Update Drone KamikazeKlik di Atas

Ciptakan “Milisi Maritim,” Aksi Kapal Nelayan Cina Berpotensi Memicu Perang Terbuka

Dengan dalih traditional fishing zone atau zona tangkap ikan tradisional, aksi perahu nelayan Cina acap kali menimbulkan ketegangan di beberapa negara di kawasan Laut Cina Selatan. Sebagai contoh pada Juni 2016 silam, saat terjadi ketegangan di Perairan Natuna saat kapal perang TNI AL melakukan penangkapan pada kapal nelayan Cina yang melanggar ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia. Pangkal ketegangan lantaran aksi penegakan hukum oleh kapal perang TNI AL mendapat bayang-bayang langsung dari kapal patroli Penjaga Pantai Cina – China Coast Guard (CCG).

Baca juga: Haijing 3303 – Senjata Kelas Kapal Patroli, Performa Kelas Korvet

Apa yang dialami Indonesia juga menjadi perhatian beberapa negara di kawasan. Dan seolah sudah menjadi rahasia umum, bahwa pergeragakan kapal nelayan Cina selalu mendapat pengawalan dari kapal patrol, baik milik AL Cina atau CCG. Tidak itu saja, pemerintah Cina justru mensubsidi nelayan untuk program pembangunan kapal dengan tujuan ekspansi di lautan lepas.

Dikutip dari businessinsider.sg (4/1/2019), mantan petinggi AL Amerika Serikat, Laksamana James Stavridis menyebut bahwa Beijing menghabiskan anggaran ratusan juta dollar setiap tahun untuk mensubsidi armada perikanan jarak jauh. Ironisnya dengan pengawalan CCG, aksi kapal nelayan tersebut tak jarang dilakukan secara ilegal. “Dengan aksi tersebut, secara tidak langsung pemerintah Cina mendukung kegiatan ilegal pada sumber daya laut di seluruh dunia,” ujar Stavridis.

Komodor Kate Higgins-Bloom dari US Coast Guard pada September 2018 pernah menyatakan bila konflik seputar penangkapan ikan dapat memicu terjadinya konflik bersenjata berskala besar. Tekanan dari ekspansi nelayan Cina bukan hanya mendera negara-negara di kawasan Asia Pasifik, bahkan di Amerika Selatan, Peru dan Argentina telah mengambil sikap tegas atas masuknya kapal nelayan Cina. AL Argentina dikabarkan sampai menembaki kapal nelayan Cina.

Kantor Berita Reuters pada Mei 2016 juga menyebut apa yang dilakukan Cina sebagai mempersiapkan ‘milisi maritim’ untuk berlayar di laut yang disengketakan. Serangkaian latihan dasar militer dan subsidi bahan bakar telah diberikan kepada nelayan di kota pelabuhan kecil di Pulau Hainan. Reuters menyebut pelatihan yang diberikan kepada nelayan mencakup latihan bertahan di laut, pengumpulan informasi tentang kapal asing, penyelamatan, dan komunikasi. Pemerintah Cina juga memberikan modul GPS pada 50 ribu kapal nelayan, dan memungkinkan mereka untuk memanggil bantuan kapal  CCG bila dalam keadaan darurat. Ada dugaan, kapal nelayan juga dilengkapi senjata ringan.

Dukungan penuh otoritas Cina tak pelak membuat aksi nelayan Cina kian berani dan militan. Dalam beberapa analisa, model kombinasi pengerahan armada nelayan dan kapal perang/patroli telah dilakukan Cina untuk menguatkan ambisi ekspansi. Seperti baru-baru ini, AL Cina dilaporkan telah mengerahkan armada hampir 100 kapal ke Pulau Thitu, salah satu dari beberapa pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan.

Baca juga: Yuang Wang 7 – Kapal Pelacak Satelit dan Rudal Balistik Cina yang Bikin ‘Gerah’ Kawasan Pasifik

Ini diyakini sebagai upaya Cina untuk menghentikan pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung yang sedang dilakukan oleh pemerintah Filipina. Dan bisa ditebak, pengerahan armada kapal nelayan di kawasan yang disengketakan ikut memainkan peran dalam tekanan politik. (Gilang Perdana)

8 Comments