Cek Fakta! Victrory Marking “Balon” pada Jet Tempur Stealth F-22 Raptor
|Tanda kemenangan (victory marking) pada jet tempur yang pernah terlibat dalam operasi tempur, tentu sudah lazim diperlihatkan sebagai wujud prestasi, seperti victory marking jumlah jet tempur lawan yang berhasil dijatuhkan, atau berapa bom/rudal yang pernah dilepaskan. Nah, bagi F-22 Raptor, baru pada 4 Februari 2023, pertama kalinya jet tempur stealth twin engine itu berhasil menembak jatuh sasaran di udara dalam operasi yang sebenarnya.
Tentu menjadi momen besar ketika F-22 Raptor untuk pertama kalinya menembak jatuh sasaran di udara. Namun, akankah itu ditorehkan dalam bentuk victory marking yang ditempelkan di samping luar kokpit Raptor?
Lantaran yang ditembak jatuh pada 4 Februari adalah sebuah balon mata-mata Cina yang berada di ketinggian stratosfer, maka itu menjadi kontroversi. Pasalnya, belum pernah victory marking menjadi tanda sebagai prestasi dalam menembak balon di udara. Ditambah fakta balon ditembak menggunakan rudal udara ke udara canggih AIM-9X Sidewinder yang berharga US$400.000, tak pelak hal tersebut menjadi bahan sindiran oleh sebagain netizen.
Wujud dari sindiran atau candaan tersebut, salah satunya berupa viralnya foto editan F-22 Raptor dengan victory marking berupa balon udara.
Berikut fakta yang dipaparkan oleh Taskandpurpose.com (16/2/2023), F-22 Raptor yang menjadi algojo balon mata-mata Cina disebut berasal 1st Fighter Wing yang berpangkalan di Lanud Langley di Virginia.
Foto asli atau sebelum di edit, menunjukkan seorang pilot Angkatan Udara AS mengacungkan jempol dari dalam kokpit F-22, foto itu sebenarnya dipublikasikan ke akun Facebook, Twitter, dan Instagram Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California pada tahun 2020 dan menunjukkan Raptor dioperasikan oleh 411th Flight Test Squadron.
Tidak jelas apakah Angkatan Udara AS nantinya berencana untuk mengizinkan victory marking pada F-22 atas keberhasilan menembak balon mata-mata. Tetapi sebagai catatan, urusan menembak balon di ketinggian yang sepertinya hal mudah, nyatanya secara realitas sulit dilakukan.
Balon yang berada di ketinggian stratosfer (di atas 20.000 meter) tidak sembarang bisa dijatuhkan oleh setiap jet tempur. Di ketinggian tersebut, selain F-22 Raptor, jet tempur AS yang tersedia terbang sampai ketinggian itu adalah F-15 Eagle.
Berangkat dari kasus yang pernah dialami jet tempur CF-18 Hornet milik Angkatan Udara Kanada. Sebuah balon cuaca besar (seukuran bangunan 25 lantai) telah membuat kelabakan sepasang jet tempur CF-18 Hornet yang mencoba menembak jatuh. Faktanya, sudah 1.000 peluru dari kanon Gatling M61A1 Vulcan 20 mm telah ditembakkan ke arahnya, namun, balon tidak kunjung jatuh.
Kemudian, pasca insiden balon mata-mata Cina, ada dua insiden penembakan objek tidak dikenal di wilayah AS dan Kanada, dimana ada satu sasaran yang ternyata meleset dari tembakan rudal AIM-9 Sidewinder. Nah, melihat fakta bahwa menembak balon tidak segampang yang dikira, boleh jadi victory marking balon nantinya akan disematkan pada jet tempur AS. (Bayu Pamungkas)
Balon mainan ditembak pakai rudal mahal sidewinder, yang rugi siapa? Sama hal drone2 murah Iran di tembak pake rudal mahal, rugi Ukraina, hehehe.
ya wes kami akan kirim balon sebanyak2 nya ke benua amerika biar anda makin senang bisa pasang marking yang banyak
Mas Raptor memang luar biasa😁
balon yang membuat resah banyak orang dan membuat tidak nyaman spt ini apalagi sulit dihancurkan wajar disebut sebagai musuh potensial suatu negara, setuju victory marking disematkan di pesawat yg mampu eliminir balon tsb
Salah satu faktor mengapa balon udara itu susah ditembak dengan peluru Cannon adalah selain posisi balonnya biasanya diatas 20 km dimana untuk F-18 jangkauan terbang tertingginya cuman dibawah 20 km, kecepatan yg lambat ternyata juga berpengaruh dalam upaya penembakan peluru. Karena balon terbang sangat lambat sekitar 10-15 Knot sedangkan pespur bisa sangat cepat bahkan kecepatan paling rendah bagi F-18 sekitar 100-150 Knot menyebabkan tembakan yg dilakukan akan over shoot. Jika pesawat bergerak sangat pelan bisa-bisa pespur ya bakal nabrak balon udara tersebut dan yg paling apes menutupi sebagian besar bodi pespur hingga membuatnya jatuh.
Kejadian ini mirip dengan insiden jatuhnya Mig-29 Ukraina yg jatuh oleh serpihan drone yg ditembaknya karena terlalu dekat saat menembak. Kesulitan yg dialami sama jadi perlu tindakan yg tepat untuk menghadapi ancaman seperti ini.