Connie: “Tidak Fair Membandingkan AW101 dan Super Cougar”
Jakarta – Tanggal 2 Juni 2016 lalu, kantor berita BBC News menulis laporan tentang pernyataan Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) yang melarang helikopter Super Puma H225 dan AS332 untuk terbang di langit eropa. (http://www.bbc.com/news/uk-scotland-north-east-orkney-shetland-36431996)
Baca juga: Dibalik Sengkarut Pengadaan Helikopter AW101 dan EC725 Super Cougar
Larangan terbang ini sendiri ditengarai akibat rentetan kecelakaan yang dialami oleh helikopter buatan Airbus tersebut. Data terakhir menunjukkan sebanyak 13 orang pekerja di Norwegia tewas pada 29 april 2016 lalu, setelah helikopter naas tersebut jatuh kemudian meledak.
Otoritas Penerbangan Sipil Inggris seperti dilansir oleh The Guardian juga telah mengeluarkan instruksi menghentikan dan melarang seluruh operator transportasi komersial di Inggris untuk menggunakan helikopter buatan Airbus tersebut.
Baca juga: Tanpa Basa Basi, Helikoper AW101 Utility TNI AU Telah Mengangkasa!
Hal ini dilakukan setelah hasil temuan tim penyelamat kecelakaan heli di Norwegia menemukan rotor atau alat untuk menghasilkan daya gerak milik heli tersebut terpisah sejauh 200-300 meter dari badan heli. Perdana menteri Norwegia, Erna Solberg, bahkan menggambarkan insiden tersebut sebagai sebuah tragedi mengerikan. (https://www.theguardian.com/world/2016/apr/29/helicopter-crashes-near-bergen-in-norway-turoey)
Berkaca dari sejumlah peristiwa tersebut, TNI AU tidak ingin gegabah dalam menyiapkan alutsista untuk mendukung sistem pertahanan udara nasional (sihanudnas). TNI AU bukan tidak menghargai industri dalam negeri, namun kenyataannya ada beberapa pesanan pesawat atau helikopter kepada TNI AU yang belum juga dikirimkan oleh PT DI. Soal proses produksi PT DI yang lama, juga menjadi salah satu alasan TNI AU memilih AW101 dari Italia.
Baca juga: Intip Lebih Dekat Helikopter SAR Tempur EC-725 Super Cougar TNI AU
Dewan Pembina National Air and Space Power of Indonesia, DR Connie Rahakundini Bakrie menilai, tawaran AgustaWestland untuk melakukan Transfer of Technology kepada Indonesia adalah sangat menguntungkan. Sehingga nantinya industri pertahanan nasional mampu membangun helikopter secara mandiri.
Terkait spesifikasi, Connie menjelaskan bahwa AW101 memiliki perbedaan dengan helikopter sejenisnya seperti Cougar dan Super Puma yang masih digunakan oleh Indonesia. “Kemampuan satu unit AW101 bisa mengangkut beban personil yang biasanya memerlukan dua unit Cougar.” ungkap Connie.
Baca juga: AgustaWestland AW139 SAR – Helikopter BASARNAS dengan Endurance Tertinggi
“Kita lihat dari tonase dan endurance misalnya kan untuk angkut personil yang memerlukan dua cougar cukup satu AW. Dari kapasitas angkut sudah jelas lebih cepat lebih hemat karena deploying dua pesawat beda jauh dengan satu pesawat,” ucap Connie. Dari segi bobot, Connie menjelaskan bahwa AW101 berbobot 16 ton, sementara Super Puma hanya 11 ton. Jika melihat segi mesin atau engine dan daya tahan mesin atau endurance, AW101 ditopang tiga engine dengan endurance 900 nm. Sedangkan, lanjut Connie, EC725 atau Cougar ditopang dua engine dengan endurance 600 nm. “Sehingga sangat tidak fair jika membandingkan dari perbedaan jauh antara bobot, endurance dan machine,” tutup Connie. (Ryan Muhammad – pemerhati militer)
Kalau heli ini diterima, ada masalah dengan undang-undang. Apa pabriknya mau ngasih TOT atau offset tanpa harus beli 13 biji?
