Cina Tingkatkan Akurasi Senjata Artileri dengan ‘Kecerdasan Buatan’, Bisa Pangkas Biaya Perang

Akurasi tak pelak menjadi kata kunci dalam sistem senjata artileri, pasalnya bukan perihal mudah untuk mencapai tingkat akurasi yang diinginkan. Sebut saja proyetil artileri konvensional dapat mendarat 100 meter atau lebih jauh dari target. Baru kemudian hadir munisi artileri berpemandu yang dapat menyesuaikan arah selama dalam lintasan, yang belakangan telah mengubah lanskap artileri di negara-negara maju.

Baca juga: 1V119 Reostat – Ranpur Pengarah Tembakan Artileri Pasukan Linud Rusia

Namun, level presisi munisi artileri berpemandu masih terbatas, hal tersebut karena banyaknya data real-time yang harus dihitung menggunakan model matematika tradisional. Variabel penerbangan seperti angin, suhu, dan tekanan udara dapat membatasi ketepatan peluru artileri ke titik yang dapat meleset dari target beberapa atau puluhan meter.

Mengutip dari South China Morning Post – scmp.com (17/4/2023), “mencoba mengatasi ‘kelemahan’ penggunaan metode matematika tradisional, teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menawarkan potensi kecepatan pemrosesan data yang lebih cepat,” ujar Wang, serta kolaborator dari industri pertahanan Cina dan pakar dari laboratorium bersama Belt and Road China-Uni Emirat Arab yang berbasis di Beijing.

Konkritnya, setelah smart shell (proyektil) diluncurkan, maka proyektil harus dengan cepat mengumpulkan dan menganalisis berbagai macam data lingkungan untuk menyempurnakan jalurnya – perhitungan yang dapat meningkat secara eksponensial dengan jumlah variabel.

Chip komputer pada proyektil harus sesederhana mungkin karena harus tahan terhadap panas yang luar biasa dan guncangan tembakan artileri. Menghadapi permintaan seperti itu, pemroses sering kali harus membuang data mentah yang berharga untuk menyelesaikan perhitungan tepat waktu, sehingga memengaruhi akurasi secara keseluruhan.

Tetapi dengan adopsi AI, bahkan chip komputer yang lambat dapat menyelesaikan perhitungan yang diperlukan menggunakan hampir semua data yang tersedia, demikian diungkapkan tim Wang.

Seperti yang dipelajari dari pelatihan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penerbangan nyata atau percobaan laboratorium, teknologi AI dapat melewati beberapa perhitungan yang lebih berat yang dilakukan dengan pendekatan tradisional. Peneliti Cina juga menguji beberapa model AI pada tugas yang terkait dengan penyesuaian beberapa lintasan selama waktu lesat proyektil. Pembagian kerja di antara model AI ini memungkinkan peningkatan akurasi lebih lanjut.

Untuk akurasi pada sistem senjata artileri, baik Cina maupun AS berlomba mengembangkan artileri pintar untuk membantu memangkas biaya perang. Munisi artileri biasanya jauh lebih murah daripada rudal, dan dapat diproduksi dengan cepat dalam jumlah besar.

Tahun lalu, Angkatan Darat AS memberikan kontrak senilai US$66 juta kepada pembuat senjata Raytheon untuk jumlah yang tidak ditentukan dari munisi pintar artileri yang dipandu GPS, dengan jangkauan hingga 40 km. Sementara itu, media pemerintah Cina tahun lalu merilis cuplikan latihan tembakan langsung, yang menunjukkan sebuah mobil yang bergerak dihancurkan oleh peluru artileri pintar, tetapi jarak efektif dan akurasi senjata itu tidak diungkapkan.

Sebuah mortir pintar baru yang digunakan oleh militer Cina juga dilaporkan mencapai ketepatan dalam sentimeter. Namun, mortir biasanya memiliki jangkauan yang lebih pendek dan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan artileri.

Karena pecahan munisi artileri dari suatu ledakan dapat mengenai seseorang beberapa ratus meter jauhnya, beberapa ahli militer mengatakan ketepatan tidak diperlukan. Tetapi yang lain berpendapat bahwa meriam presisi tinggi akan sangat berguna bagi Cina jika terjadi serangan terhadap Taiwan.

Dalam peperangan perkotaan, sistem artileri dengan teknologi AI dapat menetralkan unit atau kendaraan musuh yang tersembunyi di gedung-gedung dengan lebih efisien daripada daya tembak tradisional dan dengan biaya lebih rendah daripada rudal, kata seorang insinyur industri pertahanan yang berbasis di Beijing.

Baca juga: Northrop Grumman Rayakan Pengiriman Ke-100.000 GPS Guided Kits, Ubah Munisi Artileri 155mm Konvensional Menjadi Berpresisi

Lepas dari hal di atas, adopsi AI pada presisi artileri akan membantu mengurangi korban sipil dan kerusakan bangunan di sekitarnya. Dalam kerangka makro, maka hal tersebut dapt membuat reunifikasi dan rekonstruksi setelah perang menjadi lebih mudah. (Gilang Perdana)
.

One Comment