CZ805 Bren – Senapan Serbu dari Eropa Timur Bercitara Rasa NATO
Segala jenis senapan serbu terbaru dari manca negara memang lumrah untuk dicoba, atau paling tidak dimiliki sample-nya oleh pasukan khusus TNI. Tak lain tujuannya agar personel berkualifikasi khusus bisa meng-update pengetahuan tentang senapan serbu anyar yang kini beredar. Contohnya seperti belum lama ini muncul sosok CZ805 Bren yang digunakan Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL, dan ada lagi sekuel foto yang memperlihatkan senjata asal Republik Ceko ini tengah dijajal oleh Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD.
Baca juga: H&K HK416 – Senapan Serbu dengan Akurasi Tinggi dan Kualitas ‘Sebandel’ AK-47
Seperti halnya varian SS (Senapan Serbu)-2 yang dirilis PT Pindad, CZ805 adalah terobosan yang dibanggakan Republik Ceko dalam segmen persenjataan perseorangan. Meski berasal dari negara eks Pakta Warsawa yang notabene pernah dekat dengan Uni Soviet (Rusia), CZ805 Bren yang dibuat
Česká zbrojovka Uherský Brod justru mengusung kaliber 5,56 x 45 mm NATO. Sebuah langkah revolusi persenjataan yang amat tegas, mengingat desain senjata ini dilakukan pasca berubahnya haluan politik di Ceko, dimana negara tersebut lebih mendekat ke NATO.
Baca juga: M16 vs AK-47 – Mana Yang Lebih Unggul?
Dengan adopsi kaliber khas NATO, sontak ikut membuka peluang pasar ke negara-negara yang menganut mahzab standar senjata dari NATO, termasuk Indonesia yang mencomot kaliber 5,56 x 45 mm untuk senjata organik TNI.
Sekilas pandang melihat CZ805, maka ingatan langsung tertuju pada senapan serbu asal Jerman, Heckler & Koch (H&K) G36. Terutama pada desain magasin yang transparan dari bahan polimer, memudahkan bagi gunner untuk melihat sisa amunisi yang ada. Meski begitu, CZ805 dapat juga dipasangi magasin M4/M16/SS-1.
Baca juga: SS-1 M Series – Berlapis Phosphate Diciptakan Untuk Marinir TNI AL
Pada CZ805, bolt carrier memiliki sedikit blok yang memanjang ke depan, dengan satu lubang besar berbentuk lingkaran. Di lubang inilah dimasukkan tuas pengokang yang dapat dipindah-pindah dari kiri atau kanan sesuai preferensi gunner. Karena menempel pada bolt carrier, tuas pengokang ini ikut bergerak ke belakang saat senapan ditembakkan, jadi gunner harus berhati-hati saat memegangnnya.
CZ805 Bren ditawarkan dalam dua varian utama, yakni A1/A2. Perbedaan A1 dan A2 terletak pada panjang laras, dimana CZ805 Bren A2 mempunyai laras yang lebih pendek.
Unggulkan Sistem Modular
Laras CZ805 diracang dengan teknologi modular, laras dengan panjang berbeda-beda dapat di install sesuai kebutuhan. Semisal ada laras ukuran 14,5 inchi untuk pasukan payung (para), laras 10,5 inchi untuk pertempuran jarak dekat, dan laras 20 inchi untuk kebutuhan heavy barrel pada penembak jitu. Sistem penguncian laras menggunakan mur yang dipasang pada sisi kiri dan kanan receiver.
Baca juga: SS-1 R5 – Born to Raiders, Senapan Serbu Kompak dari Pindad
Penggunaan Picatinny rail pada bagian atas recieiver juga membuat CZ805 dapat dengan mudah dipasangi berbagai macam aksesoris. Diantaranya yang dapat dipasang adalah alat bidik optic. Diantara pilihannya ada yang berbasis tritium, seperti Mepro 21 buatan Israel, ada lagi yang menggunakan holographic sight dengan laser pembidik terintegrasi, ada EOTech 552 dengan modul EOLAD-2VI atau EOLAD-2S. Jika butuh laser pointer bisa juga dipasangi CQBL-1, sementara kalau butuh laser kasat mata ada DBAL-A2.Untuk kebutuhan sniper, bisa menggunakan teleskop jarak menengah Leupold Mark4 LR/T TMR, semntara untuk pertempuran malam ada optic Mepro MNV X6, NOA X4 dan NYX. Jika tersedia budget, juga tinggal pasang pembidik berbasis thermal.
