CANTOKA: Tumpas Perompak, Inilah Wahana Ship Boarding Kopaska TNI AL
Bila suatu waktu terjadi aksi pembajakan kapal di lautan, maka satuan elit TNI yang mendapat order penugasan pertama adalah Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL. Satuan inilah yang memang punya spesialisasi utama penanggulangan teror aspek laut. Bila disejajarkan fungsinya di unit elit tempur AS, Kopaska bisa disejajarkan dengan US Navy SEALS. Karena punya tugas dan kemampuan khusus, tak heran bila Kopaska dibekali kelengkapan senjata dan wahana yang unik.
Baca juga: Sub Skimmer TNI AL – Wahana Infiltrasi Senyap Pasukan Amfibi
Di artikel terdahulu, kami pernah membahas beberapa alutsista Kopaska, seperti SEAL Carrier, Sea Shadow, X38 Combat Boat, dan senapan serbu bawah air APS. Dan khusus untuk tugas Kopaska dalam menuntaskan aksi pembajakan tak bisa dilepaskan dari kemampuan ship boarding, alias menerjunkan pasukan di kapal sasaran. Ship boarding bisa dilakukan lewat udara dengan parasut, dan bisa langsung dilakukan lewat wahana perahu boat dengan kualifikasi RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat).
Umumnya, untuk ship boarding ke kapal sasaran yang sedang melaju digunakan model tangga wire rope ladder yang diadopsi dari pasukan elit Inggris SAS (Special Air Service). Model ship boarding dengan tanggal bertali baja ini dipandang punya banyak kelemahan. Contohnya hampir rata-rata dari seluruh prajurit yang menggunakan model ini sudah kehilangan sekitar 30% dari tenaganya saat mencapai dek kapal. Belum lagi risiko terhempas dan jatuh ke laut akibat gelombang. Bila menggunakan tangga model lama yang berbentuk tali, tangga ini harus dikaitkan oleh salah satu personel Kopaska ke bagian kapal dan membutuhkan waktu sekitar tujuh menit, dihitung sejak RHIB merapat ke badan kapal sampai penguasaan anjungan kapal sebagai pusat komando kapal. Dengan tangga kawat baja, secara teknis alat ini mampu menahan beban sekitar 500 kg, walau buat mengaitkannya ke tubuh kapal butuh galah pengait.



CANTOKA
Berangkat dari hasil evaluasi dan masukan dari seluruh prajurit Kopaska selama menjalankan tugas di lapangan, maka dibuat terobosan yang lebih efektif untuk ship boarding ke kapal sasaran. Terobosan ini adalah modifikasi yang dilakukan terhadap RHIB yang dimiliki Satkopaska Armabar dengan penambahan tangga hidrolik, solusi ini dinamai CANTOKA (Carrier and Tactical Onboard Kopaska). Dengan penambahan sistem baru ini selain bisa mengangkut peralatan dan personel, RHIB ini juga difungsikan sebagai salah satu sarana taktik ship boarding.
Fungsi tangga hidrolik ini sangat signifikan terutama saat dipakai dalam tugas ship boarding. Bila dengan model ship boarding sebelumnya dibutuhkan waktu tujuh menit, maka aksi personel Kopaska hanya membutuhkan sekitar dua menit untuk menguasai anjungan kapal sasaran. Dengan inovasi ini seluruh prajurit pada saat masuk ke kapal sasaran masih tetap dalam kondisi prima, konsentrasi, dan moril pun masih tinggi. Inovasi ini dibuat dengan tetap mempertimbangkan keamanan terhadap personel dan tidak melenceng dari SOP dan taktik pelaksanaan ship boarding. Selanjutnya dalam hitungan detik, seluruh tim Kopaska sudah berada di dalam kapal sasaran dan mulai melaksanakan pencarian sasaran dengan metode CQB (Close Quarter Combat).


Baca juga: DPD STIDD Systems – Wahana Tempur Bawah Air Andalan Kopaska dan Kopassus
Pembuatan tangga ini mulai dikembangkan di Satkopaska Armabar pada pertengahan 2011, meski idenya sudah bergulir sejak tahun 2010. CANTOKA menggunakan tangga dengan tekni pneumatics yang bisa mengatur tinggi rendahnya tangga sesuai dengan tinggi rendahnya dek kapal. Resminya pada Desember 2011, CANTOKA-01 mulai dicoba pada ajang hari Nusantara di Dumai. Tangga hidrolis digerakkan dengan daya dorong menggunakan gas oksigen. Tabung oksigen ini disimpan di geladak RHIB. Dua sistem hidrolik ini dipasang di RHIB ini. Satu hidrolik digunakan untuk menaikturunkan tangga, dan satunya lagi digunakan untuk sistem maju mundur tangga. Proyek penambahan tangga ini dipimpin langsung oleh Komandan Satkopaska. Solusi ini disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.
