CMS Mandhala: Sistem Manajemen Tempur Laut Kebanggaan Nasional
Condongnya pengadaan alutsista TNI AL ke poros manufaktur Cina membawa pengaruh pada teknologi Combat Management System (CMS). Pasalnya meski sistem senjata modern umumnya menyajikan kompatibilitas antar vendor, namun paket integrasi alutsista yang ditawarkan bakal lebih efektif dan efisien bila berasal dari pemasok asal negara yang sama. Contohnya seperti pada jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) Sampari Class dan Clurit Class.
Baca juga: PT Len Pasok Combat Management System untuk Frigat Van Speijk Class TNI AL
Dengan mengusung senjata utama berupa rudal anti kapal C-705 dan kanon dua laras CIWS (Close In Weapon System) NG-18 kaliber 30 mm, KCR Clurit Class (KCR40) buatan PT Palindo Marine yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 menggunakan CMS buatan Cina. Kemudian KCR Sampari Class (KCR60) buatan PT PAL juga dipersiapkan untuk dipasang CMS dari Cina.
Debut alutsista asal Negeri Tirai Bambu tak hanya menyasar segmen KCR, korvet Parchim Class dalam program retrofit juga mengganti kanon AK-230 ke kanon CIWS tujuh laras Type 730 buatan Norinco. Dengan adopsi jenis kanon dari Cina, maka potensi pasokan CMS dari Cina akan terbuka lebar mengingat bekal sistem radar dan fire control system juga mengikuti bawaan manufaktur.
Baca juga: KRI Silas Papare 386 – Jadi Korvet Parchim Kedua Pengguna Kanon CIWS Type 730
Baca juga: Upgrade Alutsista, TNI AL Pilih Kanon Type 730 Untuk KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629
Menyesuaikan dengan kebutuhan pasar konsumen, senjata buatan Cina juga lumayan adaptif dan punya interoperabilitas dengan sistem dari NATO. Sebut saja saat rudal anti kapal C-802 menjadi kelengkapan pada frigat Van Speijk Class dan KCR FPB-57 Nav V. Nah yang menarik kemudian bahwa CMS buatan Dalam Negeri, yakni CMS Mandhala dari PT Len ternyata juga dapat mengedalikan rudal C-802, pasalnya CMS Mandhala sejak dua tahun lalu sudah terpasang pada tiga unit frigat Van Speijk, yakni di KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan 354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355. Selain sebagai pengendali rudal C-802, CMS Mandhala dirancang sebagai pengedali pada kanon OTO Melara 76 mm.
Debut CMS Mandhala kemudian juga diterapkan pada KCR Mandau Class buatan Korea Selatan, yaitu di KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622. Proyek CMS Mandhala juga diteruskan ke KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 Nav II, yaitu KRI Ajak 653 dan KRI Singa 651. CMS Len dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman C & Java, sehingga proses pengembangannya bisa dilakukan lebih cepat (kelebihan bahasa pemrograman Java) tanpa mengorbankan performansinya ( kelebihan bahasa pemrograman C).
Baca juga: “Menghadapi” Cina dengan Senjata Buatan Cina
CMS Len mendukung berbagai protokol software dan hardware yang umum digunakan pada aplikasi marine seperti serial Interface (RS-232, RS-422, RS-485), NMEA, Synchro/Resolver Interface, TCP / IP, dsb. Selain itu, Len juga siap mengimplementasikan protokol proprietary yang digunakan pada berbagai sistem sensor dan senjata.
Baca juga: TR-47C – Mengenal Kemampuan Radar Pengendali Tembakan di KCR Clurit Class TNI AL
PT Len Industri (Persero) selaku BUMN Pertahanan tak sendirian dalam mengembangkan teknologi CMS, Thales Nederland ikut mendukung program CMS PT Len. Besarnya populasi kapal perang TNI AL yang menggunakan solusi sensor dan radar dari Thales Nederland menjadikan ikatan kuat dalam pengembangan solusi yang bersifat strategis. Dalam implementasi pembangunan Perusak Kawal Rudal (PKR) Martadinata Class, PT Len juga diikutsertakan sebagai bagian dari proses ToT (Transfer of Technology), dimana KRI RE Martadinata 331 mengadopsi solusi radar surveillance dari Thales Nederland.
Baca juga: Thales Smart-S MK2 – Radar Intai Udara dan Permukaan Andalan KRI RE Martadinata 331
CMS Mandhala yang ditempatkan di PIT (Pusat Informasi Tempur), secara keseluruhan menghadirkan kemampuan seperti:
- Picture Compilation yang menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan yang antara lain meliputi tampilan track (sesuai dengan simbol-simbol yang digunakan di TNI-AL), peta laut elektronik serta video radar.
- Maneuver/Formasi Gugus Tempur yang meliputi Open/Close at Given Bearing, Open/Close to Given Distance, Stationing, Transit at given distance.