Pelontar Granat
Pelontar gronat yang terintegrasi pada sistem senapan serbu sudah bukan barang baru lagi. Menggunakan kaliber 40 x 46 mm, CZ805 juga punya sistem pelontar granat yang diberi label G1. Pelontar ini dibuka kearah samping (side loading) sehingga bisa diisi berbagai macam granat lontar. Untuk memasukan granat 40 mm, gunner harus menggeser pangkal laras ke kiri. Sementara di M-203 laras pelontar harus digeserkan ke depan saat pengisian munisi, dan digeser kembali ke belakang akan mengunci otomatis pada posisi tertutup, siap untuk ditembakkan. Untuk melakukan bidikan, G1 dilengkapi pembidik depan (folding ladder sight) dan penanda.
Baca juga: M-203 40mm – Pelontar Granat Terpopuler, Andalan Berjuta Infanteri
Baca juga: H&K AG36 40mm: Pelontar Granat Senapan Serbu Futuristik G36
Mengutip sumber dari Wikipedia.org, secara resmi CZ805 telah digunakan di Republik Ceko, Mesir, Mexico, Moldova, dan Slovakia. Sementara debut pertempuran yang melibatkan senjata ini mulai dari Perang Afghanistan, Perang Teluk II, Perang Obat Bius di Mexico, dan Perang di Mali. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi CZ805 Bren:
– Weight: 3,6 kg
– Length: 910–855 mm (butt extended), 670 mm (butt folded)
– Barrel length: 360 mm (Bren A1), 277 mm (Bren A2)
– Cartridge: 5,56 × 45mm NATO
– Action: Gas-operated, rotating bolt
– Rate of fire: 700-800 perluru per menit
– Maximum firing range: 500 meter
– Magazin capacity: 30
– Sights: Iron sights
Mulai lagi dah..kalian sesama googlinger aja ngotot..ada yg bsa jelasin, sperti apa kriteria design futuristik?
Buka saja web tactical life . Majalah ok dari USA.
@Nakedangel
Ente nih mau debat ngotot tapi gak tau apa yg dipermasalahkan.
Ini gak ada hubungannya dng proses produksi Alutsista maupun investasi prototype tank medium Pindad tong.
Kita bicara tentang ” DESIGN ” atau bahasa Indonesianya ” Bentuk “. Coba anda lihat bentuk popor senjata SS1 yg bisa dilipat dan bandingkan dng porpor SS2 yg jg bisa dilipat. Tidak ada perbedaan disana bukan, masih bentuk yg sama. Padahal SS2 sudah murni rancangan Pindad katanya. Sudah seharusnya bisa keluar dari pakem design rancangan Belgia, jika ingin dikatakan asli rancangan Pindad. Ini yg saya katakan tidak bisa lepas dari bayang bayang produk TOT.
Coba anda liat design popor CZ805 diatas pd gbr no.5 yg lebih artistik padahal sama2 bentuk popor lipat. Walaupun hanya perbedaan kecil tapi bisa membuktikan bahwa designnya tidak selalu mengekor dan ada kreativitas perancang
Sekali lagi ini bicara tentang mendesign produk, tapi anda menganalogikannya dng chasis armata. Sebenarnya anda tahu gak apa itu chasis dan apa itu platfrom.? Sepertinya anda sudah salah mengambil perumpamaan. Semoga anda bisa menjawab apa yg dimaksud chasis dan apa yg dimaksud platform.
Salam bung Admin
@ruskie01, wah gaya debat JKGR neh…..
