Cina Kembangkan Rudal Anti Kapal “Hybrid” Torpedo Bermesin Boron, Canggih Tapi Bisa Jadi Senjata Makan Tuan
|Setelah belum lama ini mengumumkan rancangan torpedo bertenaga nuklir ‘disposable’ dengan hulu ledak konvensional, yang mampun menjelajah hingga 10.000 kilometer. Peneliti Cina kembali merilis konsep senjata hybrid yang bila dibayangkan mirip dengan yang ditampilkan di film sci-fi. Apa yang peneliti Cina kemukakan adalah konvergensi antara peran rudal jelajah anti kapal supersonik dan torpedo berkecepatan tinggi. Sesuatu yang terdengar ganjil, namun toh banyak membuat netizen penasaran dibuatnya.
Dikutip dari South China Morning Post – scmp.com (13/9/2022), apa yang digambarkan di atas dapat terjadi berkat pengunaan mesin rudal/torpedo berbasis/tenaga boron. Disebutkan bahwa para ilmuwan di Cina sedang bekerja untuk mengembangkan rudal anti kapal bertenaga boron yang tidak hanya dapat melesat supersonik, tapi juga dapat beralih peran sebagai torpedo dengan jangkauan jelajah yang jauh.
Sebuah tim ilmuwan roket dari perguruan tinggi sains dan teknik kedirgantaraan di National University of Defense Technology di Changsha mengungkapkan cetak biru sistem propulsi rudal berbasis boron dalam edisi 8 September Journal of Solid Rocket Technology yang diterbitkan oleh Perhimpunan Astronautika Cina.
Rudal anti-kapal yang dirancang oleh para ilmuwan dari Changsha dimaksudkan untuk terbang di udara sebelum menyelam ke dalam air dan mengenai sasarannya. Sesuai klaim para ilmuwan, sistem propulsi berbasis boron memungkinkan rudal sepanjang lima meter untuk meluncur dengan kecepatan Mach 2.5 pada ketinggian sekitar 10.000 meter, dan mempunya jarak jangkau hingga 200 kilometer.
Sebelum menghajar sasaran, rudal tersebut pada jarak 10 km dari sasaran akan menukik, menyelam dan bergerak di bawah permukaan. Klaim ilmuwan Cina, saat menjadi torpedo, kecepatan lesatnya pun fantastis, yaitu 100 per detik. Dimana kecepatan itu dapat dicapai berkat teknologi superkavitasi, yakni pembentukan gelembung udara raksasa di sekitarnya yang secara signifikan mengurangi hambatan. Ibarat di film fiksi, torpedo dapat melakukan crash dive ke kedalaman 100 meter untuk menghindari sistem pertahanan bawah air tanpa kehilangan momentum.
Ilmuwan utama Li Pengfei dan timnya mengatakan, bahwa tidak ada sistem pertahanan kapal yang dapat menahan serangan “lintas media” yang begitu cepat. “Ini dapat sangat meningkatkan kemampuan penetrasi rudal,” kata mereka.
Sebagai informasi, Boron adalah ‘metalloid,’ dengan sifat logam dan non-logam, dan biasanya digunakan dalam bubuk pencuci, antiseptik, dan lain-lain. Boron juga diketahui bereaksi hebat saat terkena air dan udara, melepaskan panas yang sangat besar. Membakar dengan api hijau dan dikatakan melepaskan 40 persen lebih banyak energi per kilogram jika dibandingkan dengan bahan bakar penerbangan konvensional.
Senjata Makan Tuan, Ancam Keselamatan Personel
Cina bukanlah yang pertama mengeksplorasi penggunaan boron sebagai bahan bakar penerbangan. Angkatan Udara AS, pada 1950-an, mulai mengerjakan bahan bakar penerbangan berbasis boron berdasarkan laporan intelijen tentang api hijau yang muncul dari knalpot roket eksperimental Soviet. Bahan bakar penerbangan konvensional didasarkan pada hidrokarbon yang dimurnikan dari bahan bakar fosil, di mana hidrogen, elemen yang sangat eksplosif, terikat dengan atom karbon.
Para insinyur AS menggunakan boron yang berada tepat di sebelah karbon dalam tabel periodik, yang melahirkan keluarga bahan bakar baru berdasarkan senyawa ‘hidro-boron’, atau ‘boran’ yang dikembangkan dengan nama kode ‘Project Zip, ‘ karenanya mereka dijuluki “bahan bakar zip.”
Awalnya, bahan bakar ini sangat menjanjikan karena energi yang dihasilkan, dan direncanakan akan digunakan pada pembom strategis XB-70 Valkyrie, pencegat jarak jauh XF-108 Rapier, dan rudal BOMARC. Juga, ada rencana untuk mengubah mesin jet yang ada sehingga mereka bisa membakar boran juga.
Baca juga: APR-3ME – Rudal Anti Kapal Selam Rusia, Hancurkan Kapal Selam di Laut Dalam dan Dangkal
Namun, rencana ini dibatalkan pada tahun 1959 karena boran terbukti sangat berbahaya karena toksisitasnya, mengharuskan mereka yang bekerja dengannya untuk menggunakan masker gas yang unik. Juga, partikel boron sulit dikendalikan, karena mereka menyala secara spontan dan bahkan bisa meledak. Sedikitnya delapan orang yang terlibat dalam Proyek Zip tewas dalam kecelakaan terkait boran.
Selanjutnya, ketika dimasukkan ke dalam jet, boran tidak terbakar sepenuhnya dan meninggalkan lapisan residu lengket pada bilah turbin, yang secara bertahap mengurangi kinerja mesin. (Gilang Perdana)
min, 100 itu 100 apa kok ngga dijelasin?
meter
Sama kaya Russia. Kebanyakan konsep.