RHIB (Sea Rider)
Dalam operasinya, Sea Rider dapat dilepaskan dari kapal patroli, korvet, LPD (Landing Platform Dock), LST (Landing Ship Tank), dan frigat. Saat upaya ship boarding dilakukan, Sea Rider datang dari arah buritan kapal sasaran, baik dari lambung kanan atau lambung kiri, ini untuk menghindari pengamatan dari pembajak. Dalam taktik ship boarding, setidaknya akan ada dua Sea Rider yang dikerahkan. Sea Rider pertama berperan sebagai unsur yang merapat ke kapal sasaran. Sedangkan Sea Rider kedua berperan sebagai pengaman dari jalannya operasi ship boarding.



RHIB adalah perahu cepat yang memiliki dua bagian utama, yaitu bagian tetap atau rigid dan bagian yang dapat dikembangkempiskan dan bersifat inflatable. Bagian yang bersifat rigid ada pada lunas perahu, sehingga memungkinkan perahu punya kemampuan aerodinamis yang cukup baik. Selain itu juga memperkecil gesekan antara air laut dengan badan perahu. Efeknya, perahu memiliki kemampuan olah gerak tinggi.
Baca juga: Brugger & Thormet MP9 – Submachine Gun Super Ringkas Andalan Kopaska TNI AL
Sedangkan bagian yang bersifat inflatable berada pada bagian lambung atas yang mengelilingi badan perahu sampai buritan. Bagian ini berupa badan karet berisi udara yang terdiri dari sekat-sekat terpisah. Sehingga, apabila terjadi kebocoran pada satu bagian tidak mempengaruhi bagian lainnya. Kelebihan lain dari bagian ini adalah bobotnya yang relatif ringan. Efek yang ingin dicapai dari perpaduan semua ini adalah perahu dapat melaju dengan kecepatan lebih tinggi.
Rata-rata RHIB disokong dua mesin, dengan besar silinder antara 250cc sampai 300 cc yang mampu menghasilkan kecepatan 40 knot. Kedua mesin menempel pada bagian yang rigid dilengkapi dengan sistem hidrolis yang mampu mengatur seberapa dalam baling-baling tenggelam di air serta menaikkan mesin saat tidak digunakan agar tidak selalu terendam air laut. Selain itu RHIB tidak menggunakan daun kemudi selayaknya kendaraan air, namun menggunakan sistem hidrolis yang mampu membelokkan baling-baling berikut mesinnya. Inilah yang membuat olah gerak RHIB begitu lincah. (Bayu Pamungkas)
Nice info…. Semangat posting ya min
kalo bisa setiap hari posting…. hehehe
Siap mas, ditunggu aja ya hehehe
Mantap!! 🙂
Mantap ulasannya …
BTW artikelnya tiap hari dong …
He he he …
Diusahakan mas 🙂
Setuju sekali kalau dibilang teknik ini baru pertama kalinya di dunia. Saya yakin kalau SAS melihat alat ini mereka juga akan segera minta dibelikan alat yg sama. =)) brilliant. Trima kasih ulasannya. Jadi nambah tahunya.
Mantabbbb …. Jalesveva Jayamahe
Setiap hari saya ngecek indomiliter.com buat liat ada postingan baru atau ngga. Saking kerennya ulasan mengenai seluk-beluk militer di situs ini! Buat admin, kalo bisa dalam sehari minimal ada satu postingan dong buat memuaskan dahaga pecinta info militer di Indonesia. Bravo, Indomiliter!
Hallo Bung Andra,
Kami ucapkan terima kasih atas ucapan dan supportnya, sungguh ini menjadi motivasi buat Indomiliter. Mengenai request artikel per hari untuk saat ini belum bisa :-), tapi kami usahan saban minggu ada 2x update terbaru. Sekali lagi terima kasih.
@admin
Bung admin berapa ketinggian maksimal lambung kapal sasaran yang bisa dirapati cantoka?
Kalo kapal2 mega carrier/super tanker apa masih bisa dicapai…soalnya pd foto kelihatan lambung kapalnya rendah?
Maksimal ketinggian tidak lebih dari 15 meter. Untuk supet tanker nampaknya tidak sesuai.
