Update Drone KamikazeKlik di Atas

Bukan Hanya Faktor ‘Israel’, Ini Alasan Perancis Ogah Jual Rudal Meteor untuk Rafale Mesir

Banyak pihak yang dibuat heran atas kebijakan Perancis kepada Mesir, pasalnya Mesir adalah adalah pembeli ekspor pertama untuk jet tempur Dassault Rafale. Pada tahun 2015, Mesir menandatangani kesepakatan dengan Perancis untuk membeli 24 unit Rafale, menjadikannya negara pertama yang membeli jet tempur ini di luar Perancis.

Baca juga: Padahal Sudah Punya Rafale, Ini Alasan Mesir ‘Masih Harus’ Akuisisi Jet Tempur Chengdu J-10C

Keberhasilan ekspor Rafale ke Mesir menandai langkah besar bagi Dassault Aviation, karena sebelumnya Rafale kesulitan mendapatkan pembeli ekspor. Setelah Mesir, negara lain seperti Qatar dan India juga mengikuti dengan memesan Rafale. Namun, sebagai launch export customer, rupanya Rafale pesanan Mesir mendapatkan pembatasan kemampuan, bukan downgrade, melainkan Mesir tidak mendapat akses untuk membeli rudal udara ke udara Meteor buatan MBDA Missile Systems.

Meteor adalah senjata udara-ke-udara beyond-visual-range (BVR) utama pada jet tempur Dassault Rafale dalam peperangan udara. Dalam hal ini Meteor diintegrasikan ke dalam Rafale untuk memberikan kemampuan superior dalam menghadapi ancaman udara modern pada jarak jauh.

Rudal Meteor di Rafale

Perancis sangat selektif dalam menjual rudal Meteor ke pasar ekspor, termasuk penolakan permintaan dari negara-negara seperti Mesir dan yang terbaru ke Serbia. Hal ini tentu didasarkan karena beberapa alasan strategis, politik, dan aliansi internasional. Dan berikut beberapa faktor utama yang mungkin mempengaruhi keputusan Perancis untuk membatasi ekspor rudal Meteor:

1. Kepentingan Strategis dan Keamanan
Meteor adalah salah satu rudal udara-ke-udara paling canggih di dunia, dengan keunggulan signifikan dalam jangkauan (200 km) dan kecepatan (Mach 4). Menjual rudal ini ke negara-negara tertentu dapat menciptakan ketidakseimbangan militer di wilayah tersebut, yang dapat merusak stabilitas regional. Perancis, bersama dengan negara-negara mitra dalam pengembangan rudal ini seperti Inggris, Jerman, dan Swedia, memiliki kekhawatiran tentang teknologi sensitif yang dapat disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang tidak diinginkan.

2. Kekhawatiran Geopolitik dan Pengaruh AS
Mesir memiliki hubungan yang kuat dengan beberapa negara yang mungkin dianggap oleh negara-negara Barat sebagai pihak yang tidak diinginkan dalam hal penjualan senjata canggih, seperti Iran atau Rusia. Ada kekhawatiran bahwa teknologi canggih dari rudal Meteor dapat digunakan atau dipindahkan ke negara lain yang dapat mengancam kepentingan Barat.

Selain itu, AS, yang merupakan sekutu penting Perancis dan memiliki pengaruh besar dalam ekspor pertahanan global, kemungkinan memiliki kekhawatiran tentang penjualan teknologi canggih seperti Meteor ke negara-negara yang tidak sepenuhnya sejalan dengan kebijakan luar negeri AS.

Dibawa dalam Uji Terbang Perdana KF-21 Boramae, Inilah Kecanggihan Rudal Udara ke Udara Meteor

3. Hubungan Diplomatik dengan Israel
Mesir berbagi wilayah yang berdekatan dengan Israel, yang notabene menjadi sekutu dekat negara-negara Barat. Penjualan rudal Meteor ke Mesir dapat memicu kekhawatiran di Israel tentang perubahan dalam keseimbangan kekuatan militer di kawasan tersebut. Perancis, yang juga menjual persenjataan kepada Israel, kemungkinan berhati-hati untuk menjaga keseimbangan geopolitik di Timur Tengah.

4. Kontrol Ekspor Senjata yang Ketat
Perancis, sebagai negara produsen senjata besar, memiliki kebijakan kontrol ekspor yang ketat untuk mencegah proliferasi senjata canggih. Penjualan rudal seperti Meteor harus melalui proses evaluasi yang ketat untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak jatuh ke tangan yang salah atau digunakan dalam konflik yang dapat mengganggu stabilitas global.

5. Keterlibatan dengan NATO dan Mitra Eropa
Rudal Meteor dikembangkan melalui kerja sama internasional antara beberapa negara NATO dan sekutu Eropa. Oleh karena itu, keputusan ekspor rudal ini bukan hanya bergantung pada Perancis, tetapi juga pada pertimbangan bersama antara negara-negara yang terlibat dalam pengembangannya.

Pengembangan Meteor dimulai setelah negara-negara Eropa, termasuk Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, dan Swedia, menyadari kebutuhan akan rudal udara-ke-udara jarak jauh yang lebih canggih daripada rudal yang ada seperti AIM-120 AMRAAM. Kontrak awal untuk Meteor diberikan pada tahun 2002, dengan MBDA sebagai pemimpin proyek.

Jet Tempur Gripen E Sukses Uji Coba Peluncuran Perdana Rudal Udara ke Udara Meteor

Meteor menggunakan ramjet propulsion system, yang memberikan kemampuan unik untuk mempertahankan kecepatan tinggi sepanjang penerbangan dan meningkatkan jangkauan. Teknologi ramjet memungkinkan rudal ini untuk terbang lebih jauh daripada rudal konvensional dengan motor roket.

Rudal ini juga dilengkapi dengan sistem pandu radar aktif yang memungkinkan “fire-and-forget,” serta sistem data link yang memungkinkan pembaruan target secara real-time.

Rudal Meteor mulai digunakan oleh angkatan udara negara-negara yang berpartisipasi dalam pengembangannya, dengan Royal Air Force (RAF) Inggris menjadi salah satu pengguna pertama pada tahun 2016. Saat ini, Meteor telah diintegrasikan ke dalam berbagai pesawat tempur modern, termasuk Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, dan Gripen JAS-39. Meteor juga direncanakan untuk diintegrasikan pada F-35 Lightning II. (Bayu Pamungkas)

Senasib dengan Mesir, Rafale Pesanan Serbia Bakal Dibatasi Kemampuan Peperangan Udara ke Udaranya

6 Comments