Update Drone KamikazeKlik di Atas

Buntut Jatuhnya Aleppo, Ada Indikasi Rusia Mulai Pindahkan Aset Militernya dari Lanal Tartus di Suriah

Jatuhnya Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah ke tangan pemberontak yang melawan rezim Bashar al-Assad telah memicu kewaspadaan tingkat tinggi kepada Rusia. Selain memberi bantuan tembakan udara dari jet tempur yang diterbangkan dari Pangkalan Udara (Lanud) Khmeimim (Hmeimim), Rusia yang mendukung Bashar al-Assad kini mulai was-was atas aset militernya yang lokasinya berada tidak seberapa jauh dari Aleppo.

Baca juga: Rusia Dukung Palestina, Israel Ancam Hentikan Peringatan Serangan Udara ke Suriah

Aset militer Rusia di Suriah utamanya berada di dua titik, selain Lanud Khmeimim, terdapat Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) di kota pelabuhan Tartus. Baik Lanud Khmeimim dan Lanal Tartus, berjarak sekitara 200-an kilometer dari Aleppo.

Meski kedua basis militer dilengkapi dengan sistem pertahanan udara (hanud) tercanggih, namun dinamika pertempuran bisa menjadi sangat rawan bagi keamanan kedua basis militer tersebut, terlebih sebelumnya Lanud Khmeimim kerap menjadi langgaanan serangan drone kamikaze dari pemberontak Suriah.

Seperti dikutip Naval News, ada indikasi awal bahwa Angkatan Laut Rusia mulai memindahkan beberapa aset kapal perangnya dari Tartus.

Saat garis depan pertempuran semakin dekat, Rusia sudah mengambil tindakan pencegahan. Rusia saat ini memiliki lima kapal perang permukaan dan satu kapal selam yang bermarkas di Tartus. Kapal-kapal ini terdiri dari dua frigat Gorskhov class, satu frigat Grigorovich class, dua axillary, dan satu kapal selam Improved Kilo class.

Salah satu kapal ini, Yelnya, tercatat meninggalkan Tartus pada pagi hari tanggal 2 Desember 2024, dengan informasi yang menunjukkan bahwa beberapa atau semua kapal lainnya juga telah pergi. Pergerakan tak terduga ini terjadi beberapa hari setelah perubahan mendadak dalam situasi perang saudara Suriah yang sedang berlangsung.

Rezim Assad, yang merupakan sekutu utama Rusia, sekarang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, yang mana pasukan oposisi dengan cepat bergerak maju menuju ibu kota.

Meskipun belum dikonfirmasi, pergerakan kapal ini dianggap kemungkinan besar terkait langsung dengan situasi di lapangan. Jika demikian, itu adalah tanda pertama yang terlihat bahwa Rusia memindahkan aset-aset berharga keluar dari negara tersebut.

Lanal Tartus
Lanal Rusia di Tartus, Suriah, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1971 ketika Uni Soviet mendirikan fasilitas tersebut sebagai satu-satunya pangkalan di luar negeri yang memberikan akses langsung ke Laut Mediterania. Awalnya, pangkalan ini berfungsi sebagai fasilitas logistik untuk mendukung kapal-kapal Soviet selama era Perang Dingin.

Setelah bertahun-tahun berkurangnya aktivitas pasca runtuhnya Uni Soviet, Rusia kembali mengintensifkan kehadiran militernya di Tartus pada tahun 2015 sebagai bagian dari intervensinya di Suriah. Pangkalan ini diperluas pada 2017 melalui perjanjian dengan pemerintah Suriah, yang memungkinkan Rusia untuk menempatkan hingga 11 kapal perang, termasuk kapal bertenaga nuklir. Perjanjian ini berlaku selama 49 tahun dan bisa diperpanjang secara otomatis​.

Grachonok Class – Kapal Patroli Pangkalan dengan Fungsi Anti Sabotase Bawah Air

Fasilitas di Tartus meliputi dermaga, gudang persenjataan, serta bengkel perawatan kapal, yang memudahkan Rusia memperbaiki kapal di lokasi tanpa harus kembali ke Rusia. Pangkalan ini juga dilengkapi dengan kemampuan pertahanan udara yang kuat, termasuk sistem S-300 dan S-400, serta Pantsir untuk pertahanan jarak pendek hingga menengah​

Pangkalan Tartus memainkan peran penting dalam proyeksi kekuatan Rusia di Mediterania dan mendukung operasi militer mereka di kawasan Timur Tengah. (Gilang Perdana)

Lindungi Lanal Tartus di Suriah, AL Rusia Kerahkan Mamalia untuk Tangkal Sabotase