Uji yakhont hanya 2 kali bung, 1 gagal dan 1 berhasil, demikian juga dengan exocet dan c702 juga pernah gagal tembak, dan entah kenapa urusan anti ship missile tni al belum condong ke blok tertentu untuk beli jenis baru
Saya setuju klo real frigate nnti dipasang rudal sm2 ato essm.. aster dan camm lbh mahal sdngkan sm2 keuntungannya bisa terintegrasi dgn sistem pertahanan rudal balistik Aegis system cmiiw
@ersat
Belanda susah-susah bikin kapal mo main ganti…bikin desain sendiri aja napa bang ersat?
Lah itu PKR SIGMA 105 juga nantinya bakalan di modifikasi oleh Indonesia untuk proyek berikutnya. Kan desainnya juga sudah dimiliki Indonesia.
Dalam proses ToT nya kan Indonesia juga memiliki lisensi atau patent atau apalah namanya atas desain PKR SIGMA 105. Jadi Indonesia bisa memodifikasi tanpa ijin ke Belanda.
Dan yang digadang2 untuk fregat kelas berat juga begitu. Indonesia akan beli desainnya sehingga bebas juga memodifikasi dan menjualnya ke negara lain.
Kan Indonesia jagonya ngoprek dan modif, jadi tangan tuh gatel kalo lihat yang nanggung2. Indonesia cuma kalah di software aja.
@ersat
“Lah itu PKR SIGMA 105 juga nantinya bakalan di modifikasi oleh Indonesia untuk proyek berikutnya. Kan desainnya juga sudah dimiliki Indonesia.
Dalam proses ToT nya kan Indonesia juga memiliki lisensi atau patent atau apalah namanya atas desain PKR SIGMA 105. Jadi Indonesia bisa memodifikasi tanpa ijin ke Belanda.”
Darimana anda bisa menyimpulkan hal ini @bang ersat?
Ayuk kita buka situsnya DSNS yg memiliki desain SIGMA…
Dalam desain SIGMA yang bisa dikustomisasi adalah “kebutuhannya/fungsi/misi yg dibebankan”, namun dalam implementasinya tetap mengikuti kaidah-kaidah desain modular dg pendekatan SIGMA ini…karena desain SIGMA adalah “roh” dari pendekatan modular milik DSNS yg memiliki hak paten.
Sampai kapanpun, selama kita menggunkan acuan desain SIGMA…sejauh apapun kita melakukan kustomisasi, tetap akan melekat kaidah-kaidah SIGMA nya.
Jika kita sudah tidak menerapkan kaidah-kaidah ini, berarti kita membuat kapal dg konsep/desain yg benar-benar berbeda dr konsep SIGMA
Sudah jangan ribut … Nanti belikan dan pesan satu paket komplit (gabungan kapal induk, cruiser, destroyer, frigate dan kapal pendukung) … gak mahal kok .. saya cuma rogoh USD 15 – 25 milyar doang … kecil itu…
jadi bener yaa bung Ayam Jago kalo jumlah kaselnya dikurangin, nah kalo fregat sendiri kandidat yang kuat mana kira-kira bung Ayam Jago
Untuk De Provincien saya kurang minat sebenarnya.. Tapi jika Damen mau ngasih ToT lagi tdk masalah.. Tapi saya berpesan kepada PT PAL jika jdi pemasok untuk TNI AL untuk sensor & processing systemnya perlu meniru Frigate Nansen dari Norwegia, & radar menggunakan Type 997 ARTISAN dari Inggris.. Mungkin TNI perlu tau tentang radar ARTISAN Inggris.. Mungkin akan tau kelebihan dari radarnya sangat berguna untuk menjadi kapal yg akan diwaspadai di wilayah ASEAN,& cocok untuk patroli di Laut China Selatan & di NTT,untuk menjadi perhatian Australia. Trima Kasih. Semoga dibaca oleh pihak terkait :v 🙂
@cybership
Ruwet uripmu mas seber…
“Tapi saya berpesan kepada PT PAL jika jdi pemasok untuk TNI AL untuk sensor & processing systemnya perlu meniru Frigate Nansen dari Norwegia, & radar menggunakan Type 997 ARTISAN dari Inggris.. ”
Ini maksutnya bagaimana…lha kok PT. PAL suruh bikin kapal dg radar seperti frigatnya norwegia pake miniatur radar Aegis, sekaligus pake radar Artisan?
Malah konslet nanti sistimnya…
kalo TNI jadi dgn DZP,..ini akan jd rival beratnya Hobart class ozy…ngga tau deh kalo ama fregat cina 52D/luyang 3…kalo ngliat bobotny&armament..lbh serem punya cina…aplg dgn 55 class,..lbh serem lg…
Kandidat dari Rusia kok gk ada ya…..
