Cina Ungkap Dugaan Lain Terkait Insiden USS Connecticut, “Ada Pusaran Air Raksasa di Laut Cina Selatan”

USS Connecticut (SSN-22)

Amerika Serikat dan Cina secara tak langsung saling sindir terkait aktivitas kapal selam, setelah sebelumnya pejabat pertahanan AS mengungkap insiden memalukan, yakni tenggelamnya sebuah kapal selam nuklir terbaru Cina di dermaga kota Wuchang, kini ada ‘balasan’ dari Cina yang menyebut bahwa insiden yang menimpa kapal selam nuklir USS Connecticut (SSN-22), kemungkinan bukan karena bertabrakan dengan gunung bawah laut di Laut Cina Selatan.

Baca juga: Buntut Tabrakan ‘Misterius’ Kapal Selam Nuklir USS Connecticut, Beijing Tuntut Koordinat Kejadian di Laut Cina Selatan

Tiga tahun setelah insiden kapal selam serang nuklir USS Connecticut (Seawolf class) milik Angkatan Laut AS di Laut Cina Selatan, Beijing telah mendeklasifikasi beberapa dokumen yang mungkin memberikan dimensi baru pada kecelakaan misterius yang mengguncang jagad dunia bawah air.

Sebagai catatan, deklasifikasi adalah proses resmi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah status informasi rahasia menjadi informasi yang tidak lagi bersifat rahasia atau rahasia pada tingkat yang lebih rendah. Informasi yang sebelumnya dirahasiakan karena alasan keamanan nasional, intelijen, atau kepentingan sensitif lainnya, bisa diakses oleh publik setelah melalui proses deklasifikasi.

USS Connecticut

USS Connecticut diwartakan bertabrakan dengan gunung bawah laut di Laut Cina Selatan pada 2 Oktober 2021. Angkatan Laut AS membutuhkan waktu lima hari untuk mengumumkan bahwa kapal selam tersebut telah menabrak gunung bawah laut saat melaju dengan kecepatan tinggi di perairan yang tidak dipetakan dengan memadai.

Seperti dikutip eurasiantimes, investigasi yang dilakukan oleh AS kemudian mengungkapkan bahwa kecelakaan itu terjadi karena kelalaian kru dalam perencanaan navigasi dan ketidaktahuan mereka terhadap Laut Cina Selatan. Kegagalan itu “jauh di bawah standar Angkatan Laut AS,” ungkap investigasi itu. Laporan itu mengatakan sedikitnya 11 awak kapal selam itu terluka, dan kapal selam nuklir itu kehilangan kubah radarnya saat transit ke Guam setelah kecelakaan itu.

Bukan Tabrakan dengan Godzilla, Terungkap Misteri Tabrakan yang Menimpa Kapal Selam Nuklir USS Connecticut

Namun, pernyataan dari AS tersebut tidak mampu membuat Cina percaya begitu saja. Akhir bulan itu, Global Times, media milik pemerintah Cina menerbitkan laporan yang menyesalkan AS karena tidak merilis informasi penting tentang kecelakaan kapal selam bertenaga nuklir tersebut.

Analis Cina mengatakan kecelakaan itu telah mengungkap aktivitas militer AS yang intensif dan tersembunyi di luar kebebasan navigasi di wilayah tersebut.

Pasca insiden USS Connecticut, Cina khawatir tentang sifat kecelakaan itu, misinya, dan lokasi persisnya di Laut Cina Selatan. Tiga tahun setelah insiden itu, informasi yang baru saja dideklasifikasi dari pemerintah Cina telah memunculkan ‘skenario’ yang sama sekali berbeda yang menunjukkan adanya hubungan potensial antara pusaran air yang muncul di Laut Cina Selatan dan kecelakaan bawah air USS Connecticut.

Pusaran Bawah Air Raksasa di Laut Cina Selatan?
South China Morng Post (SCMP) menyebut, bahwa pada bulan September 2021 (sebelum insiden yang menimpa USS Connecticut) pusaran air raksasa yang membentang ratusan kilometer muncul di Laut Cina Selatan, membahayakan semua yang dilaluinya.

Pusaran air adalah wilayah terlokalisasi di laut atau badan air lain tempat arus melingkar yang kuat dapat menarik benda-benda ke pusatnya. Depresi di pusat pusaran air terjadi ketika arus yang saling bertentangan bertemu atau ketika arus menghadapi hambatan. Kemunculan pusaran air raksasa, yang membentang lebih dari 200 kilometer dengan diameter di sebelah timur Kepulauan Paracel di Laut Cina Selatan, membuat Cina memulai operasi untuk mendokumentasikannya.

USS Connecticut

Cina kabarnya telah mengirim kapal penelitian tercanggihnya dan armada drone terbesar untuk memantau pusaran air dari perspektif udara, permukaan, dan bawah permukaan. Menurut SCMP, data ilmiah yang dikumpulkan oleh para ilmuwan dan peneliti Cina selama operasi ini dipublikasikan bulan lalu di jurnal akademis Cina Scientia Sinica Terrae.