Kok dilihat popornya ? itu sama saja bandingin dengan roda pesawat
Sejak dulu roda pesawat itu bulat bung, sejak jaman jahiliyah sampai sekarang sama.
chasis dan platfrom, kalau anda tahu lebih baik anda jelaskan sekarang, daripada berputar-putar pertanyaannya. jadi ngak karuan
salam buat anda bung
Gak perlu lah dan sia-sia menjelaskan pd org yg sok ngerti tp sebenarnya gak ngerti apa-apa malah cenderung ngawur. Cari aja di google ya tong.
kereen…
masih bagusan SS2 modelnya… 🙂
Designnya cukup cantik. Wajar jika TNI kepincut, sementara SS Pindad mentok di ide design alias tidak berkembang dan cenderung monoton designnya. Kalo dapat TOT tapi gak bisa berinovasi maka hasilnya akan mandek. Contohnya saja ANOA, bentuknya tdk berubah dan masih spt itu saja hanya saja akan diberi peralatan tambah. Demikian jg nantinya yg terjadi dng LPD yg dpt TOT dari korsel maupun PKR yg dapat TOT dari Damen.
Kelemahan kita masih blom bisa menciptakan suatu design yg revolusioner. Lihat lah panser Badak yg terkesan kaku bentuknya. Bedakan design dari produk barat. Itu sebabnya produk kita terkesan kurang menarik bagi user apalagi bagi pengguna luar negeri. Kita terlalu dinina bobokan dng sanjungan SS Pindad yg selalu menjuarai kejuaraan menembak dunia, Atau Anoa yg dibangga banggakan telah diekspor dan selalu jd langganan pasukan PBB. Tapi apa cukup puas dan berbangga dng sanjungan itu.? Apakah kita tidak ingin mencontoh Korea Selatan atau jepang yg design produk mereka sudah bagus walaupun tidak semanis produk barat sehingga bisa dibanggakan dan diandalkan oleh militer mereka.?
Tidak hanya dialutsista, bahkan produk sipil lainnya jg sepertinya berjalan lambat utk menciptakan suatu design yg enak dilihat. Contohnya produk TV dan HP asli buatan anak negeri masih mengekor design produk luar. Padahal kita bangsa yg besar, SDM kita sangat mumpuni. Sudah seharusnya produk dalam negeri kita bisa diminati oleh rakyat Indonesia baik dari segi kualitas maupun designnya. Saya berharap sarjana sarjana Indonesia bisa berkompetisi utk melahirkan produk unggulan, baik unggul dari segi kualitas maupun design produknya. Dan Semoga produk Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Salam buat bung Admin.
Salam juga buat Mas @Ruskie01 🙂
@ruskie01
Sepertinya anda kurang mengerti dengan proses produksi
Anoa bentuknya seperti itu, karena untuk menyederhanakan SUKU CADANG.
Meskipun banyak versi Anoa, Pindad pasti berusaha tidak merubah CHASIS, dan Bodi terlalu banyak, karena akan merugikan dalam penyediaan SUKU CADANG.
Anoa dalah “tiruan” dari VAB Perancis
Semua Produsen APC/Tank didunia sama saja, coba anda tengok T-76, T-90, Armata
Butuh uang RISET yang sangat besar untuk membuat JENIS Baru
Jangan samakan dengan Laptop atau Gadget yang selalu berubah, memang karena harganya Murah hanya 3 Jutaan
Kalau Anoa 10 Milyaran
produk TV dan HP asli buatan anak negeri ?
Mana ada Produk Asli buatan anak Negeri ?
Tidak ada bang, semuanya MADE-IN CHINA, kita hanya tempelin MEREK saja.
Merek merek ternama ada BIAYA Riset dan sewa disainer ternama, jatuhnya di Harga. contohnya So..y, Sams…g, DLL
Membandingkan produksi senjata dg barang elektronik tntu bukan padanan yg pas, apalagi hanya dlm hal tampilan..ada banyak aspek yg d perhitungkan dlm produksi sebuah senjata, apalagi untuk senjata yg berasal dri alur TOT atw lisensi. Intinya bgmna sebuah senjata dpt d produksi secara efisien dg kwalitas yg bersaing, tanpa melanggar merek paten snjata lain.
Saya yakin Pindad bisa membuat snjata seperti bikinan eropa. Tp siapa yg mau mendanai? Siapa yg mau beli? Dlm skala produksi masal harga per unit nya akan lebih mahal.
@jarwo dan @Nakedangel
Saya bukan bermaksud membandingkan produk senjata dng elektronik bung. Mohon anda baca dng teliti komentar saya diatas. Pasti anda akan paham. Kita bicara masalah design.
