Beberapa hari lalu nama Gowind Class sempat menjadi trending dalam pemberitaan jagad alutsista nasional, lantaran media Perancis menyebut Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tertarik pada kapal perang besutan Naval Group tersebut. Indomiliter.com pun belum lama ini telah menurunkan artikel tentang Gowind 2500 Class yang juga pernah ditawarkan ke TNI AL pada tahun 2017 silam. (more…)
Nelayan Cina di Laut Cina Selatan mungkin menjadi nelayan yang paling ‘bahagia’ di dunia, mengapa? Mulai dari ongkos bahan bakar yang mendapat subsidi tinggi dari pemerintah, sampai melaut pun mendapat pengawalan dari kapal penjaga pantai (China Coast Guard/CCG). Tidak itu saja, nelayan Cina malah mendapat rejeki tambahan, bukan lantaran menangkap ikan, melainkan karena prestasi mereka menangkap drone bawah laut. Lho? (more…)
Pasca kunjungan Menhan Prabowo Subianto ke Perancis beberapa waktu lalu, nama korvet Gowind 2500 Class belakangan jadi santer dibicarakan. Terlepas dari pro dan kontra di seputaran korvet yang kini telah dioperasikan AL Mesir, faktanya platform Gowind 2500 Class lumayan laris. Selain Mesir, Naval Group setidaknya telah meraih kontrak dengan Rumania, Uni Emirat Arab dan tentu saja yang menarik dari Malaysia. Persisnya di tangan Malaysia, derajat Gowind Class tidak lagi sebagai korvet, melainkan naik kelas menjadi frigat. (more…)
Kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Perancis beberapa waktu lalu rupanya menyertakan sejumlah harapan bagi modernisasi alutsista TNI. Terlepas dari realisasi yang butuh proses lebih lanjut, tersebut beberapa nama alutsista yang berpotensi diakuisisi Indonesia. Situs latribune.fr (17/1/2020) menyebut Indonesia tertarik dengan dengan 48 unit jet tempur Rafale, 4 unit kapal selam Scorpène dengan rudal SM39 Exocet dan dua unit korvet Gowind Class yang berbobot 2.500 ton. (more…)
Meningginya tensi ketegangan di Laut Natuna Utara direspon Pemerintah Indonesia dengan pengerahan Satuan Tugas Tempur yang berisikan beberapa kapal perang dan pesawat intai maritim. Sebaliknya Pemerintah Cina, meski agresif dan ngotot mengerahkan nelayan “milisi maritimnya,” masih mengedepankan armada kapal penjaga pantai (China Coast Guard) di wilayah ZEE Indonesia. (more…)
Setelah Inggris mengumandangkan program Arrowhead 140 – yang akhirnya memutuskan desain Type 31 untuk frigat masa depan, maka Jerman pun tak mau ketinggalan dalam program pembangunan frigat baru. Di luar kebiasaan, Pemerintah Jerman telah memutuskan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) dari Belanda sebagai kontraktor utama proyek frigat MKS 180 multirole combat ships untuk AL Jerman. (more…)
Di tengah tensi politik Jakarta-Beijing yang memanas akibat situasi di Laut Natuna, rupanya AL Cina alias PLA (People’s Liberation Army) Navy pada 12 Januari lalu telah resmi menerima kapal perusak pertama (destroyer) dari Type 055 Renhai Class cruiser. Kapal perusak dengan nomer lambung 101 ini diberi nama “Nanchang” dan punya bobot penuh 13.000 ton. (more…)
Diwartakan TNI AL kini menambah kekuatan kapal perangnya di Perairan Natuna, maka begitu pun dengan Cina, meski belum berupa kehadiran armada angkatan lautnya, Kapal Penjaga Pantai Cina (China Coast Guard/CCG) dilaporkan bertambah jumlahnya di Natuna Utara, menjadikan kondisi bilateral Indonesia-Cina kian memanas dalam beberapa hari ini. (more…)
Nota protes yang dilayangkan Kementerian Luar Negeri Indonesia kepada Pemerintah Cina seolah tidak digubris, baru saja sehari nota protes dilayangkan, kembali kapal penjaga pantai Cina (China Coast Guard/CCG) diwartakan kembali memasuki perairan Natuna Utara pada Selasa, 31 Desember 2019. Kehadiran kapal penjaga pantai Cina, seperti pada kasus-kasus terdahulu yaitu dalam misi mengawal aktivitas perahu nelayan Cina yang secara koordinat memasuki ZEE (Zone Ekonomi Eksklusif) Indonesia. (more…)
Setiap negara yang mengoperasikan kapal selam, tentu sudah memperhatikan urusan keselamatan awaknya, apalagi jika jumlah kapal selam yang dioperasikan tak sedikit. Prosedur evakuasi dengan alat selam khusus, seperti Submarine Escape Immersion Equipment MK-10 Suite, rasanya tak cukup untuk menghadapi kejadian yang ekstrim di bawah permukaan laut. Untuk menghadapi situasi darurat, lumrah bila angkatan laut kemudian mengoperasikan apa yang disebut sebagai kapal penyelamat kapal selam (submarine rescue vessel). (more…)