- Fungsi Peperangan Laut yang membantu kegiatan peperangan laut seperti : Plan Cordon (Menyajikan informasi taktik pengepungan sasaran bawah air), Furthest On Circle (Menyajikan informasi pertahananpreventif terhadap ancaman kapal selam), dll.
- Naval Gunfire Support untuk melakukan tembakan bantuan ke darat yang meliputi Direct, Indirect, dan Blind Bombardment.
Baca juga: Thales WM-22/WM-28 – Radar Pengendali Tembakan Khas Kapal Perang TNI AL Era 80 dan 90-an
- Air Control untuk kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, seperti mengarahkan unit udara pembawa torpedo untuk melakukan penyerangan terhadap kapal selam, memandu pesawat/helikopter ke suatu target untuk melakukan pencegatan (interception), memandu helikopter pada saat helikopter melakukan pendaratan di dek kapal, melakukan konversi koordinat bujur/lintang-georef.
- Fungsi Umum Navigasi seperti Closest Point Approach (CPA), Collision Avoidance, Man Overboard Recovery, Parallel Index, Route Handling (Waypoint).
- Firing Control System untuk melakukan tracking sasaran serta melaksanan penembakan yang meliputi deteksi jangkauan sasaran, kalkulasi sudut cegat, serta stabilisasi pada kubah kanon.
Artikel lawas baru baca, maaf jika komen ini dianggap basi.
Perkara pilihan programming languagenya, C dan Java. Saya membatasi komentar pada C saja. Bahasa C ini terkenal dlm soal garbage collector dan manajemen memory yg buruk. Menjadikan sulit menjalankan kaidah security programming. Atas dasar ini pula, Darpa usa memilih menggunakan bahasa pemrograman AIDA yg jauh lebih aman ketimbang C atau C++. Gak lucu, jika sedang keadaan genting, cmsnya hang dengan pesan “memory buffer overflow, segmentation fault, core dumped” ^____^
selain menggunakan sensor STING EO Mk2 Thales, CMS Mandhala bisa tidak jika menggunakan sensor lain tidak misalnya dengan TR-47C? sepertinya radar pengendali tembakannya dimatikan setelah gagal menembak, sehingga rudal C705 terbang tanpa panduan radar/FCS dan gagal mengenai KRI KARIMATA
Bung Admin d artikel Armada Jaya sepertinya sengaja diseting tidak bisa komen ya? Biar ngak ada cela-mencela dan keluar dari konten. Baguus…
Keputusan evaluasi ToT C-705 itu bagus. Lebih baik sekarang kita evaluasi daripada sudah terlanjur dipasang, ternyata tidak sesuai harapan. Walau rudal C-705 itu rudal bagus, dan beberapa versinya sudah berhasil di Tiongkok. Tapi kalau kedepannya bermasalah harusa ada yang dibenahi.
Jadi inget uji penembakan Yakhot yang pertama. Gagal juga kan. Setelah evaluasi dan setingan lagi, akhirnya KRI OWA bisa menembakan dengan sempurna.
Semoga C-705 juga seperti itu
Terlepas dari hal itu, apa mungkin kita bisa dapet ToT SSM dari negeri lain?
RBS Mk3 dari Swedia (Saab)
atau dari norwegia
Mas @Briket Kelapa, sementara memang begitu mas, karena “akibat” artikel tersebut loading web menjadi berat, karena banyaknya visitor.
Untuk ToT dari mana saja memungkinkan mas, tapi berapa nilai dan value yang diterima tentu juga bergantung pada nilai kontrak pembelian.
@admin
Sebenarnya si operator peluncuran rudal C-705 gak tega menunaikan tugasnya, secara kakeknya dulu pernah dinas di KRI. Karimata
Bung gimana nasib rudal cina 705, setelah gagal dalam latihan., apakah masih dilanjutkan programnya?
Nasib sesuai yang diberitakan, belum ada deal dan karena kejadian tersebut program pengadaan akan di evaluasi ulang.
LEN sdh sejak thn 90 an bisa buat radar kapal AL dan dikembangkan jadi CMS tapi entah kenapa malah produk LN msh di beli, harusnya produk dalam negeri diutamakan dan di develop demi kemandirian dan kerahasiaan sistem senjata.
MARINE RADAR – Lenradar S maksudnya? bukannya itu radar navigasi. Dan bukan radar pengendali tembakan, yang biasanya dibeli satu set dengan persenjataan
bisa kontrol RBU parchim juga min?
CMS nya belum dipasang di Parchim mas @Rubby
Usulan, bikin liputan latihan tempur TNI gabungan ato masing2 angkatan, biar variatif websitenya bukan cuma senjatanya aja yg diliput…
Terima kasih buat usulnya @Cece, menarik banget, cuma kami terbentur di kekurangan penulis. Sementara ditampung dulu ya usulnya 🙂
@admin
Lha kalo saya kekurangan modal je….bisa bantu bung admin?
sudah keliatan nih hasil tot ama pihak thales Belanda, mudah-mudahan segera muncul Produk produk baru PT Len yang lain.