Update Drone KamikazeKlik di Atas

Cina Mulai Produksi Zhang Ying R6000 – Drone Tiltrotor Mirip ‘Osprey’ dengan Berat Enam Ton

Cina mungkin belum mampu membuat wahana tiltrotor berawak sekelas MV-22 Osprey, namun Cina tak mau ketinggalan dari AS, yakni dengan mulai memproduksi wahana tiltrotor tanpa awak yang dimensinya lumayan besar, lantaran punya bobot enam ton. Pertama kali coraknya ditampilkan dalam Singapore Airshow 2024, drone tiltrotor Zhang Ying R6000 saat ini dikabarkan sudah dalam fase produksi.

Baca juga: Amerika Serikat Resmi Tawari Indonesia Delapan Unit MV-22 Osprey Senilai US$2 Miliar, Mungkinkah Diambil?

Wahana tiltrotor adalah jenis pesawat unik yang menggabungkan kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter (VTOL) dengan kecepatan dan jangkauan yang lebih tinggi seperti pesawat sayap tetap. Ciri khasnya adalah rotor (baling-baling) yang dapat diputar (tilted) sehingga bisa berfungsi sebagai baling-baling helikopter saat lepas landas dan mendarat, serta sebagai propeller pesawat saat terbang dengan kecepatan tinggi.

Media sosial Cina telah mengungkap foto pertama Zhang Ying R6000 yang diproduksi di Wuhu Aviation Industrial Park. Drone tiltrotor seberat 6 ton ini, yang awalnya dipamerkan oleh perusahaan swasta United Aircraft di Singapore Airshow 2024, dan diklaim menjadi pertama di dunia dalam kategorinya.

Dirancang untuk mengangkut sepuluh penumpang, R6000 saat ini ditujukan untuk misi sipil, dengan fokus pada pengangkutan kargo dan penumpang, serta memiliki spesifikasi teknis canggih yang membedakannya dari pesawat tradisional.

Dari spesifikasi, R6000 punya kecepatan jelajah 550 km per jam, ketinggian maksimum 7.620 meter, dan jangkauan 4.000 kilometer. R6000, yang juga disebut sebagai UR6000, ditampilkan dalam corak komersial di Singapore Airshow 2024, yang menggarisbawahi peran awalnya untuk aplikasi sipil.

Namun, gambar di situs web United Aircraft juga memperlihatkan UAV dalam corak Angkatan Udara Cina, sebuah pengakuan atas kebijakan integrasi militer-sipil yang didorong oleh perusahaan. Seperti dikutip Armyrecognition, perwakilan United Aircraft menyebut tiltrotor tersebut utamanya dirancang untuk operasi sipil, sebuah pernyataan yang ditujukan untuk mengurangi spekulasi mengenai kemungkinan aplikasi militer.

Proyek R6000 dibangun berdasarkan keberhasilan United Aircraft sebelumnya dengan helikopter koaksial tanpa awak yang dikembangkan untuk misi pemadaman kebakaran dan tanggap darurat. Model sebelumnya, seperti TD550 seberat 600 kg dan TD220 seberat 350 kg, telah memungkinkan perusahaan tersebut memperoleh keahlian dalam sistem otonom di berbagai aplikasi.

Arsitektur R6000 mencakup desain inovatif, yang menampilkan sayap lurus yang dipasang di atas dan dua ekor vertikal yang meningkatkan aerodinamika dalam penerbangan horizontal dan stabilitas selama transisi penerbangan vertikal. United Aircraft merahasiakan mesinnya, meskipun sistem propulsinya dilaporkan menyertakan kotak roda gigi berkecepatan variabel untuk menyesuaikan daya dorong antara mode penerbangan vertikal dan horizontal.

Prototipe pertama R6000 diharapkan akan dipresentasikan akhir tahun ini di Zhuhai Airshow. Meskipun model tersebut saat ini ditujukan untuk misi sipil, model tersebut tetap menarik bagi analis pertahanan internasional, mengingat keberhasilan perusahaan baru-baru ini di sektor militer.

Dengan desain berkapasitas besar, R6000 dapat mendefinisikan ulang standar untuk UAV jarak jauh, yang mampu mengangkut penumpang atau kargo pada kecepatan dan ketinggian yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pesawat nirawak seukuran ini. (Gilang Perdana)

Leonardo AW609 Mendarat Perdana di Kapal Induk Italia ITS Cavour, Saingan Tak Langsung Osprey

One Comment