BRP Sierra Madre – Bukti Kenekatan Filipina di Laut Cina Selatan
|Filipina serasa tak punya modal untuk membangun instalasi militer di teritorinya yang masuk ke pusaran konflik Laut Cina Selatan, pun menghadirkan kapal patroli, Negeri pimpinan Presiden Rodrigo Duterte ini sudah kepayahan, padahal yang dihadapi adalah sang Naga Laut dari Cina. Namun dengan semangat ala bonek, Filipina justru berani menggelar sea basing di kawasan rawan konflik tersebut. Sea basing milik Filipina ini amat unik, tapi jangan bandingkan dengan sea basing yang ada di Malaysia.
Baca juga: Bakamla Berencana Gelar Pangkalan Apung, Sea Basing Malaysia Layak Menjadi Benchmark
Sebagai negara dengan kemampuan militer pas-pasan, rupanya tak mengendurkan semangat nasionalisme bangsa Pinoy, sadar tak mampu men-deploy kehadiran militer di Laut Cina Selatan, AL Filipina mengambil langkah membawa kapal berjenis LST (Landing Ship Tank) eks Perang Dunia II, BRP Sierra Madre 57 ke perairan dangkal di Ayungin, kawasan Kepulauan Spratly. Di kawasan yang juga diaku oleh Cina, BRP Sierra Madre lantas dengan sengaja dikaramkan diatas gugusan karang. Dan sim salabim, jadilah BRP Sierra Madre sebagai sea basing statis.
Sebagai sea basing, alias lanal (pangkalan angkatan laut) apung, BRP Sierra Madre tentunya disiapkan sebagai pos pemantauan militer Filipina, dan yang ditugaskan disana adalah kompi Marinir. Meski didaulat sebagau sea basing, AL Filipina tidak BRP Sierra Madre tidak mempersiapkan kehadirannya secara layak, ini dibuktikan dengan dibiarkannya senjata pada kapal berkarat dan tidak terawatt begitu saja, padahal jika mau meriam PSU (Penangkis Serangan Udara) yang dioperasikan manual di haluan dan buritan bisa diaktifkan.
Debut BRP Sierra Madre sebagai sea basing diketahui sudah sejak tahun 1999, dan sampai saat ini kondisi kapal bersejarah tinggi ini kian keropos di makan karat. Pemerintah Filipina kabarnya akan merenovasi BRP Sierra Madre. Bagaimana dengan jalur suplai logistik untuk para Marinir? Bekal logsitik umumnya diantarkan lewat jalur laut, namun jika kerap diganggu kapal Cina, bekal logistik tak jarang di drop lewat udara. Meski tua renta nan keropos, pada bagian depan anjungan terdapat dek ukuran besar yang bisa didarati dua helikopter ukuran sedang.
Menurut sejarahnya, LST ini pertama kali beroperasi tanggal 19 September 1944, digadang untuk mendukung operasi amfibi dalam penyerangan Okinawa di Jepang. Jasanya di US Navy berakhir seiring selesainya perang Vietnam. Selama perjalanannya dari 1944 hingga 1970, kapal yang awalnya bernama USS Harnett County ini telah diberi 8 penghargaan bintang perang dari pemerintah AS.
Baca juga: “Menghadapi” Cina dengan Senjata Buatan Cina
Selepas operasinya di AL AS, Sierra Madre dihibahkan kepada pemerintah Vietnam Selatan lewat program bantuan keamanan pemerintah AS. Di tangan Vietnam kapal ini berubah nama menjadi RVNS My Tho (HQ-800). Di pemerintah Vietnam, kapal Sierra Madre hanya mengabdi sela enam tahun hingga 5 April 1975 dan setahun kemudian dilego ke AL Filipina.
Di Indonesia, TNI AL juga mempunyai jenis kapal yang serupa BRP Sierra Madre, yakni KRI Teluk Bone 511 yang sampai saat ini masih dioperasikan oleh Kolinlamil (Komando Lintas Laut Militer) TNI AL. KRI Teluk Bone 511 tidak kalah tua dari Sierra Madre, kapal ini melunncur pada 25 September 1944. Penasaran tentang jejak sejarah KRI Teluk Bone 511? Simak ulasannya pada tautan judul dibawah ini. (Haryo Adjie)
Baca juga: KRI Teluk Bone 511 – Terlibat Dua Momen Pendaratan Amfibi Bersejarah