Terus rudal yakhoot di kemanakan… Masak gak di pakek lagi rudaly…
rusia menawarkan grigorovich class tapi kansnya sangat kecil dibandingkan lainnya karena tonase dan kualitas armament paling kacrut dari semua kontestan
Nanti para fans Rusia protes dong om karena dibilang kacrut. pasti langsung bilang kita harus beli Admiral gorshkov class
Gak bisa lah semua harus dikombinasi,
Gw setuju kapal selam disunat jadi 8 unit dananya dilimpahkan ke Real Frigate,
Komposisi ideal sampai 2024
6 PKR
4 Real Frigate
8 kapal selam belum termasuk ( 2 kapal selam ex Jerman sebenarnya bisa pensiun di 2024-2028).
Dana KS yg gw baca ada 1,6 M
Sebagai contoh KS yg mau dibeli dalah Type 214 bugdet @500 juta x 2 = 1 milyar USD
Masih ada sisa 600 juta USD
Budget real Frigate 780 jt USD
Budget PKR (kosongan 220 JT USD)
Angka 600 jt USD + 780 jt USD + 220 jt USD
= 1600 juta USD
Angka ini yg dimainkan di MEF 2
PKR full senjata 330-340 juta USD beli 2 total 660-680 juta USD
Real Frigate dengan senjata (mungkin kedepannya bisa di upgrade)
460-470 juta USD x 2 =
920-940 juta USD
Nah ini ada harganya bung joe…https://www.jejaktapak.com/2018/02/19/destroyer-kelas-sejong-the-great-aegis-tercanggih-terkuat-termurah/…tapi saya belom tahu harga tersebut sudah all in dengan amunisinya…kemungkinan besar yg beli Indonesia..akan lebih murah…mungkin lho..mungkin ada yg lbih tahu silahkan ditambahi,indahnya berbagi…
Mas Joe,
Dana ks itu ada 2 versi berita, yg 1 sebesar 1,6 M dan 1 lagi sebesar 1,2 M.
Kalau 2 2 nya benar maka bisa jadi dana ks totalnya 1,6 + 1,2 = 2,8 M = usd 2800 juta.
Ks yang sekarang (yg sudah ada dan sedang dibuat) = 2 cakra class + 3 changbogo class = 2 + 3 = 5 ks.
Jika usd 2800 juta itu dibuatkan ks dengan harga rata2 sebesar usd 400 juta maka bisa didapat :
2800 / 400 = 7 unit ks.
5 + 7 = 12 ks.
Tetapi ternyata jumlah ks disunat menjadi hanya 8 unit saja.
Sehingga yg dibutuhkan hanya tinggal usd 1200 juta.
Dan yg tersisa adalah usd 1600 juta.
Sedangkan untuk pengadaan kapal striking force (belum termasuk KCR) ada 2 versi juga yaitu :
1. Fregat 780 juta + pkr 220 juta = 1000 juta
2. Striking force usd 1067,5 juta
Jika 2 – 2 nya benar maka :
1000 + 1067,5 = 2067,5 juta
Jika ditambah 1600 juta tadi maka :
2067,5 + 1600 = 3667,5 juta
Oke ambilah waktu pengerjaan PKR sebanyak 2 unit makan waktu 2,5 tahun, maka pengerjaan PKR 4 unit makan waktu 5 tahun.
2018 + 5 = 2023
Jadi sampai 2024 jumlah PKR adalah 2 + 4 = 6 unit.
1 PKR full isian kira2 usd 340 juta nurut sampeyan.
4 x 340 = 1360
3667,5 – 1360 = 2307,5
Harga real fregat usd 470 juta nurut sampeyan, jadi 4 x 470 = 1880 juta
2307.5 – 1880 = 427,5
Plus pengadaan 2 opv sebesar 2 T rupiah = usd 150,3 juta.
427,5 + 150,3 = 577,8 juta
Jika dikurangi untuk upgrade fatahillah class usd 67,8 juta maka tinggal usd 510 juta
Jika 1 opv yg dipersenjatai atau korvet lokal seharga usd 85 juta maka dapat 510 / 85 = 6 unit opv / korvet.
Sehingga tahun 2024 yang sudah siap :
6 PKR
6 OPV
4 real fregat
8 ks
14 Parchim
3 bung tomo class
4 diponegoro class
3 fatahillah class
(belum termasuk kcr dan kapal2 kecil lainnya)
Emang peluncur Mk & rudal SM nya dikasih sama AS, ngayal nih.., yang pasti2 ajalah, & tanpa syarat..xixixi
Maaf OOT…seandainya kita pny uang yg cukup buat beli kaprang frigate kls berat yg full senjatanya kira2 ap yg pling pas buat tni al abaikan soal embargo?