Siapa mau masuk bui, karena melanggar undang-undang? Mas Koni yang pengamat pertahanan mau nggak?
#pengamatlebihjualandaripadasales.
Panglima TNI mengatakan bahwa kewenangan anggaran militer ada di Kemenhan. permenhan no. 25/2015. Panglima TNI tidak tahu soal AW 101. Kastaf TNI AU akan menyelidiki prosea pemeblian pesawat terswbut. Negara ini semakin …..
@pranoto
Tampaknya anda belum paham bener masalahnya, tapi langsung loncat menjudge suatu lembaga!!!
Perencanaan heli ini sudah dimulai sebelum 2015…sebelum UU 25/2015 ini lahir (bisa searching bbrp artikel lawas ttg aw-101 disini ato sumber lain).
Dari sini (aspek perencanaan) terlihat sumber kesemrawutannya berawal.
Semula yang diajukan adl heli VVIP, namun setelah ditolak presiden, pengajuannya berubah secepat kilat mjd heli SAR+angkut berat.
Kalo mengikuti keterangan dari pihak leonardo dan kapuspen matra ybs (silahkan dicek disitus ini atau di angkasa.co.id), terlihat sekali “unsur pemaksaan” spesifikasi: yang katanya heli SAR+angkut berat dilengkapi dg flir, lampu sorot, stretcher, door gun dan defense suites…tapi konyolnya heli ini tidak punya “HOIST dan CARGO DOOR”.
Bgmn mungkin heli SAR tidak dilengkapi “HOIST dan CARGO DOOR” yang muat dilewati stretcher…memangnya kalo akan mengevakuasi korban dilaut ato ditengah hutan mau pake “kerekan timba sumur”atau harus mengajak “Agung Hercules” untuk menarik korban/evakuan kedalam heli??????????
Satu lagi yang membuat heli ini sangat mahal, yaitu adanya kelengkapan “defense suites” yang merupakan standar pd heli VVIP….sementara di Indonesia pesawat milik AU yang dilengkapi. “Defense Suites” terbatas pd F-16, sukhoi dan BBJ-kepresidenan. Heli VVIP/keprisidenan saja tidak dilengkapi “defense suites”…lha kok ini (aw-101) malah sudah kumplit????
Logikanya terbalik-balik !!!!!!
Lebih layak pesawat&heli yang bertugas digaris depan itulah yang dilengkapi “defense suites”, seperti CN-235 MPA, T-50i, super tucano, Boeing 737 surveiller, EC-725 cougar, panther ASW, C-130 dll
Ato sekurang-kurangnya pesawat T-50i segera dilengkapi radar, bukan malah yang aneh-aneh…….?!!!!!
Wow. Analisa mantap bu.
Lanjut..
Bu Koni dan bu connie sama btw?
@john titor
Ya bedalah…emang kembaran kita udah ga doyan uang poundsterling apa, sampe komen begini, xixixi
Sekedar Info….
Jangan Membeli Tank Buatan China…..
begini jadinya..
militermeter.com/tank-buatan-china-prothol-saat-lomba-di-rusia/
itu baru lomba, bagaimana kalau perang…?
utamakan produk buatan dalam negeri, pelajari ilmu pembuatan Tank dan kembangkan sendiri……
Waduh betul juga, jadi teringat kasus c705 yg telat meluncur. tapi kayanya ttp g kapok beli dari sana lagi. Ibarat belajar, russia itu ori, dan china kw, kita belajar dari barang kw jadi hasilnya kw 2. ??
Pertanyaannya kenapa heli aw101 yg akan dibeli TNI harganya supermahal???
andai caracal pesenan TNI AU jadi semua dan tepat waktu, nggak kaya gini jadinya
@blangkon
Sudahlah bang, akhir cerita seperti yang dibilang Om Kasino, ini cuma “nyanyian kode” para agen spionase…kalo paham siy