Update Drone KamikazeKlik di Atas

Dari Foto Satelit, Inilah ‘Payung Electronic Warfare’ Rusia untuk Lindungi Wilayah Sevastopol

Satelit Sentinel-1

Lantaran sering menjadi target serangan drone kamikaze dan rudal jelajah, basis Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol, Krimea, telah mendapatkan perkuatan di aspek pertahanan udara (hanud). Menunjang elemen hanud di Sevastopol, diketahui bahwa wilayah pangkalan utama Angkatan Laut Rusia itu telah ‘ditutup’ oleh sistem peperangan elektronika (electronic warfare cover). Yang salah satu buktinya dapat dilihat dari foto satelit.

Baca juga: Foto Satelit – AL Cina Gelar Latihan Pendaratan Amfibi Berskala Besar dengan Kapal Ferry Sipil

Dari Defense Express yang mengutip beberapa sumber, disebut bahwa wilayah Teluk Sevastopol sudah diututup oleh sistem peperangan elektronika yang kuat, dan itu terlihat secara jelas dari luar angkasa. Citra kuatnya proteksi electonic warfare pada Sevastopol dapat dilihat dari foto satelit yang menggunakan teknologi SAR (Synthetic Aperture Radar). Kuatnya proteksi electronic warfare cover diperlihatkan dengan terciptanya “lense flare” pada foto satelit.

Luasnya penggunaan peperangan elektronik yang dilakukan Rusia untuk melindungi aset militernya dapat dilihat dari luar angkasa. Interferensi elektromagnetik yang kuat tercermin dalam gambar yang diambil oleh satelit yang menggunakan teknologi Synthetic Aperture Radar (SAR).

Interferensi elektromagnetik intens Rusia terlihat pada citra satelit Sentinel-1 tanggal 23 November 2023 (foto: ESA)

Teknologi SAR yang dapat disematkan pada pesawat udara, drone dan satelit, memungkinkan perolehan gambar melalui radar, memungkinkannya untuk “melihat” menembus awan, kabut, asap, terlepas dari seberapa banyak sinar matahari menerangi permukaan (juga pada malam hari).

SAR memiliki kemampuan untuk menembus beberapa jenis material seperti vegetasi atau tanah yang dapat menyembunyikan objek di bawahnya. Hal ini memungkinkan deteksi objek atau aktivitas di bawah permukaan tanah. Beberapa sistem SAR dapat menggunakan pola polarisasi yang berbeda, seperti polarisasi tunggal, ganda, atau bahkan polarisasi ganda (Quad-Pol). Ini memberikan informasi tambahan tentang sifat permukaan target, seperti tekstur, orientasi, atau kandungan kelembaban.

Interferensi elektromagnetik intens Rusia terlihat pada citra satelit Sentinel-1 tanggal 24 November 2023. (Foto: ESA)

Salah satu foto yang memperlihatkan lense flare pada Semenanjung Krimea beraal dari satelit Sentinel-1 yang dapat diakses publik, foto tersebut mengungkapkan pola interferensi yang berbeda berupa lens flare. Salah satu lense flare terlihat pada foto satelit yang diambil pada tanggal 23 November 2023.

Satelit Sentinel-1 dimiliki dan dioperasikan oleh European Space Agency (ESA) sebagai bagian dari program Copernicus. Copernicus adalah inisiatif penginderaan jauh dari Uni Eropa yang bertujuan untuk menyediakan data dan informasi geospasial yang luas, berkelanjutan, dan bebas akses. Program ini mendukung berbagai aplikasi, termasuk pemantauan lingkungan, keamanan, pertanian, dan manajemen bencana.

Interferensi elektromagnetik intens Rusia terlihat pada citra satelit Sentinel-1 tanggal 28 November 2023. (Foto: ESA)

Kemudian foto pada tanggal 24 November 2023, menunjukkan pola interferensi yang intens bertepatan dengan serangan drone massal Ukraina di Krimea.

Tidak sepenuhnya jelas mengapa Rusia mengaktifkan perlindungan EW pada tanggal 23 November, seperti yang terlihat pada foto pertama. Mungkin mereka memutuskan untuk tetap menyalakan peralatan setelah laporan serangan drone pada tanggal 22 November, atau mengantisipasi gelombang lain yang mereka pilih untuk tetap diam.

Pengamatan menunjukkan bahwa aktivasi sistem EW terjadi secara terputus-putus, karena kita tidak terlihat lense flare pada foto satelit terbaru yang diambil pada tanggal 28 November 2023.

Baca juga: Pelabuhan Sevastopol Markas Armada Laut Hitam Rusia Diserang Drone Secara Masif

Analis Damien Symon, yang memperhatikan lense flare, juga menyoroti spoofing navigasi satelit aktif (GPS) di Sevastopol. Symon menjelaskan kesalahan dalam AIS (automatic identification system) yang menunjukkan bahwa beberapa kapal dan perahu telah “berteleportasi” sejauh 8 km ke daratan kering.

Spoofing GPS adalah pemalsuan identitas koordinat GPS (Global Positioning System) atau memanipulasi sistem navigasi satelit berbasis GPS. Manipulasi koordinat GPS ini dilakukan terkait dengan sistem pertahanan udara. (Bayu Pamungkas)

One Comment