Nama Accuracy International Ltd mungkin kurang dikenal dalam jagat persenjataan di Indonesia. Namun, tahukah Anda, bahwa manufaktur senjata asal Inggris ini merupakan salah satu pemasok senapan runduk (sniper) untuk satuan elite Kopassus TNI AD dan DenBravo Paskhas TNI AU. Dan belum lama ini, Accuracy International (AI) telah memperkenalkan dua produk senjata terbarunya, masih dipertukkan bagi penembak jitu, dua senapan tersebut adalah AX MKIII dan AX 50 ELR. (more…)
Bagi manufaktur senjata sekelas Kalashnikov Concern, memproduksi senapan untuk penembak runduk (sniper) tentu bukan hal baru. Sebut saja ada tipe SV-98, SV-99, SVD, SVDM, SVDS dan SVK, yang semuanya laris digunakan oleh negara-negara yang dekat dengan Rusia. Namun bagaimana dengan kelas senapan anti material? Rupanya di segmen ini Kalashnikov masih termasuk baru, dan di ajang Army 2019 yang dihelat 25 – 30 Juni di Kubinka, Moskow, Kalashnikov Concern memperlihatkan sosok senapan anti material barunya. (more…)
Nama senapan penembak runduk alias senapan sniper yang satu ini memang belum tersohor di jagad internasional, namun jangan salah, Komodo D7CH sudah mendapat apresiasi positif dari institusi penting di dalam negeri. Ya, inilah senapan sniper kaliber 7,62 x 51 mm produksi PT Komodo Armament Indonesia, manufaktur senjata asli dari kawasan Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. (more…)
Jagad senapan runduk memang tak pernah sepi dibicarakan, maklum sang penggunanya adalah pasukan khusus. Setelah diwartakan bahwa satuan elite Kopassus, Den Bravo Paskhas, Tontaipur Kostrad dan Brimob menggunakan Accuracy International AX308, diketahui satuan elite Korps Marinir, Detasejemen Jalamangkara (Denjaka). Yang kebetulan sosok AX308 ikut dipamerkan dalam Marinir Fair bulan November lalu. (more…)
Wajar adanya bila satuan elite memiliki beragam senjata, maklum misi yang dijalankan pasukan khusus terbilang beragam, dan anytime harus siap bergerak menuju daerah operasi. Maka selain beragam varian pistol, submachine gun dan senapan serbu, pasukan elite seperti Detasemen Jala Mangkara (DenJaka) Korps Marinir juga punya beberapa jenis senapan runduk. Seperti salah satunya yang belum pernah dikupas adalah senapan sniper dari Steyr Mannlicher buatan Austria. (more…)
Senapan penembak runduk atau senapan sniper berkaliber 12,7 mm terkenal punya daya hancur tinggi dan mampu menjangkau sasaran hingga jarak 2.000 meter. Namun penggunaan kaliber 12,7 mm juga membawa konsekuensi bagi sang sniper, yakni bobot senjata di kaliber tersebut lumayan berat, termasuk munisinya yang berat per butir bisa 2x lipat dari munisi standar. Sementara kaliber lain yang lebih familier di lingkungan penembak jitu adalah kaliber 7,62 mm. (more…)
Senapan runduk alias senjata sniper untuk penembak jitu yang digunakan oleh TNI banyak ragamnya, terkhusus di segmen kaliber 7,62 x 51 mm NATO, ada sederet nama kondang yang telah dioperasikan beberapa satuan elite di Tanah Air, sebut saja mulai dari Winchester M-70, H&K G3/SG-1, Galil Galatz, Accuracy International Arctic Warfare, SIG 550 Sniper, Rangemaster G2, dan SIG716 Gen2. (more…)
Agak di luar kelaziman, biasanya identitas penggunaan senapan serbu atau senapan runduk yang digunakan TNI, dan berasal dari produksi luar negeri, jarang diungkap oleh pihak manufaktur. Tapi lain halnya dengan SIG Sauer, nama yang sudah kondang sebagai pemasok senjata perorangan untuk TNI ini belum lama menjelaskan bahwa salah satu produk andalannya, yakni SIG716 Gen2 DMR telah digunakan oleh pasukan khusus di Indonesia. (more…)
Setelah sebelumnya menggunakan Accuracy International Arctic Warfare (AW) L96A1, kini satuan elite TNI AD memordenisasi jenis senapan runduk keluaran baru yang dilansir (juga) dari Inggris. Inilah Rangemaster G2, serupa dengan AW L96A1, senapan sniper dengan pola bolt action berkaliber 7,62 mm ini mengadopsi magasin dengan isi 10 peluru. Unit Infanteri Kostrad TNI AD menjadi satuan yang pertama kali memperkenalkan sosok senapan runduk ini ke publik. (more…)
Meski tak bisa disebut sebagai produk yang berhasil dipasaran, namun senapan laras panjang pertama produksi PT Pindad, SP-1, juga tak bisa disebut produk yang gagal total. Sampai saat ini SP (Senapan Panjang)-1 kaliber 7,62×51 mm NATO masih digunakan oleh lembaga pendidikan di tingkat Secaba (Sekolah Calon Bintara) dan Secata (Sekolah Calon Tamtama). Meski debutnya berlangsung singkat, SP-1 yang sejatinya adalah varian lisensi BM59 dari Berreta, menorehkan jejak sejarah yang tak terlupakan dalam usaha kemandirian alutsista nasional. (more…)