Update Drone KamikazeKlik di Atas

CH-3A Rainbow – Sosok Drone Kombatan yang Mengintai Demonstrasi di Myanmar

Alih-alih melunak, dengan tekanan keras dari dunia internasional, justru junta militer di Myanmar kian beringas. Atas unjuk rasa sporadis yang terjadi hampir di seluruh penjuru negeri, setidaknya sampai artikel ini diposting, 600 lebih warga sipil telah tewas akibat tindak kekerasan oleh aparat keamanan.

Baca juga: Di Tengah Prahara, Myanmar Bakal Jadi Negara Kedua di Asia Tenggara yang Gunakan Panstir S-1

Dan ada kabar terbaru yang dirilis Janes.com, disebutkan junta militer Myanmar telah mengerahkan drone kombatan (UCAV) untuk mendukung operasi melawan gerakan demosntrasi. Kelvin Wong, editor dari Janes.com telah mengonfirmasi penampakan drone kombatan yang disebut dari jenis CH-3A (Cai Hong-3A atau Rainbow-3A) di atas kota Mandalay. Penampakan CH-3 di atas langit Mandalay, sekaligus menjawab teka-teki selama ini, pasalnya program akuisisi CH-3 tidak pernah diberitakan secara resmi oleh Myanmar.

Beberapa foto di media sosial pada bulan Maret 2021, juga menunjukkan bahwa pihak militer Myanar telah menggunakan aset drone untuk memantau kegiatan protes di Myanmar tengah, setidaknya dua jenis drone yang didokumentasikan terbang di ketinggian yang cukup rendah untuk dilihat dan didengar oleh warga di Mandalay. Dan dari penampakannya, dapat dipastikan yang dimaksud adalah CH-3A buatan China Aerospace Science and Technology Corporation.

Pada tahun 2016, Cina telah mempersiapkan sejumlah drone CH-3A yang dipersenjatai untuk kebutuhan Myanmar. Namun, tidak diketahui persis berapa unit CH-3A yang dikirim Cina untuk Myanmar. Sumber tidak resmi, menyebut Myanmar mengoperasikan antara 10 – 12 unit CH-3A (satu skadron), dimana pengiriman perdana dimulai pada tahun 2013.

Angkatan Udara Myanmar (Tatmadaw Lay) mengoperasikan CH-3A dari basisnya di Meiktila, Pangkalan Udara di Myanmar utara-tengah. Penempatan di wilayah tengah diperlukan sebagai aset intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) untuk mendukung operasi kontra pemberontakan (COIN) yang telah berlangsung lama terhadap kelompok pemberontak etnis di seluruh negeri.

CH-3 dikenal sebahai drone dengan mesin propeller yang punya desain unik, yakni dilengkapi canard dan tidak memiliki sayap vertikal. Drone CH-3 memulai debutnya di Zhuhai AirShow 2008.

Dari spesifikasi, CH-3A UAV memiliki bobot lepas landas maksimum 650 kg dengan lebar sayap 8 meter dan kapasitas payload 180 kg. Drone ini disokong oleh mesin piston yang dipasang di belakang yang menggerakkan tiga bilah baling-baling yang memungkinkan drone mencapai kecepatan jelajah 180-220 km per jam, dan kecepatan maksimum 260 km per jam. Sementara jangkauan kendali secara Line of Sight (LoS) mencapai 200 km dari Ground Control Station.

CH-3 sendiri tidak termasuk drone dengan kualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance), meski begitu CH-3 dapat terbang dengan endurance 12 jam, tentu lamanya endurance bergantung pada konfigurasi payload. Bicara ketinggian terbang, drone ini hanya dapat terbang sampai ketinggian 4.000 meter, atau boleh dikata mirip dengan kemampuan drone Wulung besutan PT Dirgantara Indonesia.

Baca juga: Lawan Pengaruh Cina, Jadi Alasan India Hibahkan Kapal Selam Kilo Class ke Myanmar

Sebagai drone kombatan, CH-3 dapat membawa dua rudal udara ke darat berpandu laser AR-1 yang spesifikasinya mirip dengan rudal Hellfire buatan AS. Sampai saat ini, Drone CH-3 dioperasikan oleh Angkatan Bersenjata Nigeria, Pakistan dan Myanmar. Pada Tahun 2015, dilaporkan sebuah CH-3 jatuh di Utara Nigeria dalam pertempuran melawan militan Boko Haram. Nigeria melengkapi CH-3 dengan smart bomb YC-200 dan rudal udara ke permukaan AR-1. (Bayu Pamungkas)

5 Comments