Semua pabrikan ingin produknya efisien itu sudah pasti. Tapi jng lupakan design. Itu daya tarik utama sebelum bicara kualitas. Bungkus atau kemasan yg menarik bisa memikat pembeli utk berpaling lho bung. jangan lupakan faktor itu.
Anda bicara tdk ada TV atau HP merk anak negeri.? Nasionalis anda perlu dipertanyakan. Kita punya Polytron yg produknya sdh merambah asia dan eropa. Itu Indonesia banget bung. Hanya saja masyarakat kita lebih condong memilih produk luar. Mungkin disebabkan kalah design. Kalo kualitas bisa bersaing kok. Lalu Merk Byon, yg konsentrasi di produk Laptop.
Kita jng bicara merk ternamalah, Kita sdh tahu mereka punya nama besar dan jaminan mutu. Kita bicara kualitas. Siapa yg bisa menyangsikan kualitas SS Pindad.? Sudah mendapat nama di ajang kejuaraan menembak dunia itu berarti kualitasnya sdh tdk perlu diragukan lg.
Tapi coba anda suruh user memilih SS2 Pindad dng produk CZ805 Bren diatas secara fisik dng mengesampingkan spesifikasi. Saya yakin user akan milih CZ805. Mengapa.? Karena casingnya lebih menarik.
Jadi kita bukan bicara masalah dana riset yg besar atau suku cadang, gak ada hubungannya kawan. Kita fokus bicara masalah casing/bungkus yg bisa menarik minat pembeli. Kalo Anoa batch 2 dan SS2 didesign sangat modern dan futuristiuk pasti punya daya jual tinggi. Itu kelemahan kita selama ini. Design yg monoton dan blom bisa keluar dari bayang bayang design yg didapat dr TOT. Kalo SS2 designnya spt CZ805 diatas, jngkan user saya pun ikut bangga karena Design Pindad tdk kalah kerennya. Kita baru bisa bersaing dalam hal kualitas dan harga yg murah, itu keunggulan kita tp lambat laun pembeli akan jenuh dng design yg tdk berkembang sementara diluar sana banyak yg lebih berkualitas dan harga jg cukup murah namun dng design yg lebih revolusioner.
Salam buat bung Admin
PT. Lundin sebetulnya udah mengarah ke situ. Desain produk2nya termasuk menarik banget. KRI Klewang, Tank Boat, trus speed boat yg dipake Kopaska (kalo nggak salah). Meskipun desainnya sendiri ‘konon’ sebuat oleh Swedia (SaaB?).
Sayangnya Klewang yg futusistik & siluman malah ditunda. Padahal bisa jadi preseden menarik.
Desain2 futuristik & modis di dalam negeri keliatannya cenderung dilahirkan pihak2 swasta. Mungkin karena mereka lebih fleksibel dalam cara kerja & musti merebut perhatian pemerintah ato calon pembeli lain.
@ruskie01
sekali lagi, anda kurang mengerti proses produksi Alutsista
“Investasi Prototipe Tank Medium Pindad Mencapai USD30 Juta”
Anda bisa lihat judul di atas bukan ?
Anoa sudah terlanjur “meniru” disain dari VAB perancis
Chasis dan segala macamnya hampir sama
CHASING/BUNGKUS harus melekat erat dengan CHASIS
gunanya untuk menahan serangan senjata berat sesuai dengan levelnya.
sekali lagi, jangan samakan dengan produk kemersial
seperti Motor YMH atau HND yang memakai Chasing Plastik ???
Coba anda tengok tank ARMATA, versi apapun bentuknya sama.
karena Chasisnya melekat erat dengan Chasing/bungkus
SS2 berbeda dengan SS1, karena sudah melalui Riset yang panjang dan Investasi, SUKU CADANGNYA juga berbeda
Kalau ada versi baru APC Pindad, namanya bukan ANOA lagi, tapi bisa saja Orang Utan, Cobra, atau Apalah…
Lihatlah F-15 / F-16 / FA-18, Su-27/30/35, bentuknya sama bukan ?
