Dapat Akses Langsung ke Laut Merah, Rusia Raih Kesepakatan Bangun Pangkalan Angkatan Laut di Sudan
|Pasca tumbangnya rezim Bashar al-Assad, posisi Rusia di Suriah menjadi simalakama, secara politik dan keamanan, instalasi militer Rusia langsung terancam, namun di satu sisi Moskow ogah pergi dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Rusia di kota pelabuhan Tartus dan Pangkalan Udara (Lanud) Khmeimim, yang punya nilai strategis di Laut Mediterania.
Tapi blokade akses keluar masuk Lanal Tartus, plus pembatasan izin merapat kapal angkut dari Rusia, telah membuat Kremlin harus berpikir keras untuk mencari basis militer alternatif, atau ‘pahit-pahitnya’ sebagai pangkalan militer pengganti bila Rusia terusir dari Suriah.
Setelah sebelumnya dikabarkan ada pengalihan aset militer dari Suriah ke Lanud Al Khadim di Libya, belakangan ada kabar yang mengejutkan yang lebih menjanjikan ketimbang Al Khadim yang aksesnya diperebutkan oleh kepentingan Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Amerika Serikat, Perancis, dan Italia.
Seperti dikutip The Guardian (13/2/2025), Rusia akan membangun pangkalan angkatan laut di Sudan. Persisnya Sudan telah mengumumkan kesepakatan akhir dengan Rusia untuk membangun pangkalan angkatan laut di pesisir Laut Merah.
Perjanjian selama 25 tahun tersebut, dengan opsi perpanjangan selama 10 tahun lagi, memberikan Rusia hak akses untuk mengangkut senjata, amunisi, dan peralatan melalui Port Sudan, pelabuhan laut lainnya, dan bandara Sudan untuk kebutuhan angkatan lautnya.

Pangkalan baru tersebut akan memperkuat pengaruh Rusia di Afrika dan memiliki implikasi strategis bagi Timur Tengah. Rusia selama ini telah terlibat dalam industri pertambangan emas Sudan, dengan perusahaan militer swasta, termasuk mantan pejuang Wagner Group, yang mengamankan operasi sejak 2017, ketika Wagner memulai ekspansi militernya ke Sudan dan Republik Afrika Tengah.
Menteri luar negeri kedua negara bertemu di Moskow dan sepakat tidak ada hambatan untuk rencana yang telah lama tertunda. Jika kesepakatan tersebut dilaksanakan, Rusia akan bergabung dengan Amerika Serikat, Perancis dan Cina di kawasan tersebut; mereka memiliki pangkalan di selatan di Djibouti.
Bukan Hanya di Indo Pasifik, Beijing Investasikan Jaringan Pangkalan Laut Hingga Pesisir Atlantik
Pengumuman tersebut disampaikan selama kunjungan menteri luar negeri Sudan, Ali Youssef Ahmed al-Sharif ke Moskow di mana ia bertemu dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov. Setelah pertemuan mereka, Sharif mengatakan kedua negara sepenuhnya sepakat untuk mendirikan pangkalan Rusia dan tidak ada hambatan.
Laut Merah adalah salah satu jalur air terpenting secara strategis di dunia, yang menghubungkan Terusan Suez dengan Samudra Hindia. Sekitar 12% perdagangan global melewatinya.
Sudan pertama kali melontarkan gagasan untuk mengizinkan Rusia memiliki fasilitas angkatan laut di pesisirnya pada tahun 2017 selama perjalanan ke Sochi oleh Omar al-Bashir, presiden saat itu, yang digulingkan dalam kudeta tahun 2019. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani pada tahun 2020 yang dilaporkan mengizinkan Rusia untuk menyimpan hingga empat kapal perang, termasuk yang bertenaga nuklir di Sudan selama jangka waktu 25 tahun.
Pada saat itu, sebuah rancangan perjanjian mengatakan pangkalan-pangkalan itu untuk tujuan logistik dan bersifat defensif, serta tidak ditujukan untuk serangan terhadap negara lain. (Gilang Perdana)
Dari Foto Satelit, Sejumlah Sistem Rudal Hanud S-400 Rusia Diduga ‘Terjebak’ di Lanal Tartus
Sudan yang masih dilanda pergolakan politik serta konflik bersenjata internal yang terjadi antara pasukan paramiliter dan militernya akankah membuat Rusia ikut campur dalam urusan dalam negeri Sudan setelah mendapatkan akses membangun pangkalan AL di negara itu?