Dan seperti yang sudah diduga,sSampai saat ini, otoritas Cina merahasiakan informasi ini. Laporan tersebut mengklaim bahwa saat Cina melakukan operasi perburuan pusaran air, USS Connecticut juga berada di wilayah tersebut, mungkin dalam misi rahasia.

USS Connecticut mengalami insiden sepuluh hari kemudian, yakni pada tanggal 1 Oktober 2021. Dalam citra satelit yang diambil pada 3 Oktober, kapal selam itu terlihat mengambang di permukaan laut dan perlahan bergerak ke selatan, 42,8 mil laut di tenggara Kepulauan Paracel. Citra satelit tersebut dilaporkan dirilis oleh organisasi intelijen sumber terbuka South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI), yang berpusat di Beijing.

Pulang Kandang, Kapal Selam USS Connecticut yang Tabrakan “Misterius” Kini Berada di California

SCSPI mengatakan kapal selam itu terletak di 15,5 derajat utara dan 113 derajat timur. Menariknya, grafik dalam penelitian ilmiah menunjukkan bahwa posisi ini berada sekitar 30 mil laut dari jalur pelayaran salah satu kapal tak berawak Cina yang telah mengawasi area tersebut beberapa hari sebelumnya, namun masih berada dalam pengaruh pusaran tersebut.

Laporan tersebut tidak menyebutkan apakah pusaran air dan insiden USS Connecticut saling terkait, dan para ilmuwan Cina yang menjadi bagian dari proyek tersebut menolak berkomentar. Namun, laporan tersebut membuat dugaan halus tentang kemungkinan hubungan antara pusaran air raksasa dan ‘tabrakan’ kapal selam.

Pusaran Air Berpengaruh Pada Sonar
Para ilmuwan Cina mengamati bahwa gangguan pusaran air di air laut dapat menurunkan akurasi sonar dan membahayakan keamanan kapal selam. Selain itu, gangguan ini dapat mengganggu transmisi gelombang elektromagnetik di atmosfer, mengganggu komunikasi, dan berpotensi menyebabkan pesawat menghilang dari tampilan radar karena interaksi udara-laut.

Pusaran air atau arus turbulen secara teori dapat mempengaruhi kinerja sonar kapal selam, terutama sonar aktif dan pasif. Pusaran air menciptakan gangguan di kolom air yang mempengaruhi penyebaran gelombang suara, yang merupakan prinsip dasar dari teknologi sonar.

Misi Anti Kapal Selam, TNI AL Waspadai “Shadow Zone”

Pusaran air dan arus turbulen dapat menyebabkan distorsi atau pembelokan pada gelombang suara yang dipancarkan dan dipantulkan oleh sonar. Ini mengakibatkan kesalahan pengukuran jarak atau posisi objek yang terdeteksi. Sonar pasif, yang mendengarkan suara yang dihasilkan oleh target (seperti kapal atau torpedo), dapat dipengaruhi oleh kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh pusaran air. Kebisingan ini dapat menutupi sinyal suara yang lebih lemah dari target, membuat deteksi lebih sulit.

Saat mempelajari pusaran di Laut Cina Selatan pada tahun 2021, para ilmuwan Cina menemukan struktur yang sangat rumit di dalamnya. Armada pesawat nirawak menemukan inti bersuhu tinggi di tengah pusaran air, sekitar 50 hingga 150 meter (164–492 kaki) di bawah permukaan laut; inti bersuhu rendah lebih dekat ke permukaan; dan inti bersuhu tinggi kedua pada kedalaman 200 meter (656 kaki).

Sejumlah besar air laut berputar searah jarum jam di sekitar inti ini dengan kecepatan sekitar 0,4 meter per detik. Kecepatannya mungkin tampak sederhana, tetapi saat kapal selam melintasi wilayah tersebut, suhu dan kepadatan air asin dapat berfluktuasi secara dramatis, menurut para ilmuwan.

Tetapi apakah itu ada hubungannya dengan tabrakan USS Connecticut? Tidak ada cara untuk mengetahuinya saat ini. Namun, Laksamana Muda Christopher Cavanaugh, yang mengawasi investigasi komando Angkatan Laut AS, mencatat bahwa kecelakaan tersebut diakibatkan oleh kesalahan kumulatif dalam perencanaan navigasi, pelaksanaan tim pengawas, dan manajemen risiko.

Deklasifikasi dokumen Cina yang terkait dengan operasi perburuan pusaran airnya menawarkan wawasan yang menarik. Namun, AS belum mengomentari temuan tersebut hingga saat ini. (Gilang Perdana)

Buntut Insiden USS Connecticut di Hainan Tahun 2021, Waspada Lonjakan Ketegangan AS-Cina