Boeing YC-14 – Penantang C-130 Hercules yang Punya Kemiripan ‘Muka’ dan Teknologi Coandă Effect

Lantaran punya kemampuan yang relatif sama, dan mendapat respon bagus di pasar ekspor, Embraer C-390 Millennium dari Brasil disebut sebagai kompetitor ‘berat’ untuk C-130J Super Hercules. Namun, tahukah Anda, bahwa di dekade 70-an juga ada pesawat angkut/kargo bermesin twin jet (mirip C-390) yang sempat menantang kedigdayaan C-130 Hercules.

Baca juga: Digantikan C-390 Millennium, Angkatan Udara Brasil Mulai Pensiunkan C-130 Hercules

Pesawat penantang C-130 Hercules yang dimaksud adalah Boeing YC-14, yang pada hari ini 48 tahun lalu, yakni pada 9 Agustus 1976, sukses terbang perdana di Boeing Field di Seattle, Washington. Meski tak sampai melewati tahap produksi, namun dua unit prototipe YC-14 telah diproduksi, dan melihat profil pesawat angkut rancangan Boeing ini menjadi menarik untuk dikupas, terlebih ada kemiripan desain bagian depan kokpit antara YC-14 dan C-130.

Dari sejarahnya, YC-14 adalah prototipe pesawat angkut militer bermesin jet yang dikembangkan oleh Boeing pada tahun 1972 sebagai bagian dari program Advanced Medium STOL Transport (AMST) yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Program ini bertujuan untuk mengembangkan pesawat angkut militer yang mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek (Short Takeoff and Landing, STOL) dan yang bisa menggantikan Lockheed C-130 Hercules.

Kontraktor utama yang berpartisipasi dalam program AMST adalah Boeing dan McDonnell Douglas, yang masing-masing mengembangkan YC-14 dan YC-15.

Boeing mengajukan desain YC-14 dengan menggunakan teknologi unik yang dikenal sebagai Coandă effect. Mesin pesawat dipasang di atas sayap, dengan exhaust nozzle diarahkan ke bawah dan melewati permukaan atas sayap. Ini memungkinkan udara dari mesin untuk melekat pada sayap (menggunakan efek Coandă) dan meningkatkan daya angkat pada kecepatan rendah, sehingga memungkinkan kemampuan STOL yang lebih baik.

YC-14 dilengkapi dengan dua mesin turbofan General Electric CF6-50D yang memberikan daya dorong yang kuat dan efisiensi bahan bakar yang baik.

Setelah penerbangan perdana, YC-14 menjalani serangkaian uji coba penerbangan di Pangkalan Udara Edwards, California, untuk menguji performa STOL dan kemampuan angkutnya. YC-14 menunjukkan kemampuan yang baik dalam lepas landas dan mendarat di landasan pendek, serta kemampuan membawa muatan besar dalam kondisi operasional yang menantang.

McDonnell Douglas mengembangkan pesawat pesaing, YC-15, yang menggunakan teknologi berbeda yaitu supercritical wing dan blown flaps. Kedua pesawat ini diuji secara bersamaan dalam program AMST. Kedua desain dianggap berhasil dalam mencapai tujuan STOL, tetapi pada akhirnya, USAF memutuskan untuk tidak melanjutkan produksi YC-14 atau YC-15.

Pada akhir 1970-an, USAF membatalkan program AMST karena perubahan kebutuhan operasional dan prioritas anggaran. USAF memutuskan untuk terus menggunakan C-130 Hercules dan mengembangkan pesawat angkut yang lebih besar, yakni Boeing C-17 Globemaster III yang akhirnya muncul dari pelajaran yang didapat dari program AMST.

Selain punya kemiripan dalam desain bagian depan kokpit, namun YC-14 dirancang untuk membawa muatan hingga 72.000 pon (sekitar 32.660 kg). Sementara C-130 Hercules memiliki kapasitas muatan sekitar 45.000 pon (sekitar 20.400 kg), tergantung pada modelnya.

Sebagai perbadingan, YC-14 memiliki dimensi yang lebih besar daripada C-130, dengan panjang sekitar 40,4 meter dan lebar sayap 40,4 meter. C-130 lebih kecil dengan panjang sekitar 29,8 meter dan lebar sayap 40,4 meter. Meskipun lebih kecil, ukurannya membuat C-130 lebih fleksibel dalam hal operasi di landasan yang lebih sempit.

Untuk mengenang sejarah, dua prototipe YC-14 yang dibangun masih ada hingga kini dan disimpan di Pangkalan Udara Davis-Monthan di Arizona, di mana mereka menjadi bagian dari koleksi pesawat yang dilestarikan. (Gilang Perdana)

C-130 Hercules Capai Usia 67 Tahun, Jadi Pesawat dengan Jalur Produksi Terlama dalam Sejarah