Bukan UH-60M, Helikopter Black Hawk Untuk TNI AD Adalah S-70i
Di artikel kami terdahulu, disebut bahwa TNI AD akan mengakuisisi helikopter angkut sedang UH (Utility Helicopter)-60M Black Hawk untuk memperkuat Puspenerbad. Hadirnya Black Hawk dirasa perlu untuk mengimbangi kemampuan helikopter serbu AH-64E Apache yang gelombang pertamanya akan tiba di Indonesia tahun ini. Meski beda peran, antara Black Hawk dan Apache mengadopsi jenis mesin yang serupa, dengan begitu faktor kecepatan dan jarak tempuh dirasa ideal untuk mendukung suatu operasi tempur. Dan, kini ada kabar terbaru bahwa sejatinya yang akan diakuisisi TNI AD bukanlah UH-60M Black Hawk.
Baca juga: UH-60M Black Hawk – Multi Mission Performer Untuk Kavaleri Udara TNI AD
Meski bukan UH-60M, sang pengganti pun masih dari keluarga Black Hawk yang tak kalah garang. Yang dimaksud adalah S-70i Black Hawk. Dari spesifikasi, dimensi, adopsi jenis mesin, sistem navigasi, pilihan senjata, airframe dan safety tak ada yang beda, S-70i dan UH-60M juga sudah menggunakan glass cockpit. Bahkan S-70i dirasa lebih pas untuk Indonesia, karena helikopter dual engine T700-GE701D ini sudah dilengkapi special coating untuk anti karat.
Meski desain dan kemampuan mesin sama, tentu ada perbedaan antara S-70i dan UH-60M, jika merujuk dari definisinya, S-70i adalah versi internasional (ekspor) dari UH-60M. Ada label versi internasional bukan berarti S-70i downgrade dari UH-60M, di label S-70i ini pihak Sikorsky Lockheed Martin menawarkan opsi kustomisasi pada calon pembeli, artinya apa saja item yang dibutuhkan oleh negara pembeli dapat diambil, sementara yang tidak diperlukan bisa dibuang. Sumber Indomiliter.com menyebutkan, seperti perangkat de-icing di rotor, jelas tidak akan terpakai karena di Indonesia tidak ada musim dingin. Jika memilih S-70i de-icing bisa untuk tidak dibeli, sebaliknya bila membeli UH-60M maka de-icing harus ikut dibeli. Dengan begitu ada anggaran yang bisa dialihkan untuk membeli spare part yang diperlukan.
Baca juga: Sikorsky S-58T Twin Pack – Kiprah Helikopter “Codot” TNI AU
Pihak Sikorsky menjual UH-60M dengan standar militer AS, semua perangkat dijual dengan sistem paket, termasuk ada fitur-fitur yang tidak diperlukan tapi tetap harus dibeli. Karena mengacu ke militer AS, UH-60M punya perbedaan alat komunikasi dan GPS dengan S-70i, hampir sebagian besar perangkat yang mendukung UH-60M mengacu standar militer AS yang tidak dipasok manufaktur lain di pasaran.
Jika ingin tahu lebih detail, S-70i yang akan diakuisisi TNI AD adalah produksi PZL (Polskie Zaklady Lotnicze) Mielec, anak perusahaan Sikorsky Company (Lockheed Martin Company) yang berlokasi di Polandia. Semua pesanan S-70i dirakit di Polandia, namun untuk airframe tetap dibuat di Amerika Serikat. Sebagai ilustrasi, 70 persen proses produksi S-70i dibuat di Polandia, 30 persen sisanya di AS. Sementara UH-60M komposisinya 60 persen proses produksi dibuat di AS, dan 40 persen sisanya di Polandia.
Baca juga: PZL M28 Skytruck – Nyaris Jadi Pesawat Intai Maritim Taktis TNI AL

PZL Mielec sendiri bukan nama yang asing di lingkungan TNI, manufaktur dari Polandia ini di tahun 2005 sempat menawarkan pesawat intai maritim M28 Skytruck kepada TNI AL, meski kemudian pengadaan batal, namun M28 Skytruck diakuisisi sejumlah empat unit oleh Polri. Dengan dipilihnya S-70i oleh TNI AD, maka Indonesia menjadi negara kedua pengguna S-70i di Asia Tenggara setelah Brunei Darussalam. (Haryo Adjie)
@isc
mana ada pmbelian sukhoi hingga 180 unit. yg benar dlm mef ditargetkan 180 unit pespur brbagai jenis atawa 11 ska
pmbelian apache tdk langsung 40 unit tp dicicil. pmbelian batch 2 jlhnx 8 unit tanpa missile mknx lbh murah nantinx. wong hellfire sdh diborong 150 unit
Apa tidak lebih baik di ganti Cougar aja dengan pertimbangan sudah digunakan angkatan lain jadi merampingkan jenis alutsista di TNI. Selain juga lebih memberdayakan produk dalam negeri. Pastinya harga juga bersaing.
@lanang
Soal harga, sikorsky mungkin lebih murah krn dlm bayangan ane kemhan akan memanfaatkan fasilitas FMS yang sebagian dr harga heli disubsidi oleh pemerintah AS.
Selebihnya ane sependapat dg anda
Betul, kita sangat memahami kebutuhan TNI dan melihat kendala/masalah dilapangan dengan cougar tapi cukup disayangkan bila TNI jadi beli karena kesan yg timbul, belum ada komitmen dari pemangku kebijakn untuk mendukung kemandirian bangsa. Apapun itu bangsa ini harus tetap mandiri!!6
Ko bukan untuk tni Al dan tni Au yah min,buat patroli di laut dan perbatasan.
Salah satunya, karena dua angkatan yang dimaksud tidak (belum) mengajukan permintaan atas helikopter tersebut.