Dari Kapal Perang, Angkatan Laut AS Sukses Uji Intersepsi Rudal Balistik Hipersonik dengan Rudal Hanud SM-6

Pasca penggunaan rudal balistik hipersonik pertama kali oleh Rusia dalam serangan ke Ukraina, otomatis program AS dan negara-negara NATO untuk menghadirkan sistem senjata pencegat anti rudal balistik menjadi prioritas. Mengingat pengembangan butuh waktu, saat ini kekuatan pencegatan rudal balsitik hipersonik bertumpu pada aset yang sudah ada, salah satunya adalah rudal Standard Missile-6 (SM-6) yang terpasang pada kapal perang permukaan.

Baca juga: Melesat Bak Petir, MIRV yang Dibawa Rudal Balistik Hipersonik RS-26 Rubezh Bikin Ukraina dan Negara Sekutu Ketar-ketir

Belum lama ini, US Missile Defense Agency (MDA) telah mensimulasikan intersepsi yang sukses dari rudal hipersonik dengan rudal SM-6. Meskipun tidak ada SM-6 yang ditembakkan selama pengujian, namun melibatkan target langsung, serta penggunaan satelit Hypersonic and Ballistic Tracking Space Sensor (HBTSS) dan dukungan Aegis combat system terbaru yang ada di kapal perusak Arleigh Burke class.

MDA bekerja sama dengan Angkatan Laut AS dan Lockheed Martin (pengembang Aegis), melakukan tes pertahanan rudal SM-6 yang disimulasikan, juga dikenal sebagai Flight Test Other-40 (FTX-40) yang dijuluki Stellar Banshee, pada hari Senin. Bagian langsung dari FTX-40 terjadi di dan di atas Samudra Pasifik di lepas pantai Pacific Missile Range Facility di Kauai, Hawaii.

USS Pinckney (DDG 91) – Arleigh Burke class menunjukkan kemampuan untuk mendeteksi, melacak, dan melakukan keterlibatan simulasi dari target hipersonik manuver canggih menggunakan kemampuan Sea Based Terminal (SBT) Increment 3 capability dalam baseline perangkat lunak Aegis terbaru.

Menurut siaran pers MDA,”Latihan pelacakan termasuk menembakkan rudal SM-6 yang ditingkatkan, rudal balistik menengah – Medium Range Ballistic Missile (MRBM) yang diluncurkan di udara dengan Hypersonic Target Vehicle (HTV) – 1 di ujung depan.

USS Pinckney merupakan perusak Arleigh Burke class pertama yang telah menerima pemasangan Surface Electronic Warfare Improvement Program (SEWIP) Block III yang baru. Selain kemampuan baru yang signifikan yang ditawarkan Sewip Block III, integrasinya melibatkan perubahan dramatis pada struktur fisik kapal.

USS Pinckney

Profil SM-6
SM-6 (Standard Missile-6) adalah rudal pertahanan udara jarak jauh yang digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Rudal ini memiliki kemampuan multi-peran, termasuk mencegat rudal balistik dan hipersonik, menyerang kapal, serta menghadapi ancaman udara lainnya seperti pesawat dan drone.

SM-6 telah dimodifikasi agar dapat mencegat rudal hipersonik dalam fase terminal, terutama dengan dukungan AEGIS Combat System. Rudal ini bekerja dengan cara mendekati dan menghancurkan target menggunakan energi kinetik serta hulu ledaknya. SM-6 bisa menerima guidance dari pesawat seperti F-35 atau radar jarak jauh lainnya melalui Naval Integrated Fire Control-Counter Air (NIFC-CA), sehingga dapat menyerang target yang berada di luar cakupan radar kapal.

SM-6 dirancang untuk menghadapi ancaman rudal hipersonik dalam fase terminal, yaitu saat rudal hipersonik mulai turun mendekati targetnya. Dengan kecepatan tinggi (Mach 3.5+), radar aktif, dan sistem kendali yang canggih pada kapal perusak Arleigh Burke class dan kapal penjelajah Ticonderoga class, yang dilengkapi sistem Aegis.

Sebagai catatan, SM-6 punya jangkauan luncur lebih dari 370 km yang mengandalkan pemandu kombinasi radar aktif + Inersial + Data-link dari Aegis Combat System. Rudal ini beratnya 1,5 ton, panjangnya 6,6 meter dan diluncurkan dari VLS (Vertical Launch System) Mk 41 di kapal perang Aegis.

Stimson Center: “Pangkalan Udara AS di Indo Pasifik Sangat Mudah Dilumpuhan oleh Serangan dari Cina”

Meskipun rudal hipersonik lebih cepat, SM-6 memiliki kendali manuver canggih, termasuk canard dan thrust vectoring, yang memungkinkannya melakukan perubahan arah tajam. SM-6 dapat menyesuaikan jalurnya saat mendekati target, terutama jika rudal hipersonik mulai kehilangan manuverabilitas di fase terminal.

Jika tidak bisa melakukan tabrakan langsung (hit-to-kill), SM-6 masih bisa menghancurkan target dengan hulu ledak fragmentasi yang meledak di dekatnya. Gelombang kejut dan pecahan ledakan bisa cukup untuk merusak atau menghancurkan rudal hipersonik.

SM-6 (Standard Missile-6) dikembangkan oleh Raytheon Missiles & Defense, salah satu kontraktor pertahanan utama AS. Raytheon mengembangkan rudal ini sebagai bagian dari keluarga Standard Missile (SM) yang digunakan dalam sistem pertahanan udara dan anti-rudal Angkatan Laut AS.

Hadapi Ancaman Rudal Hipersonik, AS Kembangkan HGWS – Sistem Artileri Berkecepatan Tinggi dengan Biaya Rendah

Pengembangan SM-6 dimulai pada 2004, dengan tujuan menggantikan SM-2 Block IV dan memberikan kemampuan lebih dalam pertahanan udara dan rudal. Menggunakan teknologi dari rudal udara-ke-udara AIM-120 AMRAAM, khususnya dalam pencari radar aktifnya. Uji coba pertama dilakukan pada 2008, dan rudal ini memasuki layanan operasional di US Navy pada 2013.

Varian terbaru yang sudah beroperasi adalah SM-6 Block IA dan masih dalam pengembangan adalah varian SM-6 Block IB, yang digadang punya jangkauan lebih dari 460 km.

Selain digunakan oleh AS, SM-6 saat ini telah diekspor ke sekutu ring satu Washington, yaitu Australia (untuk kapal destroyer Hobart class dan fregat Hunter class), Jepang (kemungkinan besar untuk kapal perusak berbasis Aegis) dan Korea Selatan yang berencana menggunakannya di kapal perusak KDX-III Batch II. (Gilang Perdana)

Untuk Destroyer Hobart Class dan Frigat Hunter Class, Australia Akuisisi Rudal Hanud Raytheon SM-2 dan SM-6 Senilai $4,7 miliar

One Comment