kombo rudal sam essm + sma via mk3 41 vls
ciws oerlikon milenium
rudal ashm nsm block ii
untuk fungsi asw dgn asroc
untuk rudal yang terangkan bagi kantong justru dari amrik
s400 naval version 2 kali lipat sma block iv er
jadi menurut bung ayam jago kandidat fregat mana yg paling unggul yg akan dipilih tni,kalau menurut saya iver deh….
jadi kandidat yg paling kuat yg mana iver,DZP,atau FREMM
utk program real frigate ada 7 kontestan yg mndaftar
dsme dgn oversized kdx ii
damen dgn dzp
maersk dgn iver class
dcns dgn fremm aaw
ficantieri dgn fremm aaw
bae dgn type 26 frigate
yantar shipyard dgn admiral grigirivich class
dari sisi tonase semua kontestan kecuali yantar shipyard menawarkan tonase daiatas 6500 ton sdgkn grigorovich cuma 4400 ton
dari sisi armament
bae, dcns & ficantieri menawarkan 32 cells sylver a50 vls dgn kombo 24 aster30 (120km) + 32 sea captor er (45km ) + 8-16 nsm block ii (550km)
dsme, maersk & damen menawarkan 48 cells mk 41 vls tactical type dgn kombo 36 sm2 block iv er (200km) + 48 essm (50km) + 6-16 nsm block ii (550km)
yantar menawarkan 16 cells redut vls + 8 cells uksk vls dgn kombo 2 pantsyr (16 rudal 20km) + s400n (160km) + 8 klub s versi ekspor (300km)
dari spek diatas jelas ketahuan mana yg plg kacrut
rusia tdk prnah mnawarkn admiral gorshkov class krn alokasi anggaran untuk perunit real frigate tni al usd 780 juta sdgkn harga admiral gorskov usd 1,15 milyar
utk surace combatant ship rusia terkenal overpriced makanya mereka memilih mmperbanyak steguschy maupun buyan. admiral gorskov 2 unit dari 2004 hingga skrg belum ada satupun yg operasional
makanya jujur masuknx admiral gorshkov dlm polling real frigate bikin gw ketawa geli sndiri krn siapaun yg memilih admiral gorshkov artinya jelas wawasan militernya koplak bin hancur2an
kans terbesar antara damen, maersk & dsme
Thanks penjelasannya om
Apa tidak dilema bagi TNI AL jika membeli fregat barat apa speknya kalah dengan negara tetangga seperti Singapura & Australia tapi jika dari Rusia mahal bingit
Waah maaf lagi sebelumnya om ayam jago..mau tanya..KDX 2 nya sudah pake sistem AEGIS belom yah?…trima kasih sebelumnya..
maunya tni al platform radar untuk real frigate thales apar
Kalau beli heavy frigat dari blok barat apa sudah dijamin juga boleh beli semua tipe senjatanya? Seperti harpoon,sm2,essm dll? Kalau ternyata disunat sama aja bohong dong…
@Indonesia Jaya
Lha kamu sudah disunat belum…
Belum 😀
drpd frigate rusia yang kemahalan tapi kapabilitas sensor & armament kalah dibandingkan formiddable class Singapura yang 3/4 harga
Trima kasih om ayam jago..syang ya kita gak punya atau gak bisa pinjam pespur siluman..kalo punya atau boleh pinjam 2 aja untuk “test” radar dan rudal dari kaprang2 tsb..pasti pilihannya akan pasti…wkwkwkw..kan china juga punya pespur siluman kedepannya..sebelah2 juga punya..yah kalo sya pribadi pilih dsme,maerks,damen atau yg dari russia,…kalo yg barat menang banyak rudal anti udara 48 cell dg catatan rudal anti kapal diluar,dan pernah bekerjasama dalam bidang perkapalan,..kalo di rusia menang sistem dia pake S400,(kecuali kalo KDX pake AEGIS,kalah di amunisi russianya)..yah sistem S400 dikatakan oleh pembuatnya dpt mendeteksi pespur siluman,nah disini kelebihannya(diluar pembuktian,tapi banyak negara2 menginginkannya,turki,arab dll,korea selatan saja bekerja sama ttg SAM ini,vtyas keluarnya kalo gak salah)..jadi tahu sistem S400 paketannya+ 2 pantsyr,..nah semua ada kelebihan dan kekurangannya,..tinggal gimana bapak TNI AL ambil keputusan..radar APAR bagus..AESA..berandai2 saja kalo beli dr barat utk yg saya pilih secara pribadi diatas kemungkinan bisa lebih murah dan pembuatannya bisa diindonesia,kalo pilih yg russia jika kita beli 3 unit,jika terjadi perang otomatis jakarta,armada tengah dan timur akan dijaga S400(walaupun hanya 160 km,ya rudal tahu jangkauannya kalo udah dipecat,kalo delay..xixixi) diatas kapal,..jika berperang secara gangked dilautan…jika benar bisa deteksi pespur siluman,ada penanda utk keamanan ganked kaprang kita…hanya opini saya..