Ulasan dari indo militer sangat bagus, saya selalu membaca terus hampir setiap hari, update terus ya min
bung admin,..apa bedanya denjaka dgn kopaska??..bukannya utk penanggulangan teror aspek laut dipegang oleh denjaka?…tim mana yg diprioritaskan jika misalnya trjadi penyanderaan di suatu kapal,..denjaka dulu atau kopaska? meskipun dua2nya telah siap tempur..di kopaska sendiri ada detasemen anti teror jg.
kalo di amrik, penugasan spt itu pasti dihandle team seal 6/devgru, meski ada unit elite lain marine recon,…tapi setau saya, penanganan2 teror aspek laut, pasti dipegang seal. kalo di inggris, cuma SBS aja.
Bung Dino yang budiman, kalau soal penugasan dan prioritas tentu ke matra masing2, meski utk teknis joint cooperation dan “kebersamaan” juga dilibatkan satuan elit lain. Contoh saat misi pembebasan MV Sinar Kudus di Perairan Somalia, Kopassus juga diturut sertakan.
Mengenai beda Denjaka dan Kopaska? Denjaka adalah unit elit dari Korps Marinir. Sementara Kopaska beda, personelnya berasal dari Korps Pelaut yang terpilih, maka itu Kopaska sangat mirip dengan US Navy SEALS, dimana US navy SEALS bukan bagian dr USMC. Semoga bisa menjelaskan 🙂
@Kang Admin,maap Kang bukannya Denjaka adalah gabungan dr Yon Taifib Mar dengan Kopaska…? Setau saya seperti itu,maap ya Kang admin yg tampan klo saya salah…hehehe
Denjaka adalah satuan anti-teror aspek laut dari TNI-AL, seperti halnya Sat Gultor TNI-AD dan Sat Bravo TNI-AU.
Sat Gultor adalah bagian dari Kopassus dan personilnya dari Kopassus. Sat Bravo adalah bagian dari Korp Paskhas dan personilnya diseleksi dari Korps Paskhas.
Nah kalau Denjaka, pembinaannya di bawah komandan Korps Marinir tetapi bukan bagian dari Korps Marinir, dan personilnya diseleksi dari Yon Taifib Korps Marinir dan Sat Kopaska. Komandan Denjaka kadang perwira dari Korps Marinir (biasanya dari Yonif Taifib) atau Korps Pelaut (Sat Kopaska)
Unit anti-teror di TNI-AD pun ada di dalam Yonif Raider. Soal penggelaran unit anti-teror dari Raider atau Sat Gultor (seperti halnya gelar Den Anti-Teror Sat Kopaska atau Denjaka) itu tergantung tingkat teror yang terjadi dan banyak hal lain yang juga diperhitungkan.
Untuk US, unit anti-teror ultimate ada di dalam JSOC (core dari USSOCOM) alias Tier-1, berisi 2 unit tempur : Seal Team 6 / Devgru untuk aspek laut dan 1st SFOD-D / Delta Force; dan 1 unit pendukung : 24th STS (Special Tactic Squadron – AFSOC).
Tier-2 itu dari US Army Special Force / Green Beret dan US Navy Seals.
Kalo Force Recon dan Recon Battalion dari USMC, walau punya kemampuan anti-teror, tetapi tugas utamanya adalah pengintaian (justru diperlukan senyap dan menghindari pertempuran) seperti halnya Yon Taifib (intai amfibi) Korps Marinir TNI-AL. Dan masih di bawah USMC langsung, tidak di bawah USSOCOM.
Karena USSOCOM butuh tambahan SDM / unit khusus, maka USMC membuat MARSOC dengan kekuatan 1 resimen Marine Raider (3 batalyon Marine Raider). Kebanyakan personilnya terseleksi dari Force Recon. Dan ini masuk Tier-2. MARSOC merupakan bagian dari USSOCOM.
sudah lama saya suka web ini karena sangat detil jelas dan memberikan pengetahuan, mangknya yang komen juga gak ngasal gak sok tau karena isi dari artikel sudah komplet kayak bakso
artikel lama di terbitkan lagi tapi gpp sekali2 menyegarkan dan flashback mengenai peralatan dari tiap matra TNI,,
tetap dinanti artikelnya kembali 🙂
Penggunaan CANTOKA diakui sangat inovatif utk misi2 VSBS,. Tapi yg sangat d perhitungkan & d perhatikan adalah tinggi gelombang/sea state ketika menjalankan misi.. klo d atas sea state 3 sy kira akan sgt menggangu kesetabilan CANTOKA. Dan ini lh kelebihan tangga tali, yg walaupun lebih lambat, tetapi ketika tali sdh d kapal, gelombang yg ada tdk berpengaruh thd operator. But overall, kita harus angkat topi utk inovasi ini. Bravo..