baru F-35 dan PAK-FA (T-50) berubah dengan Riset Inverstasi luar biasa
Sekian, terima kasih
Saya agak setuju dengan bung ruskie. Anoa mungkin adalah peralatan militer yg benar2 terbukti dibuat oleh Indonesia, namun design anoa sendiri sudah ketinggalan zaman. Karena kebanyakan apc sejenis anoa sudah diganti tidak menggunakan kaca pemandangan seperi anoa, hal serupa pun dilakukan oleh Russia yang ingin mengantikan armada BTRnya. Coba ambil contoh stryker (USA), Boxer (UE), Terrex (SNG) semuanya menggunakan design telekoptik. Begitu juga orang penggeraknya Anoa masih menggunakan 6×6 sedangkan kebanyakan kendaraan apc menggunakan penggerak 8×8. Sejauh pengetahuan saya 8×8 lebih banyak memberikan keunggulan seperti kemampuan angkut lebih besar dan stabilitas tembakan kaliber besar tinggi namun 8×8 juga tidak terhindar dari kekurangan seperti ratio putar.
Saya masih menunggu bahwa pindad akan mengeluarkan produk baru yang benar2 murni hasil Pindad dan bisa disandingkan dengan boxer yang memiliki design modular. Saya sudah tak sabar dengan munculnya Anoa 2.00 dengan design baru yang lebih kokoh dan lebih high tech dengan kemampuan pertahanan active dan reactive, mampu berfungsi sebagai IFV dengan membawa senjata kaliber besar tanpa mengurangi kestabilan. Atau mungkin pindad mau joint venture dengan singapura untuk produksi tarrex – anoa 2.0
Anoa adalah tiruan dari VAB Perancis, bisa anda bandingkan sendiri
Mesin dan beberapa bagian adalah buatan perancis
pada proses RISET juga melibatkan asisten dari Perancis
sama dengan SS1 yang Lisensi FN Belgia
baru SS2 Pindad mulai mandiri
jadi tidak murni buatan Indonesia
LPD Makassar Class dan turunannya Chasisnya adalah sama
6×6 terbukti sangat cocok untuk “BLUSUKAN” gaya Jokowi bila dibandingkan dengan 8×8
menurut Pasukan Garuda PBB di Palistina dan daerah lainya
4×4 dan 6×6 lebih fungsional daripada 8×8
terutama banyaknya gang sempit disana
@nakedangel
Dari komentarnya bung ini keliatanya, saya salah untuk meminta pindad untuk lebih maju dalam hal design? Kenyataan banyak negara yg membiat design senjatnya dengan banyak dan nantinya bisa disimpat sebagai ancuan untuk produk yg sama. Saya juga bingung dengan bung, maksudnya saya cuman mau gini lho mungkin sama dengan rsukie bahwa Pindad harus membuat design baru yg lebih futuristik daripada yg sekrng yg sudah agak ketinggalan zaman. Apakah salah kalau saya omong begitu?
amiin. mari kirim usul ke PindAD dan PAL yuk.
Haha, kurang lebihnya setuju sama def3, apakah karena ss itu masih lisensi dari FNC? Jadi pengenmbangan ss itu masih based on fnc. Tapi yg SSx 7.62mm ud lumayan kekinian lho.
Kenapa Ss 2 pindad tidak di design seperti ini ya? Ok ss2 juara di australia, tapi design nya itu loh nggak banget. HK 416, FN scar, CZ bren semua nya dengan desain masa kini alias kekinian…. coba pindad langganan majalah tactical life.
Haha. Setuju mas bro. Tapi mungkin karena ss itu hanya pengembangan dari lisensi FNC dan pindad belum punya produk ori juga. Tapi jgn salah ss v5 dan ssx 7.62 mm modelnya ud lumayan kekinia lho..
Karena qt bukan lgi fesyenshow 🙂
SS-2 memang lahir dari desain kawin campur M-16 dan AK-47 🙂
bang admin..bisa buatin artikel tentang cara kerja kanon(tank,howitzer,dll),macam2 pelurunya,dan bagian2 tank ? ..pingin nambah ilmu aj hehhee
JOROK sekali bang
cobalah menjadi warga yang baik
Jorok apaan nakedangel…ente yg kotor otaknya…emang kawin campur kok gak jelas basisnya apa…yg penting hasilnya…ketimbang kawin resmi (lisensi) tapi bolot kayak SS1 yg sering macet atau M16/M4 yg gak bisa kena debu…